Monday, January 1, 2018

ARTIKEL PERKEMBANGAN BAHASA & KETERAMPILAN BERBICARA ANAK USIA DINI

A. Pendahuluan
Bahasa pada hakikatnya adalah ucapan pikiran dan perasan manusia secara
teratur, yang mempergunakan bunyi sebagai alatnya (Depdiknas, 2005: 3). Sementara itu menurut Harun Rasyid, Mansyur & Suratno (2009: 126) bahasa merupakan struktur dan makna yang bebas dari penggunanya, sebagai tanda yang menyimpulkan suatu tujuan. Sedangkan bahasa menurut kamus besar Bahasa Indonesia (Alwi, 2002: 88) bahasa berarti sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh semua orang atau anggota masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri dalam bentuk percakapan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun yang baik.
Dalam kamus lengkap Bahasa Indonesia (Alwi, 2002: 707-708) kemampuan berasal dari kata mampu yang berarti yang pertama kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu dan kedua berada. Kemampuan sendiri mempunyai arti kesanggupan, kecakapan, kekuatan, kekayaan. Sedangkan kemampuan menurut bahasa berarti kemampuan seseorang menggunakan bahasa yang memadai dilihat dari sistem bahasa, antara lain mencakup sopan santun, memahami giliran dalam bercakap-cakap.

