Wednesday, February 21, 2024

Mekanisme Kontraksi Otot

 


Pada tingkat molekular kontraksi otot adalah serangkaian peristiwa fisiokimia antara filamen aktin dan myosin.Kontraksi otot terjadi pergeseran miofilamen tebal dan tipis serta pemendekan sarkomer dan serat otot, tetapi tidak diikuti oleh pemendekan pada miofilamen. Kepala dari molekul miosin melekat pada filamen aktin yang berada di sebelahnya. Filament aktin yang tertambat pada garis Z kemudian melakukan serangkaian gerakan menarik ke arah medial sehingga mengakibatkan jarak antara kedua garis Z yang merupakan ujung dari sarkomer tersebut menjadi mengecil dan terjadilah yang disebut dengan kontraksi otot.20,27

Siklus kontraksi otot memiliki tahapan yang saling berkaitan dimulai dengan adanya ion kalsium pada zona overlaping. Ion kalsium tersebut akan berikatan dengan troponin yang akan terikat kuat antara aktin dan kompleks troponin-tropomiosin jauh dari site yang aktif pada aktin dan menyebabkan interaksi dengan kepala myosin. Ketika active site sudah terpapar kepala miosin akan mengikat active site untuk membentuk cross-bridges. Setelah terbentuk formasi cross-bridges energy yang sudah tersimpan di dalam zona istirahat akan dikeluarkanseperti kepala myosin pada line M. Reaksi ini disebut dengan power stroke, ketika hal ini terjadi maka akan terbentuk ikatan antara Adenosin Difosfat (ADP)dengan kelompok fosfat.27,30

Gerakan fleksi-ekstensi dan Pronasi-supinasi

 


Gerakan fleksi adalah suatu gerakan yang menyebabkan adanya perpindahan tulang satu dengan tulang lainnya membawa dua segmen secara bersamaan dan menyebabkan adanya peningkatan sudut pada sudut persendian.Gerakan ekstensi merupakan suatu gerakan untuk meluruskan satu tulang dan menjauhkan arah dari satu tulang ke tulang lainnya.Dapat menyebabkan adanya peningkatan sudut sendi. Gerakan ini biasanya mengembalikan bagian tubuh ke posisi anatomis setelah adanya gerakan fleksi.13,19

Gerakan ekstensi yang terjadi bukan murni hanya dari gerakan tersebut namun karena ulna akan sedikit mengalami pronasi saat ekstensi dan mengalami supinasi saat fleksi.Sebagai akibatnya, semua otot yang melewati sendi cubiti dapat bertindak sebagai fleksor dan ekstensor pada sendi tersebut.Secara anatomis, sumbu longitudinal humerus dan antebrachii membentuk sebuah sudut yang disebut sudut pembawa (carrying angle) yang tampak saat siku diekstensikan penuh dan antebrachii disupinasikan. Normalnya sudut tersebut sebesar 5⁰ pada laki-laki dan berkisar 10-15⁰ pada perempuan.18

Bagian articulatio radiocarpal gerakan ossa carpi berlawanan dengan manus. Sehingga saat fleksi carpus, ossa carpi bergeser ke posterior terhadap radius dan diskus articularis.Sedangkan saat ekstensi, gerakan carpus yang terjadi adalah sebaliknya.Fleksi biasanya terjadi pada sudut 90⁰, ekstensi pada sudut 70⁰. Secara umum articulatio radiocarpal berotasi pada bidang sagital rata-rata sebesar 130-160⁰, rentang fleksi pergelangan tangan sekitar 70-85⁰ dan rentang ekstensi mulai dari 0⁰ sampai sekitar 60-75⁰.18

Kompartemen Otot Penyusun Ekstremitas Superior

 

 

Otot-otot pada Ekstremitas Superior dapat dibagi dalam beberapa kompartemen adapun kompartemen yang terkait yaitu: otot-otot lengan bahu, otot-otot lengan atas dan otot-otot lengan bawah. Adapun otot yang terkait dalam pembahasan ini adalah otot lengan terdiri atas kompartemen superior dan inferior. Otot-otot lengan bagian superior dan inferior dalam fungsi utamanya adalah untuk memposisikan tangan agar dapat digunakan sebagai alat mekanik dan sensorik.18

