Thursday, November 30, 2017

KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN ANAK USIA DINI MELALUI MEDIA KARTU SERI

A. PENDAHULUAN
          Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik.
Menurut Anderson (dalam Tarigan, 2008:7) membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi (a recording and decoding process), berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian (encoding). Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding) adalah menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna bahasa lisan (oral language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan/cetakan menjadi bunyi yang bermakna.
Membaca merupakan suatu proses yang kompleks dengan melibatkan kedua belahan otak. Membaca merupakan dasar utama untuk memperoleh kemampuan belajar di berbagai bidang. Melalui membaca seseorang dapat membuka cakrawala dunia, mengetahui apa yang sebelumnya tidak diketahui (Subini, 2011:53).
Pengajaran membaca permulaan di taman kanak-kanak umumnya sudah dimulai sejak awal tahun pertama. Anak-anak diberi stimulasi berupa pengenalan huruf-huruf dalam alfabet. Praktik ini langsung disandingkan dengan keterampilan menulis, di mana anak diminta mengenal bentuk dan arah garis ketika menulis huruf. Metode belajar membaca di taman kanak-kanak biasanya mendapat hambatan dalam penerapannya.
Metode ini diberikan sama pada setiap anak, dan materi ajaran umumnya hanya berasal dari buku penunjang. Jika melihat perbedaan anak dalam gaya belajar, hal ini akan kurang memberi hasil yang optimal. Penanganan secara individual di kelas saat belajar membaca tidaklah dimungkinkan, karena ketersediaan tenaga guru yang terbatas. Untuk mengatasinya guru pun membagi anak dalam kelompok-kelompok kecil setiap harinya.
Dalam hal baca tulis, siswa kelas A (nol kecil) sudah mendapatkan rangsangan berupa huruf abjad sejak minggu kedua mereka bersekolah. Praktek selanjutnya adalah mengenal bentuk dengan belajar menulis huruf dengan menebalkan garis atau meniru tulisan guru di buku kotak-kotak. Praktek ini bisa jadi memang membuat anak mampu menulis atau memegang pensil, tapi anak tidak tahu apa yang ia tulis karena ia hanya sekedar mengikuti pola yang ada.

B. PEMBAHASAN
1.       Kemampuan Membaca Anak Taman Kanak – Kanak
Bahasa terdiri dari berbagai simbol yang dapat terungkap secara lisan maupun tulisan. Pemerolehan bahasa terjadi pada subtahap pemikiran simbolik tahap praoperasional tersebut, sehingga menurut Piaget, bahasa merupakan hasil dari perkembangan intelektual secara keseluruhan dan sebagai bagian dari kerangka fungsi simbolik.
Bahasa berkaitan erat dengan perkembangan kognisi anak, terutama dalam hal kemampuan berpikir. Prinsip yang mempengaruhi penyatuan itu adalah pertama, semua fungsi mental memiliki asal-usul eksternal atau sosial. Anak–anak harus menggunakan bahasa dan menggunakannya pada orang lain sebelum berfokus dalam proses mental mereka sendiri. Kedua, anak–anak harus berkomunikasi secara eksternal menggunakan bahasa selama periode yang lama sebelum transisi kemampuan bicara eksternal ke internal berlangsung.
Jadi, anak perlu belajar bahasa untuk mengasah Keterampilan mereka dalam melakukan proses mental seperti berpikir dan memecahkan masalah, karena bahasa merupakan alat berpikir. Demikian pula dengan membaca, yang merupakan salah satu komponen bahasa yang perlu dipelajari sejak dini.
Salah satu teori membaca yang amat berpengaruh adalah teori rute ganda. Teori rute ganda menjelaskan mekanisme yang terjadi pada pembaca awal dalam mencoba mengatasi kata–kata yang belum dikenal. Pembaca awal akan melalui dua rute yang akan menentukan suatu kata akan dikenali (berhasil dibaca) atau tidak.
Rute pertama (rute visual), merupakan rute pengenalan yang tergantung pada pendekatan mencocokkan pola visual, di mana anak–anak menatap jalinan huruf cetak dan membandingkan pola itu dengan simpanan kata–kata yang telah mereka kenal dan pelajari sebelumnya. Rute kedua (rute fonologis), pembaca mengubah simbol (huruf) menjadi bunyi. Rute kedua mungkin hanya digunakan bila rute pertama gagal.
Pembaca lemah sebagaimana pembaca awal menggunakan metode rute visual, namun mereka berbeda dalam hal kesadaran fonemis, karena anak–anak normal memiliki kesadaran fonemis yang memungkinkan mereka memanfaatkan asosiasi bunyi/simbol dan kemampuan memetakan bunyi ke dalam kata berdasarkan konsep mereka tentang bentuk huruf yang benar.
Maka dapat disimpulkan bahwa anak–anak usia Taman Kanak-kanak memiliki potensi yang terpendam untuk menjadi pembaca yang baik. Tahap perkembangan yang memungkinkan mereka mengerti simbol-simbol dalam bahasa memberi kesempatan untuk cepat belajar dan mengasah ketajaman berpikir.
Selain itu, anak-anak sebagai pembaca awal umumnya memiliki kesadaran fonemis yang cukup baik dan sangat berguna dalam proses membaca. Karena itu, diperlukan adanya pemilihan metode yang tepat dengan harapan anak dapat belajar membaca dengan efektif, memanfaatkan segala potensinya dan merasa nyaman dalam belajar menggunakan metode yang memperhatikan kebutuhan belajar mereka.