B. Pembahasan
1. Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini
Perkembangan dapat didefinisikan sebagai deretan progresif dari perubahan yang teratur dan koheren Elizabeth B. Hurlock (1996: 2). Sementara itu menurut (Depdiknas, 2005: 6) Perkembangan adalah suatu proses perubahan dimana anak belajar mengenal, memakai, dan menguasai tingkat yang lebih tinggi dari berbagai aspek. Salah satu perkembangan yang penting adalah aspek perkembangn bahasa.
Perkembagan kemampuan bahasa bertujuan agar anak mampu berkomunikasi secara lisan dengan lingkungan. Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa perkembangan adalah perubahan dimana anak belajar menguasai hal baru pada tingkat yang lebih tinggi dari berbagai aspek.
Menurut Hurlock (1996: 186) perkembangan bahasa anak usia dini ditempuh melalui cara yang sitematis dan berkembang bersama-sama dengan pertambahan usianya. Anak mengalami tahapan perkembangan yang sama namun yang menbedakan antara lain: sosial keluarga, kecerdasan, kesehatan, dorongan, hubungan, dengan teman yang turut mempengahurinya, ini berarti lingkungan turut mempengaruhi perkembangan bahasa anak, lingkugan yang baik maka  perkembangan anak akan baik, namun sebaliknya jika tidak maka anak juga akan ikut dalam lingkungan tersebut. Hal ini lah yang menjadi tolak ukur atau dasar mengapa anak pada umur tertentu sudah dapat berbicara, atau pada umur tertentu belum bisa berbicara.
Pengembangan bahasa melibatkan aspek sensorimotor terkait dengan kegiatan mendengar dan kecakapan memaknai, dan produksi suara. Kondisi ini sudah di bawa mulai anak lahir Cowlley (Kementerian Pendidikan Nasional 2010: 3) mengistilahkan sebagai “ brains wired for the task”. Sementara Skinner mempercayai bahwa kapasitas berbahasa telah dibawa setiap anak semenjak dilahirkan yang diistilahkan sebagai “a language acquisition device program into the brain”. Lingkunganlah yang selanjutnya yang turut memperkaya bahasa anak dengan baik. Disinilah peran orang tua dan tenaga pendidik sangat mutlak diperlukan disamping itu lingkungan juga berpengaruh pada perkembangan bahasa anak, telah dibuktikan dengan serangkaian riset panjang oleh Hart dan Ristely (Kementerian Pendidikan Nasional 2010: 3) bahwa anak yang diasuh oleh keluarga yang berpendidikan jauh lebih kaya dalam kosakatanya dibandingkan dengan keluarga kurang mampu dan kurang berpendidikan.
Di Indonesia sekolah-sekolah menggunakan bahasa pengatar Bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai bahasa pengatar disemua jenis pendidikan dan jenjang sekolah, mulai dari TK sampai Perguruan tinggi. Untuk pengembangan kemampuan berbahasa di TK bertujuan agar anak didik mampu berkomunikasi secara lisan dengan lingkungan. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan sekitar anak, yang antara lain lingkungan sebaya, teman bermain, orang dewasa, baik yang ada di sekolah, di rumah maupun dengan tetangga di sekitar tempat tinggalnya.
4. Perolehan Bahasa Anak Usia Dini
Pemerolehan bahasa (language acquisition) atau akuisisi bahasa menurut Maksan menjelaskan suatu proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh seseorang secara tidak sadar, implisit, dan informal. Sementara itu, Stork dan Widdowson (Suhartono, 2005: 70) mengungkapkan bahwa pemerolehan bahasa adalah suatu proses anak-anak mencapai kelancaran dalam bahasa ibunya. Kelancaran bahasa anak dapat diketahui dari perkembangan bahasanya, oleh karena itu akuisisi bahasa perkembangan dan penguasaan bahasa anak diperoleh dari lingkungannya dan bukan karena sengaja mempelajarinya. Bahasa anak berkembang karena lingkungan.
Sedangkan Huda (Suhartono, 2005: 70) menyatakan bahwa pemerolehan bahasa adalah proses alami di dalam diri seseorang menguasai bahasa. Pemerolehan bahasa biasanya diperoleh dari kontak verbal dengan penutur asli dilingkungan. Dengan demikian, istilah pemerolehan bahasa mengacu pada penguasaan bahasa secara tidak disadari dan tidak terpengaruh oleh pengajaran bahasa tentang sistem kaidah dalam bahasa yang dipelajari.
Dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa pemerolehan bahasa suatu proses penguasaan bahasa anak dilakukan secara alami yang diperoleh dari lingkungan dan bukan karena sengaja mempelajarinya. Penguasaan bahasa dilakukan melalui pengajaran yang formal dan dilakukan secara intensif, sedangkan pemerolehan bahasa didapat dari hasil kontak verbal dengan penutur asli di lingkungan bahasa itu.
5. Pengertian Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini
Menurut Alwi (2002: 1180) dalam kamus besar Bahasa Indonesia, keterampilan berasal dari kata dasar terampil yang artinya cakap dalam menyelesaikan tugas setelah mendapatkan imbuhan menjadi kata keterampilan. Sehingga memiliki arti sebagai kecakapan dalam menyelesaikan tugas. Keterampilan dan kata bahasa membentuk fase keterampilan bahasa di arti kata sebagai kecakapan seseorang untuk memakai bahasa menulis, membaca, menyimak dan berbicara.
Berbicara artinya melahirkan pendapat dengan perkataan Alwi (2002:148). Sedangkan menurut Suhartono (2005: 20) berbicara seseorang menyampaikan informasi melalui siaran atau bunyi bahasa. Berbicara dianggap sebagai kebutuhan pokok bagi masyarakat karena dengan berbicara kita dapat menyampaikan dan mengkomunikasikan segala isi dan gagasan batin kita. Orang yang terampil berbicara akan menjadi pusat perhatian, pandai bergaul, dan mudah bekerjasama serta mampu mempengaruhi pendapat orang lain. Itulah sebabnya orang yang pandai berbicara cenderung akan maju ke depan dan menjadi pemimpin.
Pada pasal 36 Undang-Undang Dasar 1945 menuntut agar setiap warga negara terampil menggunakan bahasa Indonesia ragam baku, Djago Tarigan (1997/1998: 148-149). Bagi guru hal itu merupakan tuntutan mendidik warga negara di mulai dari usia dini agar mereka terampil berkomunikasi menggunakan bahasa indonesia yang baku, sadarkan anak jika menggunakan bahasa jawa (daerah) dan bila menggunakan bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional.
Tujuan pembelajaran kemampuan berbahasa adalah meningkatkan keterampilan berbahasa anak, bukan pada pengetahuan tentang bahasa. Keterampilan berbicara bersifat mekanistis artinya keterampilan ini bisa dikuasai dengan latihan yang kontinu dan sistematis. Ini berarti siapa yang terampil harus sering latihan berbicara, menyimak, membaca, dan menulis. Aspek keterampilan berbicara  merumuskan aspek-aspek dalam berbicara meliputi ucapan, intonasi, ritme, dan tekanan (Akhadiah, 1998: 28).
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara merupakan suatu kecakapan untuk menginformasikan, menyatakan, menyampaikan, atau mengkomunikasikan pikiran ide atau gagasan kapada orang lain. Keterampilan berbicara merupakan komunikasi yang efektif untuk menyatakan maksud dengan menggunakan artikulasi atau kata. Berbicara merupakan keterampilan dan seperti halnya semua keterampilan harus dipelajari.
Kemampuan mengeluarkan bunyi tertentu dalam kombinasi yang dikenal sebagai kata. Keterampilan berbicara memerlukan waktu lama dan keterampilan berbicara untuk mengaitkan arti dengan kata serta mempelajari tata bahasa memperumit keterampilan berbicara. Mental motorik yang melibatkan otot untuk mengkoordinasi dalam mengkaitkan arti dengan bunyi, kemudian kata-kata akan menjadi simbol bagi anak atau obyek yang diwakilinya (Hurlock,1996: 183).
Keterampilan anak pada usia dini perlu diperhatikan khusus dari orang tua atau pengajar. Masa usia dini banyak keterampilan yang perlu dipelajari karena pada saat usia ini anak masih mengulang-ulang kegiatan, tubuh anak masih lentur sehingga dapat dibentuk serta anak bersifat pemberani tidak takut saat menjalani ejekan, mengalami sakit, dan lain-lain. Keterampilan awal anak usia dini biasanya bergantung pada jenis kelamin.
Pada kematangan anak laki-laki harus terampil dalam mempelajari mainan bola, mobil, sedangkan anak perempuan lebih pada perawatan atau perabot rumah tangga. Ada 2 keterampilan yang secara umum yaitu keterampilan tangan dan keterampilan kaki. Tarmansyah (1996: 33) Berkaitan dengan perkembangan anak berbahasa dan berbicara mempunyai pertayaan .....“kapankan anak menguasai bahasa dan bicara?”ada pendapat mengatakan bahwa berbicara lebih dahulu dikuasai baru diikuti bahasa, dan ada pula yang mengatakan bahwa antara bahasa dan bicara berkembang bersama-sama.
Menurut Hurlock (1996: 114) keterampilan berbicara anak harus didukung dengan perbendaharaan kata atau kosakata yang sesuai tingkat perkembangan bahasa. Meskipun sarana yang lain ada tapi kosakata anak minim akan menyebabkan anak tidak dapat berbicara. Belajar berbicara merupakan proses bagi anak maupun orang dewasa. Proses berlangsung sesuai kebutuhan anak sehingga anak juga akan mampu berbicara sesuai dengan kemampuan atau kebutuhan. Belajar berbicara anak pada usia dini dapat digunakan sebagai sosialisasi dalam berteman dan melatih kemandirian anak. Semakin sering anak berhubungan dengan orang lain maka semakin besar dorongan untuk berbicara.
Sedangkan untuk keterampilan berbicara anak sebagai berikut:
Peningkatan dalam keterampilan berbicara pada anak usia dini sangat pesat penguasaan tugas pokok dalam belajar berbicara yaitu menambahkan kosakata, mengusai pengucapan kata-kata dan menggabungkan kata menjadi kalimat Hurlock, (1996: 113).
Keterampilan berbicara dalam pengucapan dapat dipelajari dengan “meniru” , sebenarnya anak hanya “menungut” pengucapan kata dari orang yang berhubungan dengan mereka. Keseluruhan pola pengucapan anak akan berubah dengan cepat jika anak ditempatkan dalam lingkungan baru yang anak tersebut mengucapkan kata-kata yang berbeda, penambahan kosakata adalah penambahan jumlah koskata, anak harus belajar mengaitkan arti dan bunyi, karena banyak kata yang mempunyai bunyi yang sama arti yang berbeda. Peningkatan jumlah kosakata tidak hanya karena mempelajari kata-kata baru tetapi juga karena mempelajari arti baru bagi kata-kata lama. Sedangkan pembentukan kalimat dalam keterampilan berbicara yaitu penggabungan kata ke dalam kalimat yang tata bahasanya betul dan dapat dipahami orang lain. Dalam kegiatan pembentukan
kalimat ini lebih disukai anak karena anak akan mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya dalam kalimat yang belum lengkap (Hurlock, 1996:183 – 190).
Isi pembicaraan anak usia dini lebih egoisentris dalam arti anak lebih banyak berbicara tentang dirinya sendiri, keluarga, minatnya dan miliknya. Dengan bertambah besar kelompok anak akan mulai berbicara sosial yang mengarah pada berbicara orang yang ada disekitarnya. Dengan bertambahnya umur maka pembicaraan anak lebih bersifat sosial dan tidak lagi egoisentris. Isi pembicaraan tidak bergantung pada umur tetapi bergantung pada kepribadian banyaknya kontak sosial dan besarnya kelompok kepada siapa ia berbicara (Hurlock, 1996: 152).
Menurut Harizal (2004: 130) bahwa kemampuan dan keterampilan berbahasa ekspresif atau produktif usia TK menunjukkan anak suka bertanya terhadap hal-hal baru, menggunakan bahasa sesuai dengan situasi dengan alasan yang tepat, dan aktif berbicara terhadap hal-hal yang baru. Dari sisi kreatifitas, anak-anak sudah tertarik pada bacaan-bacaan cerita bergambar dan berupaya memberi warna pada gambar-gambar itu. Keterampilan menulis misalnya menulis mananya pada dinding atau tembok sudah agresif dilakukan anak. Keterampilan berbicara sudah berkembang apalagi kegiatan berbicara ini dilaksanakan pada kegiatan bercakap-cakap dan bercerita.
Sedangkan menurut Suhartono (2005: 167) dalam bukunya mengembangkan keterampilan bicara anak usia dini, bahwa “untuk mengembangkan bicara anak dapat diawali dengan melakukan pengenalan bunyi-bunyi bahasa. Pengenalan bunyi bahasa ini sebaiknya dilakukan mulai bunyi bahasa yang mudah diucapkan lalu dilanjutkan ke yang sulit”. Sehingga dalam penelitian ini untuk meningkatkan keterampilan berbicara, dengan metode bercakap-cakap melalui media cerita bergambar.