Otot-otot lengan atas terbagi atas otot bagian fleksor, otot bagian ekstensor, otot bagian abduktor dan otot adduktor.18 Kegiatan utama dari kedua kelompok fleksor (anterior) dan kelompok ekstensor (posterior) dilakukan oleh articulation cubiti, tetapi beberapa otot otot juga bertumpu kegiatannya pada articulatio humeri. Pada bagian proksimal humerus, tulang lengan atas berinsersi pada beberapa tendo otot-otot bahu.19 Dari keseluruhan otot lengan atas, atau otot-otot brakial, tiga fleksor (Musculus Biceps Brachi, Musculus Brachialis, Musculus Triceps Brachi) terdapat di dalam kompartemen anterior dan dipersarafi oleh nervus Musculocutaneous, dan satu ekstensor (Musculus Biceps Brachi) yang terletak di dalam kompartemen posterior dan dipersarafi oleh nervus radialis.17

Otot-otot lengan bawah dalam aktifitasnya mempengaruhi articulatio cubiti, pergelangan tangan, dan jari-jari. Otot-otot lengan bawah terbagi atas otot bagian fleksor, otot bagian ekstensor, otot abduktor dan otot adduktor. Otot-otot tersebut terdiri atas: Musculus Ekstensor Karpi Radialis Longus, Musculus Digitorum Karpi Radialis, Musculus Ekstensor Policis Longus, Musculus Pronator Teres, Musculus Palmaris Ulnaris, Musculus Palmaris Longus, Musculus Digitorum Profundus, Musculus Fleksor Policis Longus, Musculus Pronator Teres Equadratus, Musculus Supinator Brevis.19,33

Brachium salah satu regio Ekstremitas Superior yang dibagi menjadi dua kompartemen oleh septum intermusculare brachii mediale dan septum intermusculare brachii lateral. Kompartemen anterior brachium terdapat musculi yang terutama berfungsi untuk fleksi sendi cubiti, sedangkan kompartemen posterior berisi musculi yang berfungsi untuk ekstensi sendi.17

Kompartemen anterior brachium terdiri atas tiga musculi, yaitu: Musculus Coracobrachialis, Musculus Brachialis dan Musculus Biceps Brachii. Semua kompartemen tersebut sebagian besarnya dipersarafi oleh nervus musculocutaneous. Kompartemen posterior brachium terdiri dari satu musculi, yaitu Musculus Triceps Brachii. Kompartemen tersebut dipersarafi oleh nervus radialis.17

Antebrachium salah satu regio Ekstremitas Superior yang berada di antara sendi cubiti dan sendi radiocarpa. Kompartemen antebrachium dibagi menjadi kompartemen anterior dan posterior, kompartemen tersebut dipisahkan oleh: septum intermusculare, membran interossea dan oleh perlekatan fascia profundus di sepanjang margo posterior ulna.29

Otot di kompartemen anterior antebrachium (flexorum) tersusun atas tiga lapisan: superficialis, antara/intermedia, dan profundus. Secara umum, otot ini terikat dengan: gerak sendir radiocarpea, flexi digiti termasuk pollex, dan pronasi. Otot-otot kompartemen posterior antebrachium terbagi dalam dua lapisan, yaitu: lapisan superficialis dan lapisan profundus. Otot di kompartemen posterior ini terikat dengan: gerak sendi radiocarpea, extensi digit dan pollex, dan supinasi.17

Wednesday, May 31, 2023

Karakteristik pengembangan Logika Matematika Anak TK

 


            Dalam undang-undang Sisdiknas No.2  Tahun 2003 dijelaskan bahwa anak usia dini adalah 0-6 tahun. Pada usia tersebut anak ada dalam masa peka, yang memiliki kecepatan pertumbuhan otak sangat tinggi hingga mencapai 50% dari keseluruhan perkembangan otak anak selama hidupnya. Artinya masa golden age merupakan waktu yang sangat tepat untuk menggali potensi kecerdasan anak sebanyak-banyaknya (Achdami dkk, 2006:33).

            Pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini perlu diarahkan agar mengalami kemajuan pada setiap tahapan perkembangannya secara optimal. Dalam setiap tahapan perkembangan terdapat karakteristik yang ditemukan pada anak-anak sesuai dengan tingkat usianya, maka dari itu para pendidik ataupun orang-orang disekitar anak dapat memberikan serangkaian bahan dan kegiatan ataupun pembelajaran yang kongkrit, menyenangkan, dan dapat mendorong rasa ingin tahu anak. Kegembiraan terhadap pengalaman-pengalaman melalui kegiatan yang melibatkan seluruh panca indra dan keinginan menjelajah gagasan baru yang dimiliki anak dapat membangun pengetahuan dalam diri anak.

            Piaget (Foreman, 1993) dalam Sujiono (2007:5.4) mengungkapkan bahwa pengetahuan dibangun  berdasarkan kemampuannya dalam memahami perbedaan berdasarkan persamaan yang tampak. Piaget membagi pengetahuan menjadi tiga jenis yang berdasarkan sumber-sumber pengetahuan, salah satunya pengetahuan logika matematika yang meliputi kemampuan dalam membandingkan, mengurutkan, mengelompokan, menghitung, dan berfikir dengan menggunakan logika.

            Menurut Sujiono (2007) orang dengan kecerdasan logika matematika mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (1) memiliki kemampuan untuk memahami angka dan konsep logika yang sangat bagus, (2) memiliki kemampuan sangat tinggi untuk mengemukakan sesuatu dengan alasan yang kuat, (3) bisa menjelaskan ide secara konseptual dengan sangat baik, (4) selalu tertantang menjalani tugas dari awal hingga akhir, dan (5) membuka diri terhadap upaya untuk menjalani eksperimen tentang sebuah perubahan.

            Selaras dengan pendapat di atas, Taazkiroatun & Fawzia (2004 : 34-35) mengungkapkan anak dengan kecerdasan logika-matematika mudah terlibat dengan angka dan senang berhitung. Anak-anak dengan kecerdasan ini belajar melalui angka dan berfikir logis, melalui dari mengkatagorikan, mengelompokan, menandai persamaan dan perbedaan benda-benda di sekelilingnya, mencermati serta menandai ciri-ciri tentang sesuatu.

            Pengembangan kemampuan logika matematika di taman kanak-kanak dilakukan pada pembelajaran matematika melalui kemampuan berhitung, permulaan dan pemecahan masalah dalam kegiatan sederhana yang terjadi dalam kehidupan anak sehari-hari. Misalnya pada saat anak menyebutkan umur lima tahun dengan mengangkat jari-jari tangannya, atau ketika mereka harus bergantian dengan anak-anak lainya dengan cara dihitung sampai 10 kali ayunan sehingga semua anak dapat giliran bermain.

Hakikat Pembelajaran Matematika Anak Usia Dini

 


            Pembelajaran matematika pada anak usia dini merupakan sarana yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan berfikir, mendorong anak untuk mengembangkan berbagai potensi intelektual anak yang dimilikinya dapat dijadikan sebagai sarana untuk menumbuhkan berbagai sikap dan prilaku positif dalam rangka meletakan dasar-dasar kepribadian sedini mungkin seperti sikap kritis, ulet, mandiri, ilmiah, rasional dan lain sebagainya (Sriningsih, 2009: 22).

Kegiatan pembelajaran matematika untuk anak usia dini (termasuk anak usia TK) merupakan pembelajaran matematika terpadu yang memiliki peranan yang sangat penting dalam mengembangkan potensi anak dan peningkatan kualitas praktik-praktik pembelajaran matematika anak usia dini di lapangan. Pentingnya pembelajaran matematika terpadu untuk anak usia dini menurut Sriningsih (2009: 27) dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu:

(1) sudut pandang anak sebagai subjek layanan, anak memiliki posisi yang sangat signifikan dalam rangka menstimulasi dan mengoptimalkan kemampuan berfikir anak. Oleh karena itu guru perlu memahami bagaimana perkembangan pemahaman anak terhadap konsep-konsep matematika serta tahapan pembelajaran matematika. dan (2) sudut pandang guru sebagai pengelola kegiatan pembelajaran, adalah begaimana peran guru dalam mengorkestrasikan berbagai komponen pembelajaranmatematika terpadu sehingga memiliki kontribusi yang signifikan dalam mengoptimalkan kemampuan logika matematika anak dan juga kemamapuan lainnya.