2.       Kemampuan Membaca Permulaan
Salah satu prinsip perkembangan menyatakan bahwa perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar. Proses kematangan adalah terbukanya karakteristik yang secara potensial ada pada individu dan berasal dari warisan genetik. Beberapa proses belajar berasal dari latihan atau pengulangan suatu tindakan yang nantinya menimbulkan perubahan dalam perilaku (Hurlock, dalam eprints.undip.ac.id).
Kematangan menentukan siap atau tidaknya seseorang untuk belajar, karena betapapun banyaknya rangsangan yang diterima anak, mereka tidak dapat belajar dan menghasilkan perubahan perilaku sampai mereka dinyatakan siap menurut taraf perkembangannya. Havighurst (Hurlock, 1991:30) menamakan kondisi kesiapan belajar yang ditentukan oleh kematangan ini sebagai teachable moment, atau saat yang tepat bagi anak untuk “diajar”.
Menurut Montessori (Hainstock dalam etd.eprints.ums.ac.id), masa peka anak untuk belajar membaca dan berhitung berada di usia 4–5 tahun, karena di usia ini anak lebih mudah membaca dan mengerti angka. Doman (2005:44) menyarankan sebaiknya anak mulai belajar membaca di periode usia 1 hingga 5 tahun. Menurutnya, pada masa ini otak anak bagaikan pintu yang terbuka untuk semua informasi, dan anak bisa belajar membaca dengan mudah dan alamiah. Pada sisi lain, pentingnya pengajaran membaca permulaan pada anak diberikan sejak usia dini ini juga bertolak dari kenyataan bahwa masih terdapat sebelas juta anak Indonesia dengan usia 7-8 tahun tercatat masih buta huruf (ptk-masnur-muslich.blogspot.com).
Dardjowidjojo (2003:301) kemudian menyebutkan bahwa membaca hanya dapat dilakukan ketika anak sudah memenuhi prasyarat-prasyarat tertentu untuk berbicara. Prasyarat ini antara lain: menguasai sistem fonologis (bunyi), sintaksis (struktur kalimat), dan kemampuan semantik (kaitan makna antar kata). Sementara menurut Grainger (2003:185), kesiapan untuk memulai pengajaran membaca tergantung pada kesadaran fonemis. Istilah ini meliputi banyak aspek kepekaan anak terhadap struktur bunyi kata lisan, menentukan kemampuan memetakan bunyi ke simbol yang penting untuk membaca, menulis, dan mengeja.
Faktor ini pula yang nantinya menjadi dasar untuk membedakan kemampuan membaca pada anak normal dan pembaca lemah. Pernyataan di atas memberi makna bahwa kematangan sangat berperan dalam menentukan waktu yang tepat hingga anak dinyatakan siap untuk belajar membaca.
Keterampilan membaca harus dimulai sejak dini. Guru sedapat mungkin membimbing anak untuk mengembangkan dan meningkatkan keterampilan membaca. Misalnya membimbing siswa dalam memperkaya kosakata dan memahami makna struktur kata atau makna kiasa dan ungkapan (Ernalis, 2006:26).
Anak yang berada pada masa peka untuk belajar membaca akan dengan mudah menerima dan menanggapi rangsangan yang diberikan padanya dalam bentuk huruf, suku kata, kata, atau kalimat. Anak pun akan cepat memberi respon tiap kali stimulus yang sama muncul, dan sebagai hasilnya anak akan menunjukkan perubahan perilaku sebagai indikator keberhasilan proses belajarnya, yang dalam hal ini berarti anak menguasai kemampuan-kemampuan yang diperlukan dalam membaca.

3.       Tujuan Umum Pengajaran Membaca Permulaan
Pengajaran membaca permulaan, menurut Soejono (Dahlan, 1992:12) memiliki tujuan yang memuat hal-hal yang harus dikuasai siswa secara umum, yaitu:
a.         Mengenalkan siswa pada huruf-huruf dalam abjad sebagai tanda suara atau tanda bunyi.
b.        Melatih keterampilan siswa untuk mengubah huruf-huruf dalam kata menjadi suara.
c.         Pengetahuan huruf-huruf dalam abjad dan keterampilan menyuarakan wajib untuk dapat dipraktikkan dalam waktu singkat ketika siswa belajar membaca lanjut.
Selain itu tujuan pengajaran membaca permulaan yang dilakukan sejak anak usia 4-6 tahun (usia prasekolah) yaitu:
a.         Mampu mengungkapkan pikiran melalui bahasa sederhana secara tepat.
b.        Mampu berkomunikasi secara efektif.
c.         Membangkitkan minat untuk dapat berbahasa Indonesia.
Jika hal ini benar-benar dilaksanakan dalam pembelajaran maka bahasa Indonesia akan memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, social, dan emosional anak dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari seluruh aspek perkembangan pembelajaran (tikmathlab.wordpress.com).

4.       Media Kartu Seri
Kartu seri merupakan media yang termasuk pada jenis media grafis atau media dua dimensi, yaitu media yang mempunyai ukuran panjang dan lebar. Menurut Wibawa (Ratnasari, 2003:16) kartu seri biasanya berisi kata-kata, gambar atau kombinasinya dan dapat digunakan untuk mengembangkan perbendaharaan kata dalam pelajaran bahasa pada umumnya dan bahasa asing khususnya.
Kartu seri merupakan kartu yang berisi gambar, teks atau tanda simbol yang mengingatkan atau menuntun anak kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar tersebut. Kartu seri juga berupa kartu gambar yang memiliki dua sisi, sisi yang satu menampilkan gambar obyek dan sisi yang lain menampilkan kata yang menerangkan objek.
Kartu gambar tersebut disimpan dalam satu kotak yang menunjukkan jumlah kartu dari sebuah kelompok gambar. Kelompok gambar menunjukkan tema gambar (binatang, sayuran, buah-buahan, bagian-bagian tubuh, nama bilangan, nama kendaraan).
Media kartu seri mempunyai kegunaan sebagai berikut.
  1. Untuk memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis;
  2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera;
  3. Menimbulkan kegairahan belajar;
  4. Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan;
  5. Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.
Kartu seri bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan kosakata anak TK. Bagi guru, media ini bertujuan untuk mempermudah dalam mengkondisikan situasi belajar. Keterlibatan anak secara aplikatif dengan bantuan guru yang proaktif akan menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif dan efisien.
Kartu seri memiliki peran dalam membantu memudahkan anak dalam pembelajaran kosakata bahasa Indonesia dan kemampuan membaca. Pemilihan gambar-gambar pada kartu seri dalam pembelajaran pun harus memperlihatkan sasaran yang harus disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Menurut Sadiman (2008:33) mengatakan bahwa Pemilihan gambar-gambar dalam pembelajaran hendaknya memperhatikan unsur-unsur sebagai berikut : 1) harus autentik, situasi yang sebenarnya; 2) sederhana, komposisi harus jelas; 3) ukuran relatif; 4) mengandung gerakan/perbuatan; 5) sesuai dengan tujuan pengajaran; 6) bagus dari sudut seni.