C. Kesimpulan
Keterampilan berbicara berdasarkan jenisnya ada bermacam-macam. Saat keterampilan berbicara dimiliki anak dapat ditempatkan sesuai dengan jenisnya. Namun ini juga perlu stimulasi oleh orang tua dan guru disekolah untuk mengembangkan keterampilan tersebut.
Anak usia dini memiliki keterampilan yang berbeda-beda itu dikarenakan stimulasi yang diterima, lingkungan tempat tinggal, kesehatan, jenis kelamin dan masih banyak lagi. Keterampilan berbicara mengalami proses belajar yang unik karena berbicara tersebut digunakan sehari-hari meskipun tanpa proses informal namun melalui proses formal.
Kelancaran keterampilan berbicara pada anak yang memiliki kecerdasan yang baik, umumnya tidak mengalami hambatan dalam berbahasa dan berbicara. Jadi, kelancaran berbicara menunjukan kematangan mental intelektual.
Untuk mengembangkan keterampilan berbicara terdapat beberapa aspek kegiatan keterampilan bebicara. Kemampuan berbahasa anak harus dioptimalkan diberdasarkan aspek yang mendukung peningkatan keterampilan berbicara. Dalam pengoptimalkan keterampilan berbicara perlu instrumen untuk mengamati perkembangan anak usia dini atau TK, mengacu pada indikator yang ingin dikembangkan.