 

 Berdasarkan pendapat di atas hakikat matematika untuk anak usia dini merupakan suatu upaya yang dapat dilakukan dalam merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan pengembangan kecerdasan logika-matematika anak usia dini dengan cara menyajikan tema-tema pembelajaran yang dekat dengan lingkungan anak. Lebih lanjut Sriningsih (2009: 90) menjelaskan bahwa, “Implementasi pembelajaran matematika untuk anak usia dini memerlukan media pembelajaran yang diperlukan oleh anak untuk mengembangkan berbagai kompetensi matematika.”

Standar kompetensi matematika untuk anak usia dini menurut The National Countil Of Matematics (NCTM) yaitu meliputi:

Kompetensi isi dan proses pembelajaran matematika, kompetensi isi yaitu:  bilangan dan operasinya, aljabar, geometri, analisis data, pengukuran, pemecahan masalah, penalaran dan pembuktian, komunikasi, koneksi dan representasi. Sedangkan kompetensi proses yaitu: problem solving, penalaran dan pembultian, komunkasi, koneksi, represntasi.

 

            Secara khusus pembelajaran matematika di taman kanak-kanak menurut (NCTM) tidak terlepas dari 2 hal penting yaitu: Content / materi dan proses. Ada 5 konten pembelajaran matematika menurut NCTM dalam Copley (2001) mencakup bidang-bidang pengetahuan tentang bilangan, aljabar, geometri, pengukuran dan probabilitas / analisis data. Berikut penjelasan mengenai lima konten matematika yaitu:

1)      Bilangan, mempelajari tentang pengenalan konsep angka / bilangan, banyaknya benda, membedakan angka dan jumlah serta menghitung bilangan dengan benda-benda. Pada saat mempelajari tentang konsep bilangan ini, guru dapat melakukan beberapa paermainan angka yang dapat memotivasi anak dan membuat pembelajaran matematika lebih menyenangkan.

2)      Aljabar, mempelajari tentang pola (parenting), kegiatannya berupa: meronce, menyusun rangkaian warna, menyusun bagian-bagian, suara-suara yang berurutan, variasi dan tepukan gerakan yang terpola.

3)      Geometri, mempelajari tentang bentuk-bentuk geometri seperti lingkaran, bujur sangkar, segitiga, trapesium, segi enam dan belah ketupat. Mempelajari posisi seperti kanan, kiri atas bawah, samping, belakang, depan, dan pergeseran benda.

4)      Pengukuran, mempelajari ukuran suatu benda, volume, perbandingan, berat benda dan luas.

5)      Probabilitas / analisis data, mempelajari tentang bagaimana cara menganalisis banyaknya benda. Memikirkan beberapa kemungkinan yang akan muncul pada saat permainan dadu, menebak jumlah angka yang tinggi atau sebaliknya.

 

Kegiatan pembelajaran matematika pada anak TK diorganisasikan secara terpadu melalui tema-tema pembelajaran yang paling dekat dengan konteks kehidupan anak dan pengalaman-pengalaman riil. Guru memberikan berbagai pilihan kegiatan sesuai dengan minat anak. Guru dapat menggunakan media permainan dalam pembelajaran yang memungkinkan anak bekerja dan belajar secara individual, kelompok dan juga klasikal. Peranan guru dalam kegiatan pembelajaran sangat dominan yaitu dengan cara mengatur anak untuk mengikuti serangkaian kegiatan belajar yang telah disiapkan sebelumnya.