C. KESIMPULAN
Media pendidikan merupakan segala sesuatu yang dijadikan perantara dalam proses interaksi antara penelitian dengan anak dengan tujuan untuk memperjelas proses yang berupa informasi materi pelajaran yang sedang dipelajari. Dalam proses pembelajaran kedudukan media pendidikan merupakan perantara komunikasi antara guru dengan anak.
Begitu pun dengan kartu seri, kartu gambar yang diperlihatkan kepada anak diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berbahasa, menimbulkan sikap aktif dan dapat berkomunikasi di lingkungannya. Media kartu seri tergolong dalam media berbasis visual yang memegang peranan penting dalam proses belajar.

Daftar Pustaka

Dahlan, 1992. Metode Belajar Mengajar Bahasa Arab. Surabaya: Al Ikhlas, Cet. I.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1996. Program Kegiatan Belajar Taman Kanak-kanak, Jakarta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1996. Metode Khusus Pengembangan Kemampuan Berbahasa, Jakarta.

Nata, A., 2001 Drs, M A., Filsafat Pendidikan Islam, Jaklarta: Logos Wacana Ilmu.

R., Moeslichatoen, 2004. Metode Pengajaran Di Taman Kanak-kanak, Jakarta: Rieka Cipta.

Sadiman, A., dkk. (2008). Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: RajaGrafindo Persada

Tarigan, (2008). Berbicara, Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Winda G. 1996. Pedoman Perencanaan dan Evaluasi Pengajaran di Taman Kanak-kanak, Jakarta: PGTK Darul Qolam.