DAFTAR PUSTAKA


Akhadiah, S. dkk. (1998). Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Alwi, H. (et.al). (2002). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Departemen Pendidikan Nasional. (2004). Kurikulum TK dan RA.Jakarta :Direktorat Pembinaan TK dan SD.

Harun Rasyid, Mansyur & Suratno. (2009). Retorika “ Seni Berbicara untuk Semua”. Yogyakarta: Siasat Pustaka

Harizal. (2004). Keterampilan Berbicara. Jakarta: Rineka Cipta.

Hurlock, E. (1996). Perkembangan Anak Jilid II. Jakarta: Erlangga.

Moeslichatoen. (2004). Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Rineka Cipta

Nurbiana, D. (2007). Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas

Roestiyah, N.K,. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Soekanto. (2001). Dasar-Dasar Teori Sastra. Semarang: Rumah Indonesia.

Suhartono, D. (2005). Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: Puspa Swara.

Suryani. (2010). Makalah Perkembangan Berbicara Pada Anak Usia Dini. [Online] Tersedia:http://www.adeirmasuryani.wordpress.com.

Tarigan, H.G. (2008). Berbicara sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.








No comments:

Post a Comment

Mekanisme Kontraksi Otot

  Pada tingkat molekular kontraksi otot adalah serangkaian peristiwa fisiokimia antara filamen aktin dan myosin.Kontraksi otot terjadi per...

Blog Archive