Showing posts with label Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Show all posts
Showing posts with label Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Show all posts

Friday, December 31, 2021

Contoh Permainan Dalam Mengembangkan Kemampuan Matematika Pada Anak Usia Dini

 

Judul Permainan       :   Permainan Ulangi dan Makan

Alat dan Bahan         :

a)      permen coklat warna- warni

b)      kertas, untuk menaruh permen

 

Aspek yang akan dicapai :

1.      Nilai Agama dan Moral          :

I.5 Membiasakan diri berperilaku baik

2.      Fisik Motorik                          :

II.A.3 Melakukan permainan fisik dengan  aturan

            II.B.3 Melakukan eksplorasi dengan  berbagai media dan kegiatan

3.      Kognitif                                  :

III.A.3 Menerapkan pengetahuan atau pengalaman dalam konteks yang baru

III.B.8 Mengurutkan benda berdasarkan ukuran dari kecil ke besar atau

sebaliknya.

III.C.1 Menyebutkan lambang bilangan 1-10

III.C.2 Menggunakan lambang bilangan untuk  menghitung

4.      Bahasa                                     :

IV.A.3 Memahami aturan dalam suatu   permainan

            IV.B.1 Menjawab pertanyaan yang lebih  kompleks

5.      Sosial Emosional                     :

V.C.1 Bermain dengan teman sebaya

6.      Seni                                         :

VI.A.1 Anak bersenandung atau bernyanyi sambil mengerjakan sesuatu

 

Tujuan Permainan

a)    melatih keberanian anak

b)    melatih kemampuan kognitif dan kreativitasnya

c)    mengenalkan anak akan warna-warna

 

Cara Bermain :

1)     ajaklah anak untuk bernyanyi “ balonku “

2)     ambil sebungkus permen coklat yang berwarna-warni dan kenalkan warna-warna permen pada anak.

3)     Bentuklah pola menurut warna permen di atas kertas

4)     Pola pertama : permen merah, permen kuning, permen merah, permen kuning (ulangi min 2 kali agar anak lebih paham)

5)     Pintalah salah satu anak untuk menyusun lanjutan pola permen itu dan tanyakan “ warna apa setelah ini?”

6)     Jika anak sudah selesai menyusun pola min 2 kali, maka tanyakan kepada anak “mengapa kamu mengambil permen warna kuning?

7)     Kemudian, anak disuruh untuk mengambil permen yang disusunnya saja untuk dimakan, sebagai hadiah dia berani maju dengan menyusun warna permen dengan benar.

8)     Lakukan sekali lagi dengan warna yang berbeda dan susunan jumlah yang berbeda.misalnya AABB-AABB atau ABC-ABC.

 

Manfaat Permainan :

Dengan permainan di atas, diharapkan anak mampu dan bisa untuk mengurutkan pola-pola, belajar berhitung, maupun belajar warna. Pendidik harus bisa membuat suatu permainan untuk anak agar anak lebih tertarik dan mau untuk mencobanya. Sehingga anak tidak bosan dalam belajar di sekolah. Dengan begitu tingkat pencapaian perkembangan anak bisa tercapai.

 

 

 

KECERDASAN MUSIKAL ANAK USIA 4-5 TAHUN

 


Kecerdasan musikal pada anak usia dini dapat distimulasi dengan kegiatan yang sederhana dan disukai oleh anak. Salah satu diantaranya dengan Gerak dan Lagu. Melalui gerak dan lagu anak akan mudah mengingat lagu yang disertai dengan gerakan. Terkadang anak lupa lagunya tapi ingat gerakannya. Anak belajar untuk mengingat gerakan dengan kata-kata tertentu dan belajar membuat gerakan sesuai irama. Anak-anak pada dasarnya sudah memiliki potensi untuk memiliki kecerdasan irama musik, seperti ketika seorang anak mendapatkan barang yang diinginkan maka dia akan menari-nari.

Anak dengan kecerdasan musikal mudah mengenali dan mengingat nada-nada. Ia juga dapat mentransformasi kata-kata menjadi lagu dan menciptakan berbagai permainan musik. Merekapun pintar melantunkan bait lagu dengan baik dan benar, menggunakan kosa kata musikal, dan peka terhadap ritme, ketukan, melodi atau warna suara dalam sebuah potongan komposisi musik.

Dalam bukunya, Gardner berpendapat bahwa konsep kecerdasan sebagai potensi biopsikologis untuk memproses informasi yang dapat diaktivasi dalam sebuah budaya untuk memecahkan masalah atau menciptakan produk-produk yang merupakan nilai dalam sebuah budaya.