Dalam kegiatan pembelajaran matematika pada anak usia dini dalam permainan hitung-menghitung bertujuan mengembangkan pemahaman anak terhadap bilangan dan operasi bilangan dengan benda-benda kongkrit sebagai pondasi yang kokoh pada anak untuk mengembangkan kemampuan membilang pada tahap selanjutnya. Sriningsih (2009: 121) menyatakan bahwa, “guru secara bertahap memberikan pengalaman belajar yang dapat menggantikan benda-benda kongkrit dengan alat-alat yang dapat mengantarkan anak pada kemampuan berhitung secara mental.”

Perkembangan Kognitif Anak Taman Kanak-Kanak

 

Anak Usia Taman Kanak-kanak menurut Garnida (2011) adalah individu yang sedang mengalami atau menjalani suatu proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan fundamental, salah satu aspek perkembangan yang akan dikembangkan adalah perkembangan kognitif.

Sedangkan Kognitif menurut Garnida (2011) adalah suatu istilah yang digunakan oleh psikolog untuk menjelaskan semua aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan, dan pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah, dan merencanakan masa depan, atau semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari, memperhatikan, mengamati, membayangkan, menilai, dan memikirkan lingkungannya.

Kognitif sering disebut juga intelek. Pengertian kognitif menurut Chaplin dalam Mohammad Asrori (2007:47) diartikan sebagai:

1. Proses kognitif, proses berpikir, daya menghubungkan, kemampuan menilai, dan kemampuan mempertimbangkan.

2. Kemampuan mental atau inteligensi.

Menurut Gagne dalam Maelani (2010:12) “kognitif adalah proses terjadinya secara internal di dalam pusat susunan syaraf pada waktu manusia sedang berpikir".

Tahapan perkembangan kognitif menurut Jean Piaget dalam Sriningsih (2009:30) antara lain: (1) Sensorimotorik (0-2 Tahun), (2) Praoperasional (2-7 Tahun), (3) Operasional kongkrit (7-12 Tahun), (4) Operasional formal (12 Tahun ke atas). Menurut pendapat tersebut, pada tahap sensori motorik (0-2 Tahun), anak memperoleh pengalaman tentang matematika melalui berbagai kontak fisik dan eksplorasi terhadap lingkungan. Sedangkan pada tahap praoperasional (2-7 Tahun), anak sudah mampu menggunakan simbol-simbol dalam pikirannya untuk mempresentasikan benda atau kejadian.

Lebih lanjut Santrock dalam Erawati (2010) menegaskan, pada tahap praoperasional anak belum mampu memahami peraturan tertentu atau operasi. Pada tahap ini anak belum mampu berfikir secara operasional. Anak 3-5 tahun termasuk kedalam tahap praoperasional dimana pada tahap ini diajarkan dengan menggunakan benda-benda kongkrit.

Teori Dienes dalam Erawati (2010:18) konsep matematika termasuk bilangan akan berhasil di pelajari apabila dipelajari dalam tahap-tahap tertentu. Dalam teori ini dikemukakan 6 tahapan, yaitu: permainan bebas (free flay), permainan yang disertai aturan (games), persamaan kesamaan sifat (suarching for communities), representasi (representation), simbulasi (symbolization) dan formalisasi (formalization).

Teori Piaget dipengaruhi aliran konstuktif dimana hal ini terlihat dari pandangan Piaget bahwa anak membangun kemampuan kognitif melalui interaksi dengan dunia sekitarnya.

Tokoh lain yang melakukan studi terhadap ini secara mendalam ialah Bruner dalam Maelani (2010:12) ia membagi proses perkembangan kognitif kedalam tiga periode:

1. Enactive stage, merupakan proses yang sangat operasional tidak menggunakan citra (bayangan) maupun kata-kata tetapi langsung bentuk tindakan (action) dan dapat diamati, tahap ini mirip dengan sensor motor dari Piaget.

2. Iconic stage, merupakan bayangan atau imajinasi, meskipun belum menggunakan bahasa,  dan banyak tergantung pemanfaatan pengamatan visual atau alat indera yang lain dalam melukiskan konsep tanpa mengidentifikasikannya yang mendekati kepada tahap operasi kongkrit dari Piaget.