KONSEP PERKEMBANGAN KETERAMPILAN BAHASA ANAK USIA DINI



A. Pendahuluan
Rentang usia dini merupakan saat yang tepat dalam mengembangkan potensi kecerdasan anak. Pengembangan potensi anak secara terarah pada rentang usia tersebut akan berdampak pada kehidupan masa depannya. Sebaliknya pengembangan potensi anak yang asal-asalan, akan berakibat pada potensi anak yang jauh dari harapan.PAUD juga dapat dijadikan cermin untuk melihat keberhasilan anak di masa yang akandatang. Anak yang mendapatkan layanan yang baik semenjak usia 0-6 tahun memiliki harapan lebih besar untuk meraih keberhasilan di masa mendatang. Sebaliknya anak yang tidak mendapatkan pelayanan pendidikan yang memadai membutuhkan perjuangan cukup berat untuk mengembangkan kehidupan selanjutnya.
Salah satu aspek pengembangan pada anak usia dini adalah kemampun berbahasa. Menurut Meggit (2013:7) Bahasa adalah system terstruktur yang mentransmisikan makna. Bahasa biasanya dikomunikasikan melalui lisan, tetapi juga dapat melalui tulisan atau isyarat. Lebih lanjut Meggit menjelaskan kemampuan berbahasa adalah salah satu aspek pengembangan anak usia dini, kemampuan berbahasa dapat berkembang bila dirangsang melalui berbicara, mendengarkan, membaca, menulis, berdiskusi dan bercerita.
B. Pembahasan
   Kemampuan mengucapkan bahasa merupakan salah satu keterampilan yang berlaku cukup penting dalam keseluruhan kehidupan individu bukan hanya pada anak usia dini. Kemampuan berbahasa akan menjadi modal utama bagi anak dalam melakukan komunikasi dengan teman, guru dan juga orang dewasa lain yang ada di sekitarnya, minimalnya sebelum memasuki pendidikan formal anak sudah memiliki kemampuan berbahasa dalam satu bahasa “ibu” (Wahyudin dan Agustin, 2009:15).
Sebagaimana anak yang baru lahir (baby) mau tidak mau harus melalui proses belajar bahasa setahap demi setahap yang dipelajari dari orang sekelilingnya yaitu misalnya; ibu, bapak, saudara-saudaranya, nenek-neneknya, yang di dalam rumah. Yang menarik perhatian kita adalah, mengapa anak kita mudah menerima “kata-kata baru” bila mendengar dari orang sekelilingnya? Karena pada dasarnya anak kecil itu belum mempunyai konsep bahasa, tetapi yang ada padanya baru berbentuk “potensi”, yang mana potensi itu akan punya potensi, jika orang disekelilingnya mau menggunakan. Potensi itulah yang disebut “fithrah”.
Perbedaannya dengan orang dewasa atau anak remaja yang belajar bahasa ialah, baik orang dewasa atau anak remaja itu sudah mempunyai pengalaman dan konsep bahasa lain, misalnya bahasa ibu atau bahasa nasional. Pada saat inilah mereka akan menghadapi problem untuk mempelajari bahasa asing, karena bahasa asing mempunyai bunyi (suara) yang berbeda, kosa kata yang berbeda, tata kalimat yang berbeda, dan lain-lain.
Bahasa merupakan sarana berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat atau gerak dengan menggunakan kata-kata, kalimat bunyi, lambang dan gambar. Menurut Miller (dalam Wahyudin dan Agustin, 2010: 15) bahasa adalah suatu urutan kata-kata, bahasa juga dapat digunakan untuk menyampaikan informasi mengenai tempat yang berbeda atau waktu yang berbeda.
Pada usia 3-6 tahun kemampuan berbahasa anak akan berkembang sejalan dengan rasa ingin tahu serta sikap antusias yang tinggi, sehingga timbul pertanyaan-pertanyaan dari anak dengan kemampuan bahasanya. Antara usia 4 dan 5 tahun, kalimat anak sudah terdiri dari empat sampai lima kata. Antara 5 dan 6 tahun, kalimat anak sudah terdiri dari enam sampai delapan kata. Mereka juga sudah dapat menjelaskan arti kata-kata sederhana, mengetahui lawan kata. Mereka dapat menggunakan kata penghubung, kata depan dan kata sandang. Pada masa akhir usia prasekolah anak umumnya sudah mampu berkata-kata sederhana, cara bicara mereka telah lancar, dapat dimengerti dan cukup mengikuti tata bahasa walaupun masih melakukan kesalahan berbahasa.
Jadi barang siapa ingin mempelajari bahasa asing berarti harus sadar dengan seluruh daya upaya untuk membentuk kebiasaan baru, sedangkan pada saat mempelajari bahasa ibu (bahasa nasional) proses itu berjalan tanpa sadar. Pada saat ini pula anak akan berusaha mengkaitkan dan membuat persamaan dan perbedaan antara bahasa ibu (bahasa nasional) dan bahasa asing yang sedang dipelajarinya.
Ketika memasuki taman kanak-kanak sudah menguasai hampir semua kaidah dasar gramatikal bahasanya. Dia sudah dapat membuat kalimat berita, kalimat tanya, dan sejumlah konstruksi lain. Hanya dia masih mendapat kesulitan dalam membuat kalimat pasif. Pada masa akhir usia prasekolah anak umumnya sudah mampu berkata-kata sederhana dan berbahasa sederhana, cara bicara mereka sudah lancar, dapat dimengerti dan cukup mengikuti tata bahasa walaupun masih melakukan kesalahan berbahasa (Wahyudin dan Agustin, 2010:16).
Untuk membantu perkembangan bahasa anak, atau kemampuan berkomunikasi maka orang tua dan guru Taman Kanak-kanak seyogianya memfasilitasi, memberi kemudahan, atau peluang kepada anak dengan sebaik-baiknya. Berbagai peluang itu diantaranya sebagai berikut:
a.       Bertutur kata yang baik dengan anak
b.      Mau mendengarkan pembicaraan anak
c.       Menjawab pertanyaan anak (jangan meremehkannya)
d.      Mengajak berdialog dalam hal-hal sederhana, seperti memelihara kebersihan rumah, sekolah, dan memelihara kesehatan diri.
e.       Di Taman Kanak-kanak, anak dibiasakan untuk bertanya, mengekspresikan keinginannya, menghafal, dan melantunkan lagu dan puisi. (Yusuf,  2005:170).