Kecerdasan musikal dapat diartikan sebagai kemampuan untuk berfikir atau mencerna musik, untuk mampu menyimak pola-pola, mengenalinya dan mungkin mengubah komposisi atau  memanipulasinya. Apabila seorang anak tumbuh dan dididik dalam sebuah budaya yang mengagungkan ketrampilan atau kemampuan musik, besar kemungkinan potensi musik anak terasah dan berkembang.

Dengan pemahaman teori Gardner, maka kecerdasan itu tidak hanya dipengaruhi oleh sesuatu yang dibawa sejak lahir namun kecerdasan inipun dapat diasah. Seringkali anak-anak dengan kecerdasan musikal yang sangat menonjol dinilai pendidik dan orangtua sebagai anak yang diberi karunia atau kelebihan sejak lahir; sedangkan bakat membutuhkan latihan serta stimulasi. Namun perlu disadari bahwa talenta atau bakat maupun karunia tidak ada artinya tanpa stimulasi.

Meskipun setelah ada stimulasi karunia kemudian membawa pengaruh cukup besar pada prestasi yang dicapai anak. Ketrampilan yang mungkin bisa didapat pada kecerdasan musikal seperti memainkan alat musik di rumah atau di sekolah, ingat melodi lagu, berprestasi sangat bagus di kelas musik di sekolah, lebih bisa belajar dengan iringan musik, mengoleksi CD atau kaset, bernyanyi untuk diri sendiri atau orang lain, bisa mengikuti irama musik, mempunyai suara yang bagus untuk menyanyi, peka terhadap suara-suara di lingkungannya, dan memberikan reaksi yang kuat terhadap berbagai jenis musik.

 

1.      Judul Permainan    : “Mengejar Lagu”

2.      Tujuan                   : Merangsang kepekaan nada, irama dan musik,

                                      kemampuan olah vokal, serta kepekaan koordinasi

                                      suara dan lagu

3.      Alat dan Bahan     : Langsung

4.      Cara Bermain

a.         Bentuk anak menjadi 2 kelompok,  posisi berdiri dipisah antara kelompok 1 dan 2

b.        Persilahkan kelompok 1 menyanyi lagu “Balonku”

c.         Begitu kelompok 1 sampai kata “…..rupa-rupa warnanya”, kelompok 2 mulai bernyanyi “Balonku….”

d.        Begitu selesai menyanyi, kelompok 1 mulai lagi. “Balonku….”begitu juga dengan kelompok 2. Apabila anak-anak masih banyak tertawa biarkan sejenak lalu mulai lagi.

e.         Teruskan permainan hingga anak-anak minta berhenti.       

5.      Manfaat Permainan

Dengan melakukan permainan ini anak dapat meningkatkan kepekaan terhadan nada, irama dan musik. Selain itu anak dapat meningkatkan kemampuan olah vokal serta kepekaan koordinasi suara dan lagu.

 

Jawaban Mata Kuliah : Metode Pengembangan Matematika Untuk AUD (1)

 


 

1.     Matematika pada hakekatnya merupakan cara belajar untuk mengatur jalan pikiran seseorang dengan maksud melalui matematika seseorang dapat mengatur jalan pikirannya. Dalam kaitannya, salah satu cabang dari matematika ialah berhitung. Matematika pada anak usia dini merupakan pembelajaran yang berhubungan dengan angka dan perhitungan serta konsep bentuk.

2.     Tahap Perkembangan anak dalam pengembangan matematika untuk anak usia dini

a.      Pengenalan kuantitas

Anak-anak menghitung sejumlah benda yang telah ditentukan. Dilakukan secara bertahap, 1-10 kemudian 11-20.

b.     Menghafal urutan nama bilangan

Menyebutkan nama bilangan dalam urutan yang benar.

c.      Menghitung maju

Menghitung dua kelompok benda yang digabungkan dengan cara:

-         Menghitung semua, dimulai dari benda pertama sampai benda terakhir

-         Menghitung melanjutkan

-         Menghitung benda dengan cara melanjutkan dari jumlah salah satu kelompok.

Hal ini dapat dilakukan bila anak sudah dapat membedakan kelompok yang lebih banyak dan lebih sedikit dengan baik.

d.     Menghitung mundur

Menyebutkan bilangan satu atau lebih kurangnya dari bilangan sebelumnya. Berhitung mundur dapat dilakukan dalam operasi pengurangan, namun efektif bila pengurangan angka menggunakan angka kecil saja. Apabila angka besar, berhitung mundur hanya akan menyulitkan anak-anak.

3.     Model Pengembangan Matematika dengan Pemanfaatan Media Untuk Pengenalan Matematika Anak Usia Dini. Media yang dapat digunakan untuk pembelajaran pengenalan matematika anak usia dini:

a.    Media visual

Adalah media yang hanya dapat dilihat. Yang termasuk dalam media ini, misalnya gambar, kartu angka, flashcard, benda tiga dimensi (dadu angka, balok, menara ngka, pohon hitung), model realia/ benda nyata, dll.

b.    Media audio visual

Adalah alat-alat yang ”audible” artinya dapat didengar dan yang ”visible” artinya dapat dilihat. Misalnya pembelajaran dengan multimedia, televisi, CD Pembelajaran matematika, dll.