3. Symbolic stage, merupakan proses yang lebih dari tindakan dan imajinasi, merujuk dan mengarah pada proses berfikir yang lebih abstrak dan luwes, memungkinkan seseorang untuk terlibat dalam proses berfikir mendalam (reflektif thinking) dengan cara menyusun pernyataan, mencari contoh, dan menyusun konsep-konsep dalam suatu susunan yang hierarkis (berurutan), yang juga mendekati kepada cirri fase oprasi formal dari Piaget.

Usia dini merupakan usia yang paling tepat untuk menstimulasi berbagai hal, termasuk memstimulasi perkembangan kemampuan metematika anak. Masa ini merupakan masa peka yang dapat diberikan pengetahuan  beragam secaraa nyata sesuai dengan tahap perkembangan anak. Seperti diungkapkan oleh Frobel dalam Solehudin (2007:27) bahwa:

     Masa anak itu merupakan Fase yang sangat berharga dan dapat dibentuk dalam kehidupan manusia (a noble and malleable phase of human life). Karenanya masa anak dalah masa emas bagi penyelenggara pendidikan. Masa anak merupakan fase yang sangat fundamental bagi perkembangan individu karena pada fase inilah terjadi peluang yang sangat besar untuk pembentukan dan perkembangan pribadi seseorang (Frobel:1993).

Berdasarkan uraian diatas disimpulkan bahwa ketika anak belajar dari pengalaman anak sehari-hari dan secara tidak langsung asfek perkembangan anak terkembangkan. Pada saat anak belajar secara nyata anak secara tidak langsung akan belajar matematika adalah suatu kesatuan integral daripada kehidupan.


Tuesday, March 21, 2023

Perkembangan dan Stimulasi dalam Tumbuh Kembang Anak Prasekolah

 

 Perkembangan

a.         Definisi Perkembangan

Menurut Soetjiningsih (2013) Perkembangan (development) adalah perubahan yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan / maturitas.

Perkembangan juga dapat didefinisikan sebagai hasil interaksi antara kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, sehingga perkembangan ini berperan penting dalam kehidupan manusia (Nursalam, 2008).

Berdasarkan definisi-definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan adalah interaksi antara kematangan sel saraf dengan organ yang mengakibatkan bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang bersifat kuantitatif dan kualitatif dengan pola yang teratur.

 

b.         Pola Perkembangan anak prasekolah

Perkembangan merupakan proses yang tidak akan berhenti. Masa prasekolah merupakan fase perkembangan individu dapat usia 2-6 tahun, perkembangan pada masa ini merupakan masa perkembangan yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat penting (Fikriyanti, 2013).

 

c.         Tahap Perkembangan Anak Prasekolah

Menurut Wong (2008), periode prasekolah dimulai pada usia 3-6 tahun. Periode ini dimulai dari waktu anak bergerak sambil berdiri sampai mereka masuk sekolah dicirikan dengan aktivitas yang tinggi. Pada masa ini merupakan perkembangan fisik dan kepribadian yang pesat, kempuan interaksi sosial lebih luas, memulai konsep diri, perkembangan motorik berlangsung terus menerus ditandai keterampilan motorik seperti berjalan, berlari dan melompat.

 

d.         Ciri – Ciri Perkembangan

Menurut Soetjiningsih (2013) ciri-ciri perkembangan anak adalah sebagai berikut:

1)         Tumbuh kembang adalah proses yang kontinyu sejak dari konsepsi sampai maturitas atau dewasa, yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan.

2)         Pola perkembangan anak adalah sama pada semua anak, tetapi kecepatannya berbeda antara anak yang satu dengan yang lain.

3)         Perkembangan erat hubungannya dengan maturasi sistem susunan saraf.

4)         Aktivitas seluruh tubuh diganti respon individu yang khas

5)         Arah perkembangan anak adalah sefalokaudal.

6)         Refleks primitif seperti refleks memegang dan berjalan akan menghilang sebelum gerakan volunter tercapai.

 

e.         Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Anak

1)         Faktor warisan sejak lahir.