Perkembangan bahasa anak merupakan proses biologis dan psikologis, karena melibatkan proses pertumbuhan alami dan perkembangan psikologis sebagai akibat interaksi anak dengan lingkungan. Kecepatan anak dalam berbicara (bahasa pertama) merupakan salah satu keajaiban alam  dan menjadi bukti kuat dari dasar biologis untuk pemerolehan bahasa.
Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini, tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lambang atau simbol untuk mengungkapkan sesuatu pengertian, seperti dengan menggunakan lisan, tulisan, isyarat, bilangan, lukisan dan mimik muka (Yusuf, 2005:118).
Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan sarana yang sangat penting dalam kehidupan anak. Di samping itu, bahasa juga merupakan alat untuk menyatakan pikiran dan perasaan kepada orang lain yang sekaligus berfungsi untuk memahami pikiran dan perasaan orang lain (Wahyudin dan Agustin, 2009:15)..
Pada saat yang sama, perkembangan kompetensi berbahasa, yakni kemampuan untuk menggunakan seluruh  aturan  berbahasa baik untuk ekspresi (berbicara) maupun interpretasi (memberi makna), dipengaruhi oleh pengalaman dan lingkungan anak. Selama tahun-tahun awal prasekolah, khususnya di kelompok bermain, interaksi dengan orang dewasa dan penutur lain yang lebih tua, memainkan peranan yang penting dalam mendukung perkembangan kemampuan berkomunikasi anak.
Ketika memasuki taman kanak-kanak, anak telah dapat memberikan sejumlah informasi dan menggunakan berbagai bentuk pertanyaan dengan menggunakan kata “apa”, “mengapa”, “kapan”, “di mana”, dan “siapa”. Mereka juga dapat berargumentasi dan dapat tertawa oleh penggunaan kata-kata yang keliru. Anak usia 4 tahun mempunyai selera humor yang relatif baik, senang terhadap rima (persajakan), teka-teki, lelucon sederhana, dan gurauan lisan. Mereka juga dapat menikmati cerita yang dibicarakan kepada mereka, khususnya ketika mereka dapat melihat ke ilustrasi gambar yang menyertai cerita tersebut.
   Menurut Yusuf (2005:170) perkembangan bahasa anak usia dini dapat diklasifikasikan ke dalam dua tahap (sebagai kelanjutan dari dua tahap sebelumnya) yaitu sebagai berikut.
  1. Masa ketiga (2,0-2,6) yang bercirikan:
1)      Anak sudah mulai bisa menyusun kalimat tunggal yang sempurna.
2)      Anak sudah mampu memahami tentang perbandingan misalnya burung pipit lebih kecil dari burung perkutut, anjing lebih besar dari kucing.
3)      Anak banyak menanyakan nama dan tempat: apa, dimana, dan darimana.
4)      Anak sudah banyak menggunakan kata-kata yang berawalan dan yang berakhiran.
  1. Masa keempat (2,6-6,0) yang bercirikan:
1)      Anak sudah dapat menggunakan kalimat majemuk beserta kalimatnya.
2)      Tingkat berpikir anak sudah lebih maju, anak banyak menanyakan soal waktu, sebab akibat melalui pertanyaan-pertanyaan: kapan, kemana, mengapa, dan bagaimana.
Dalam berbahasa anak dituntut menuntaskan atau menguasai empat tugas pokok yang satu sama lain saling berkaitan. Apabila anak berhasil menuntaskan tugas yang satu, maka berarti juga ia dapat menuntaskan tugas-tugas yang lainnya. Keempat tugas itu adalah sebagai berikut.
a)      Pemahaman, yaitu kemampuan memahami makna ucapan orang lain.
b)      Pengembangan perbendaharaan kata anak berkembang dimulai secara lambat pada usia dua tahun pertama, kemudian mengalami tempo yang cepat pada usia prasekolah dan terus meningkat setelah anak masuk sekolah.
c)      Penyusunan kata-kata menjadi kalimat, kemampuan menyusun kata-kata menjadi kalimat pada umumnya berkembang sebelum usia dua tahun. Bentuk kalimat pertama adalah kalimat tunggal (kalimat satu kata) dengan disertai gerakan untuk melengkapi cara berpikirnya. Contoh anak menyebut “bola” sambil menunjuk bola itu dengan jarinya. Seiring dengan meningkatnya usia anak dan keluasan pergaulannya, tipe kalimat yang diucapkannya pun semakin panjang dan kompleks.
d)     Ucapan, kemampuan mengucapkan kata-kata merupakan hasil belajar melalui imitasi (peniruan) terhadap suara-suara yang didengar anak dari orang lain (terutama orang tuanya). Kejelasan ucapan itu baru tercapai pada usia sekitar tiga tahun. Hasil studi tentang suara dan kombinasi suara menunjukkan bahwa anak mengalami kemudahan dan kesulitan dalam huruf-huruf tertentu. Huruf-huruf yang mudah diucapkan yaitu huruf hidup (vokal) seperti i, a, e, dan u dan huruf mati (konsonan) seperti t, p, b, m dan n, sedangkan yang sulit diucapkan adalah huruf mati tunggal seperti z, w, s dan g dan huruf mati rangkap (diftong) seperti st, str, dan dr.   (Yusuf, 2005:119).        

            Ada dua tipe perkembangan bahasa anak, yaitu sebagai berikut.
1)      Egocentric speech, yaitu anak berbicara kepada dirinya sendiri (monolog).
2)      Socialized speech, yang terjadi ketika berlangsung kontak antara anak dengan temannya atau dengan lingkungannya. Perkembangan ini dibagi ke dalam lima bentuk: (a) adapted information, di sini terjadi saling tukar gagasan atau adanya tujuan bersama yang dicari, (b) critism, yang menyangkut penilaian anak terhadap ucapan atau tingkah laku orang lain, (c) command (perintah), request (permintaan), dan threat (ancaman), (d) questions (pertanyaan), dan (e) answer (jawaban)


C. Kesimpulan
            Anak usia Taman Kanak-Kanak mempunyai karakteristik khusus dalam kemampuan berbahasa atau berbicara, antara lain sudah dapat bicara lancar dengan kalimat sederhana, mengenal sejumlah kosakata, menjawab dan membuat pertanyaan sederhana, serta menceritakan kembali isi cerita. Untuk  mengembangkan keterampilan bahasa anak membutuhkan reinforcement (penguat), reward (hadiah, pujian), stimulasi, dan model atau contoh yang baik dari orang dewasa agar keterampilan berbicaranya dapat berkembang secara maksimal.

DAFTAR PUSTAKA
Dhieni, Nurbiana. (2007). Metoda Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka
Indarto, Kuss (1999). Sketsa Di Tanah Mer(d)eka Kumpulan Karikatur. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Munadi. (2013). Media Pembelajaran. Bandung: GP Press
Wahyudin, U. dan Agustin, M. (2011). Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini. Bandung: Refika Aditama
Yusuf, S. (2005). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya




KETERAMPILAN BAHASA SEBAGAI ALAT KOMUNIKASI ANAK USIA DINI

A. PENDAHULUAN
Komunikasi merupakan satu faktor yang menentukan kebahagiaan manusia, komunikasi juga faktor paling penting untuk menjalin hubungan yang rapat dengan seorang manusia lain. Manusia berkomunikasi karena ada beberapa tujuan yang hendak dicapai. Tujuan pertama, individu berkomunikasi dengan manusia lain adalah karena individu tersebut hendak memahami orang lain. Individu hendaknya mengenali siapa mereka, siapa diri mereka, apa yang mereka pikirkan, apa yang mereka rasakan dan macam-macam lagi konteks kalimat berkenaan dengan dirinya. Menurut Smith (1966), komunikasi manusia adalah satu rangkaian proses yang harus yang digunakan manusia untuk berinteraksi, mengawali antara satu sama lain dan memperoleh kepahaman. Komunikasi adalah bentuk interaksi secara lisan atau bukan lisan di antara suami dan isteri, orangtua dan anak, dan dapat juga interaksi dari semua anggota keluarga. Ini termasuk pernyataan sikap, nilai, minat, kepercayaan, perasaan dan pemikiran dalam kehidupan hari-hari.
Komunikasi efektif merupakan Komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap (attitude change) pada orang yang terlibat dalam komunikasi. Kita harus sadar akan pentingnya komunikasi khususnya komunikasi efektif, agar segala sesuatu yang kita tampilkan dan lakukan adalah komunikasi, maka penampilan dan segala sesuatu yang kita lakukan merupakan pesan.
Komunikasi guru dengan muridnya di kelas termasuk komunikasi antar pribadi. Guru sebagai komunikator dan muridnya menjadi komunikan. Guru memiliki pesan dengan tujuan tertentu yang disampaikan pada muridnya dengan umpan balik langsung. Dalam hal ini komunikasi guru dan murid yang dimaksud adalah murid yang tergolong sebagai anak berusia dini. Komunikasi tersebut penting karena anak berusia dini adalah anak dalam masa emasnya. Sehingga stimulus yang diberikan pada anak usia 0 sampai 5 tahun tersebut maksimal diserap oleh otak anak.
Dalam lima tahun pertama yang disebut dengan The Golden Years, seorang anak mempunyai potensi yang sangat besar untuk berkembang. Pada usia
ini, 90% dari fisik otak anak sudah terbentuk. Di masa-masa inilah anak seyogianya mulai diarahkan. Saat keemasan ini tidak akan terjadi dua kali. (Hasan
2010 : 29) Guru memiliki tantangan yang beragam saat menghadapi muridnya di
usia emas tersebut, anak cenderung tidak mudah untuk diajak berkomunikasi.
Mereka masih sulit untuk fokus, sehingga perlu strategi khusus untuk dapat berkomunikasi dengan mereka, untuk dapat menyampaikan pesan dan diterima dengan baik. Komunikasi yang efektif adalah satu hal penting yang mempengaruhi baik tidaknya proses serta hasil dari pembentukan moral dan kepribadian anak. (Hasan 2010 : 35). Komunikasi yang efektif antara guru dan murid di sekolah adalah ketika guru dapat menyampaikan pesan kepada muridnya dan murid dapat menerima pesan tersebut sehingga tujuan yang diinginkan guru tercapai.
Contohya bila di dalam kelas guru memberi pesan kepada muridnya untuk mewarnai gambar dan pesan tersebut dapat diterima murid kemudian mereka melakukan kegiatan mewarnai gambar. Dalam keadaan tersebut telah terjadi komunikasi yang efektif, yaitu pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik kemudian tercapailah tujuan yang diinginkan komunikator dari komunikasi tersebut.

B. PEMBAHASAN
Istilah komunikasi berasal dari kata Latin  Communicare atau Communis yang berarti  sama  atau menjadikan milik bersama. Kalau kita berkomunikasi dengan orang lain, berarti  kita berusaha agar  apa yang disampaikan kepada orang lain tersebut menjadi miliknya.
Beberapa definisi komunikasi adalah:
1.      Komunikasi adalah kegiatan pengoperan lambang yang mengandung arti/makna yang perlu dipahami bersama oleh  pihak yang terlibat dalam kegiatan komunikasi  (Astrid).
2.      Komunikasi adalah kegiatan perilaku atau kegiatan penyampaian pesan atau informasi tentang pikiran atau perasaan (Roben.J.G).
3.      Komunikasi adalah sebagai pemindahan informasi dan pengertian dari satu orang ke orang lain (Davis, 1981).
4.      Komunikasi adalah berusaha untuk mengadakan persamaan dengan orang lain (Schram,W)
5.      Komunikasi  adalah penyampaian dan memahami pesan dari satu orang kepada orang lain, komunikasi merupakan proses sosial (Modul PRT, Lembaga Administrasi).
Komunikasi mempunyai  dasar sebagai berikut: Niat, Minat,  Pandangan, Lekat, Libat.
Niat menyangkut :
1)      Apa yang akan disampaikan
2)      Siapa sasarannya
3)      Apa yang akan dicapai
4)      Kapan akan disampaikan
Minat, ada dua faktor yang mempengaruhi yaitu:
·        Faktor obyektif   : merupakan rangsang yang kita terima
·        Faktor subyektif : merupakan faktor yang menyangkut diri si penerima   stimulus
Pandangan, merupakan makna dari informasi yang disampaikan  pada sasaran, menafsirkan informasi yang diterima tergantung pada pendidikan, pekerjaan, pengalaman dan kerangka pikir seseorang.
Lekat, merupakan informasi yang disimpan oleh si penerima.
Libat, merupakan keterlibatan panca indera sebanyak-banyaknya.
Untuk dapat berkomunikasi secara efektif kita perlu memahami unsur-unsur komunikasi, antara lain:
1.      Komunikator.
Pengirim (sender) yang mengirim pesan kepada komunikan dengan menggunakan media tertentu. Unsur yang sangat berpengaruh dalam komunikasi, karena merupakan awal (sumber) terjadinya suatu komunikasi