 

KETERAMPILAN BERBICARA PADA ANAK USIA DINI

 

A. Pendahuluan

Salah satu aspek pengembangan pada anak usia dini adalah kemampun berbahasa. Menurut Meggit (2013:7) Bahasa adalah system terstruktur yang mentransmisikan makna. Bahasa biasanya dikomunikasikan melalui lisan, tetapi juga dapat melalui tulisan atau isyarat. Lebih lanjut Meggit menjelaskan kemampuan berbahasa adalah salah satu aspek pengembangan anak usia dini, kemampuan berbahasa dapat berkembang bila dirangsang melalui berbicara, mendengarkan, membaca, menulis, berdiskusi dan bercerita.

Salah satu komponen kemampuan berbahasa yang termasuk dalam lingkup perkembangan mengungkapkan bahasa ialah keterampilan berbicara. Keterampilan berbicara merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang harus dimiliki oleh anak karena berbicara sebagai salah satu komponen kemampuan berbahasa mempunyai peran yang sangat penting dalam berkomunikasi terutama komunikasi secara lisan. Sebagaimana dikemukakan oleh Hurlock (1978:176) berbicara adalah bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi atau kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan maksud.

Berbicara adalah bagian dari kemampuan berbahasa. Dhieni et al. (2008:3.4) menjelaskan bahwa perkembangan bahasa anak meliputi menyimak, berbicara, membaca, menulis. Karena itu keterampilan berbicara perlu dikuasai oleh anak usia dini. Menurut Dhieni et al. (2008:46), ada beberapa faktor yang dapat dijadikan ukuran kemampuan berbicara seseorang, yang terdiri dari aspek kebahasaan dan non kebahasaan. Aspek kebahasaan meliputi :

1.      Ketepatan ucapan

2.      Penempatan tekanan, nada, sendi dan durasi yang sesuai

3.      Pilihan kata

4.      Ketepatan sasaran

Aspek non kebahasaan meliputi :

1.      Sikap tubuh, pandangan, bahasa, bahasa tubuh, dan mimik yang tepat

2.      Kesediaan menghargai pembicaraan maupun gagasan orang lain

3.      Kenyaringan suara dan kelancaran bicara

4.      Relevansi, penalaran dan penguasaan terhadap topik tertentu.

Pengembangan berbicara anak sangat penting untuk dikembangkan, karena perkembangan bahasa dan perilaku yang dilakukannya dapat diketahui dengan mengamati perkembangan berbicara anak. Pengembangan bicara merupakan suatu hal yang esensial dan sangat dibutuhkan oleh anak, sebab pengembangan bicara itu sangat berguna bagi anak untuk memperlancar kemampuan dan keterampilan berbicara anak itu sendiri.

Pada anak usia dini khususnya anak Taman Kanak-Kanak, kemampuan berbahasa yang umum dan efektif digunakan adalah berbicara. Hal ini selaras dengan karakteristik umum kemampuan bahasa pada anak usia tersebut. Karakteristik ini meliputi kemampuan anak untuk dapat berbicara dengan baik, melaksanakan tiga perintah lisan secara berurutan dengan benar, mendengarkan dan menceritakan kembali cerita sederhana dengan urutan yang mudah dipahami, membandingkan dua hal, memahami konsep timbal balik, menyusun kalimat, mengucapkan lebih dari tiga kalimat, dan mengenal tulisan sederhana (Dhieni, 2005: 3-7).

Anak usia Taman Kanak-Kanak mempunyai karakteristik khusus dalam kemampuan berbahasa atau berbicara, antara lain sudah dapat bicara lancar dengan kalimat sederhana, mengenal sejumlah kosakata, menjawab dan membuat pertanyaan sederhana, serta menceritakan kembali isi cerita. Nurbiana Dhieni (2005: 3.8) menyebutkan bahwa untuk mengembangkan keterampilan berbicara anak membutuhkan reinforcement (penguat), reward (hadiah, pujian), stimulasi, dan model atau contoh yang baik dari orang dewasa agar keterampilan berbicaranya dapat berkembang secara maksimal.

Tidak seperti orang dewasa yang dapat menguasai keterampilan berbicara dalam waktu cepat, anak-anak perlu waktu lebih lama untuk dapat membiasakan telinganya mendengar, membiasakan mulutnya mengucapkan kata-kata baru, serta membiasakan menggunakan bahasa tubuh dan mimik muka yang tepat ketika berbicara. Hal ini berkaitan pula dengan masing-masing kemampuan anak dan faktor luar sebagai pendukung anak dalam meningkatkan keterampilan berbicara.