2)         Faktor lingkungan yang menguntungkan atau yang merugikan.

3)         Peran orang tua dalam membimbing anak belajar

4)         Kematangan fungsi-fungsi organis dan psikis

5)         Aktivitas anak sebagai subyek bebas yang berkemauan, bisa menolak atau menyetujui.

 

f.          Prinsip Pertumbuhan dan Perkembangan

Secara umum pertumbuhan dan perkembangan memiliki beberapa prinsip dalam prosesnya. Prinsip tersebut dapat menentukan ciri atau pola dari pertumbuhan dan perkembangan setiap anak. Menurut Narendra (2002, dalam Hidayat 2005) prinsip-prinsip pertumbuhan dan perkembangan antara lain sebagai berikut :

1)    Proses pertumbuhan dan perkembangan sangat bergantung pada aspek kematangan susunan saraf pada manusia, dimana semakin sempurna atau kompleks kematangan saraf maka semakin sempurna proses pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi mulai dari proses konsepsi sampai dengan dewasa.

2)    Proses pertumbuhan dan perkembangan setiap individu adalah sama, yaitu mencapai proses kematangan, meskipun dalam proses pencapaia tersebut tidak memiliki kecepatan yang sama antara individu yang satu dengan yang lain.

3)    Proses pertumbuhan dan perkembangan memiliki pola khas yang dapat terjadi mulai dari kepala hingga ke seluruh bagian tubuh mulai dari kemampuan yang sederhana hingga mencapai kemampuan yang lebih kompleks dari tahap pertumbuhan dan perkembangan.

 

g.         Stimulasi dalam Tumbuh Kembang Anak Prasekolah

Stimulus adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak 0-6 tahun agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap anak Perlu mendapatkan stimulus rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan. Stimulasi tumbuh kembang anak dilakukan oleh ibu dan ayang atau yang merupakan orang terdekat anak (Depkes, 2012).

Menurut Soetjiningsih (2013) beberapa stimulasi yang diperlukan untuk faktor tumbuh kembang anak antara lain sebagai berikut:

1)    Stimulasi aspek fisik

Rangsangan untuk fisik bayi dan balita amat diperlukan, karena pada usia mereka perkembangan syaraf-syaraf motorik sangat pesat. Melakukan gerakan-gerakan sederhana seperti berlari, berjalan, menari akan sangat membantu perkembangan mereka.

2)    Stimulasi aspek emosi

Kenalkan mereka dengan bentuk emosi dasar, bahagia dan sedih. Dengan menghiburnya pada saat menangis karena mainannya rusak akan membantu. Ajari pula mereka untuk berbagi dengan teman sebayanya, misalnya dengan berbagi mainan, sehingga dapat menimbulkan kepekaan untuk bertoleransi dan berperilaku menyenangkan.

3)    Stimulasi aspek spiritual

Ajarilah anak untuk berdoa dengan menggunakan kata-kata yang sederhana, mengucapkan terimakasih kepada tuhan atas makanan, hari yang indah, dan meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan hari itu. Akan membuat anak semakin peka. Ajak juga mereka ke tempat ibadah, dan membacakan dongeng dan kisah-kisah para nabi juga akan membantu meningkatkan moral.

4)    Stimulasi aspek intelektual

Rangsangan intelektual dapat dilakukan dengan sering memberikan buku bacaan, mengajak anak melakukan permainan, dan rekreasi bersama, dan juga dengan rajin menjawab keingintahuan anak. Jadi sebagai orangtua juga harus rajin belajar agar sanggup memenuhi dan menjawab keingintahuan anak dengan baik dan benar.

5)    Stimulasi aspek social

Anak harus diajari untuk peka terhadap lingkungan sekitarnya, seperti: membantu menjaga saudaranya (adik), membantu orang tua yang sedang sibuk, akan merangsang kepekaan alaminya.

Mekanisme Kontraksi Otot

  Pada tingkat molekular kontraksi otot adalah serangkaian peristiwa fisiokimia antara filamen aktin dan myosin.Kontraksi otot terjadi per...

Blog Archive