2.      Komunikan.
Penerima (receiver) yang menerima pesan dari komunikator, kemudian memahami, menerjemahkan dan akhirnya memberi respon.
3.      Media.
Saluran (channel) yang digunakan untuk menyampaikan pesan sebagai sarana berkomunikasi. Berupa bahasa verbal maupun non verbal, wujudnya berupa ucapan, tulisan, gambar, bahasa tubuh, bahasa mesin, sandi dan lain sebagainya.
4.      Pesan.
Isi komunikasi berupa pesan (message) yang disampaikan oleh Komunikator kepada Komunikan. Kejelasan pengiriman dan penerimaan pesan sangat berpengaruh terhadap kesinambungan komunikasi.
5.      Tanggapan.
Merupakan dampak (effect) komunikasi sebagai respon atas penerimaan pesan. Diimplentasikan dalam bentuk umpan balik (feed back) atau tindakan sesuai dengan pesan yang diterima.
Komunikasi merupakan suatu proses yang mempunyai komponen dasar  sebagai berikut : Pengirim pesan , penerima pesan  dan  pesan
Semua fungsi manajer melibatkan  proses komunikasi. 
1.     Pengirim pesan (sender) dan isi pesan/materi
Pengirim pesan adalah orang yang mempunyai ide  untuk disampaikan kepada seseorang dengan harapan   dapat dipahami oleh orang yang menerima pesan sesuai dengan yang dimaksudkannya. Pesan adalah informasi yang akan disampaikan  atau diekspresikan  oleh pengirim pesan.  Pesan dapat verbal atau non verbal dan pesan akan efektif bila diorganisir secara baik dan jelas.
2.     Simbol/ isyarat
Pada tahap ini pengirim pesan membuat kode atau simbol sehingga pesannya dapat       dipahami oleh  orang lain. Biasanya seorang manajer menyampaikan pesan dalam bentuk kata-kata, gerakan anggota badan, (tangan, kepala, mata dan bagian muka lainnya). Tujuan  penyampaian pesan adalah untuk mengajak, membujuk, mengubah sikap, perilaku atau menunjukkan arah tertentu.

3.     Media/penghubung
Adalah alat untuk penyampaian pesan seperti ; TV, radio surat kabar,  papan pengumuman, telepon dan lainnya. Pemilihan media ini dapat dipengaruhi oleh isi pesan  yang akan disampaikan, jumlah penerima pesan, situasi dsb
4.     Mengartikan kode/isyarat
Setelah  pesan diterima  melalui indera (telinga, mata dan seterusnya) maka  si penerima pesan  harus dapat mengartikan  simbul/kode dari pesan tersebut, sehingga dapat dimengerti /dipahaminya
5.     Penerima pesan
Penerima pesan adalah orang yang dapat memahami pesan  dari sipengirim  meskipun dalam bentuk code/isyarat  tanpa mengurangi arti pesan  yang dimaksud oleh pengirim
6.     Balikan (feedback)
Balikan adalah isyarat atau tanggapan yang berisi  kesan dari penerima pesan dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Tanpa balikan seorang pengirim pesan tidak akan tahu dampak pesannya terhadap sipenerima pesan Hal ini penting  bagi manajer atau pengirim pesan untuk mengetahui apakah pesan sudah diterima dengan pemahaman yang benar dan tepat. Balikan dapat disampaikan oleh penerima pesan atau orang lain yang bukan penerima pesan. Balikan yang disampaikan oleh penerima pesan pada umumnya merupakan balikan langsung  yang mengandung pemahaman atas pesan tersebut dan sekaligus merupakan apakah pesan itu akan dilaksanakan atau tidak Balikan yang diberikan oleh orang lain  didapat dari pengamatan pemberi balikan  terhadap perilaku maupun ucapan penerima pesan. Pemberi balikan  menggambarkan perilaku penerima pesan  sebagai reaksi  dari pesan  yang diterimanya. Balikan bermanfaat untuk memberikan informasi, saran yang dapat menjadi bahan pertimbangan dan membantu untuk menumbuhkan  kepercayaan serta keterbukaan diantara komunikan, juga balikan dapat memperjelas persepsi.
7.     Gangguan
Gangguan bukan merupakan bagian dari proses komunikasi  akan tetapi mempunyai pengaruh dalam  proses komunikasi, karena pada setiap situasi hampir selalu ada hal yang mengganggu kita. Gangguan adalah  hal yang  merintangi atau menghambat  komunikasi  sehingga penerima salah menafsirkan pesan  yang diterimanya.
f.       Jenis-jenis komunikasi
Pada dasarnya komunikasi digunakan untuk menciptakan atau meningkatkan aktifitas hubungan antara manusia atau  kelompok
Jenis komunikasi terdiri dari:
1.     Komunikasi verbal dengan kata-kata
Komunikasi Verbal mencakup aspek-aspek berupa ;
a.       Vocabulary (perbendaharaan kata-kata). Komunikasi tidak akan efektif bila pesan disampaikan dengan kata-kata yang tidak dimengerti, karena itu olah kata menjadi penting dalam berkomunikasi.
b.      Racing (kecepatan). Komunikasi akan lebih efektif  dan sukses bila kecepatan bicara dapat diatur dengan baik, tidak terlalu cepat atau terlalu lambat.
c.       Intonasi suara: akan mempengaruhi arti pesan  secara dramatik sehingga pesan akan menjadi lain artinya  bila diucapkan dengan intonasi suara yang berbeda. Intonasi suara yang tidak proposional merupakan hambatan dalam berkomunikasi.
d.      Humor: dapat meningkatkan kehidupan yang bahagia. Dugan (1989), memberikan catatan bahwa dengan tertawa dapat membantu menghilangkan  stress dan nyeri. Tertawa mempunyai hubungan fisik dan psikis dan harus diingat bahwa humor adalah merupakan  satu-satunya selingan dalam berkomunikasi.
e.       Singkat dan jelas. Komunikasi  akan efektif bila disampaikan secara singkat dan jelas, langsung pada pokok permasalahannya sehingga lebih mudah dimengerti.
f.       Timing (waktu yang tepat) adalah hal kritis yang perlu diperhatikan karena berkomunikasi akan berarti bila seseorang  bersedia untuk berkomunikasi, artinya dapat menyediakan waktu untuk mendengar atau memperhatikan apa yang disampaikan.


2  Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non verbal adalah penyampaian pesan tanpa kata-kata  dan komunikasi non verbal memberikan arti  pada komunikasi verbal.
Yang termasuk komunikasi non verbal :
a.       Ekspresi wajah  
Wajah merupakan sumber yang kaya dengan komunikasi, karena ekspresi wajah cerminan suasana emosi seseorang.
b.      Kontak mata, merupakan sinyal alamiah untuk berkomunikasi. Dengan mengadakan kontak mata selama berinterakasi  atau tanya jawab berarti orang tersebut terlibat dan menghargai lawan bicaranya dengan kemauan untuk memperhatikan  bukan sekedar mendengarkan. Melalui kontak mata  juga memberikan kesempatan pada orang lain untuk mengobservasi yang lainnya
c.       Sentuhan  adalah bentuk komunikasi personal  mengingat sentuhan lebih bersifat spontan dari pada komunikasi verbal. Beberapa pesan  seperti perhatian yang sungguh-sungguh, dukungan emosional, kasih sayang  atau simpati dapat dilakukan melalui sentuhan.
d.      Postur tubuh dan gaya berjalan. Cara seseorang berjalan, duduk, berdiri dan bergerak memperlihatkan ekspresi dirinya. Postur tubuh dan gaya berjalan merefleksikan emosi, konsep diri, dan tingkat kesehatannya.
e.       Sound (Suara). Rintihan, menarik nafas panjang, tangisan  juga salah satu ungkapan  perasaan  dan pikiran  seseorang yang dapat dijadikan komunikasi. Bila dikombinasikan dengan semua bentuk komunikasi  non verbal lainnya  sampai desis  atau suara  dapat menjadi pesan yang sangat  jelas.
f.       Gerak isyarat, adalah yang dapat mempertegas pembicaraan . Menggunakan isyarat sebagai bagian total dari komunikasi  seperti mengetuk-ngetukan kaki atau mengerakkan tangan  selama berbicara menunjukkan seseorang dalam keadaan  stress  bingung atau sebagai upaya untuk menghilangkan stress
Komunikasi  sebagai proses memiliki bentuk :
1.      Bentuk Komunikasi berdasarkan
a.       Komunikasi langsung
Komunikasi langsung tanpa mengguanakan alat.
Komunikasi berbentuk kata-kata, gerakan-gerakan yang berarti khusus dan penggunaan isyarat,misalnya kita berbicara langsung kepada seseorang dihadapan kita.
        A--------àß-----------B
b.      Komunikasi tidak langsung
Biasanya menggunakan alat dan mekanisme untuk melipat gandakan jumlah penerima  penerima pesan (sasaran) ataupun untuk menghadapi hambatan geografis, waktu misalnya menggunakan radio, buku, dll.
            Contoh : “ Buanglah sampah pada tempatnya                     
2.      Bentuk komunikasi berdasarkan  besarnya sasaran :
a.       Komunikasi massa, yaitu komunikasi  dengan sasarannya kelompok orang dalam jumlah yang besar, umumnya tidak dikenal.
Komunikasi masa yang baik  harus :
Pesan disusun  dengan jelas, tidak rumit  dan tidak bertele-tele
Bahasa yang mudah dimengerti/dipahami
Bentuk gambar yang baik
Membentuk kelompok khusus, misalnya kelompok pendengar (radio)
b.      Komunikasi kelompok
Adalah komunikasi yang sasarannya sekelompok orang yang umumnya dapat dihitung dan dikenal dan merupakan komunikasi langsung dan timbal balik.
                         Perawat----- ®  ¬ ------Pengunjung puskesmas
c.       Komunikasi perorangan.
Adalah  komunikasi dengan tatap muka dapat juga melalui telepon.
                      Perawat----- ®   ¬ ------Pasien
3.      Bentuk komunikasi berdasarkan arah pesan :
a.      Komunikasi satu arah
Pesan  disampaikan oleh sumber kepada sasaran  dan sasaran tidak dapat  atau tidak mempunyai kesempatan untuk memberikan umpan balik atau bertanya, misalnya radio.
A  ------------------® B                                                                                                                                                         
b.      Komunikasi timbal balik.
Pesan disampaikan kepada sasaran  dan sasaran memberikan umpan balik. Biasanya  komunikasi kelompok atau perorangan merupakan komunikasi timbal balik.

C. KESIMPULAN
Komunikasi dalam lingkup pendidikan juga dapat diartikan sebagai kesiapan membicarakan dengan terbuka setiap hal dalam lingkungan pendidikan baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, juga siap menyelesaikan masalah-masalah dalam lingkungan pendidikan dengan pembicaraan yang dijalani dalam kesabaran dan kejujuran serta keterbukaan.
Enam hal yang harus diperhatikan dalam komunikasi efektif di lingkungan pendidikan adalah respek, empati, audibel, rendah hati, tepat dan jelas.
Banyak cara yang dapat dilakukan oleh pendidik untuk menjadi komunikator efektif dalam upaya memperbaiki kualitas relasi antar-guru dengan anak. Guru dapat memperbaiki keterampilan komunikasi dengan melakukan hal-hal seperti, frekuensi komunikasi, komunikasi jelas dan langsung, jadilah penyimak yang baik, perhatikan pesan-pesan non verbal, dan berfikir positif.
  
DAFTAR PUSTAKA

Tarmudji, Tarsis. 2004. Memahami Psikologi Komunikasi. Semarang: UNNES Press.
http://www.coremap.or.id/downloads/Mengapa_Kita_Berkomunikasi.pdf
http://ocw.gunadarma.ac.id/course/diploma-three-program/study-program-of-midwife-practices-d3/komunikasi-konseling-dalam-praktek-kebidanan/komunikasi-efektif



Mekanisme Kontraksi Otot

  Pada tingkat molekular kontraksi otot adalah serangkaian peristiwa fisiokimia antara filamen aktin dan myosin.Kontraksi otot terjadi per...

Blog Archive