Sayangnya keterampilan berbicara kurang mendapatkan perhatian dalam proses belajar mengajar. Kebanyakan pengajar lebih memfokuskan pada keterampilan membaca dan menulis. Akibatnya perbendaharaan kata anak masih terbatas dan kurang mampu mengungkapkan ide dan gagasan ketika menjawab pertanyaan guru. Tidak jarang anak juga merasa belum paham dengan apa yang dibicarakannya, serta berbicara tanpa disertai dengan mimik muka yang tepat.

 

B. Pembahasan

1. Pengertian Berbicara

Berbicara merupakan tuntutan kebutuhan manusia dalam menjalani kehidupannya. Berbicara secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud (ide, pikiran,gagasan, atau isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain (Depdikbud dalam Suhartono, 2005:20).

Pengertian berbicara secara khusus banyak dikemukakan oleh pakar. Tarigan (1985:15) mengemukakan, bicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Lebih jauh lagi berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neorologis, semantik dan linguistic sedemikian ekstensif secara luas sehingga dapat dianggap sebagai alat manusia yang paling penting bagi kontrol sosial. Sementara itu menurut Hurlock (1991:176) bicara adalah bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi atau kata-kata untuk menyampaikan maksud.

Berbicara merupakan salah satu keterampilan perkembangan bahasa yang berkembang dalam kehidupan anak. Aktivitas berbicara pada anak dimulai melalui keterampilan menyimak sejak masih bayi, dimulai dengan mengucapkan bunyi-bunyi dan menirukan kata-kata yang didengarnya. Linguis (Tarigan, 2008:3) mengatakan bahwa “speaking is language”, karena berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada masa tersebutlah kemampuan bicara dipelajari.

Lebih lanjut Satriana (Darujannah,2011:4) mengemukakan :

Berbicara merupakan proses dalam mengekspresikan keinginan atau menyampaikan informasi melalui suara kepada orang lain, yang mempunyai unsur fonologi, morfologi, sintaksis, semantic dan progmatik bahasa.

         Hariyadi dan Zamzam (Suhartono, 2005:20) menambahkan, berbicara pada hakikatnya merupakan suatu proses berkomunikasi, sebab di dalamnya terdapat pesan dari suatu sumber ke tempat lain.

         Dari beberapa pengertian di atas dapat diartikan bahwa berbicara adalah sarana komunikasi paling efektif dalam menyampaikan maksud seseorang baik secara lisan maupun non lisan supaya dapat dipahami orang lain. Karena penulisan ini memfokuskan kepada kemampuan berbicara anak, maka yang dimaksud bicara anak adalah suatu penyampaian maksud tertentu dengan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa supaya bunyi tersebut dapat dipahami oleh orang yang ada dan mendengar disekitarnya. Perkembangan berbicara pada anak dapat dilihat dari pengucapan kosa katanya yang terus bertambah, berbicara dalam bentuk percakapan yang lebih panjang dan terarah sesuai dengan apa yang dibicarakan.

      2. Perkembangan Bicara Anak

         Proses perkembangan terus berlangsung sepanjang hayat. Ada lima tahap perkembangan bicara anak menurut Zuchdi dan Budiasih (Suhartono, 2005:41).

1.      Mengucapkan satu kalimat satu kata, anak berumur kira-kira satu tahun;

2.      Mengucapkan satu kalimat dua kata, yaitu anak berumur dua tahun;

3.      Mengucapkan satu kalimat dengan lebih dari dua kata, anak yang lebih dari tiga tahun keatas;

4.      Kalimat yang diucapkan pendek dan jenisnya berbeda beda;

5.      Membuat kalimat panjang dengan berbagai variasi, setelah anak memasuki taman kanak-kanak.

         Bayi mulai memperoleh bahasa ketika berumur kurang dari satu tahun, sebelum dapat mengucapkan satu kata, atau anak bisa bicara kalimat dalam satu kata. Mereka memperhatikan muka orang dewasa dan menanggapi orang dewasa, meskipun sebenarnya belum memahami apa yang diucapkan oleh orang dewasa tersebut. Bahkan anak belum dapat membedakan kelas kata seperti kata sifat, kata benda, kata kerja dan sebagainya.

         Selanjutnya ketika berumur satu tahun, bayi mulai mengoceh, bermain dengan bunyi seperti halnya bermain dengan jari-jari tangan dan jari-jari kakinya. Bayi mulai dapat mengucapkan beberapa kata, bentuk ucapan yang digunakan hanya satu kata, kata-katanya sederhana yaitu mudah diucapkan dan memiliki arti kongkrit. Perkembangan fonolis mulai tampak pada periode ini, begitu juga perkembangan semantik yaitu pengenalan makna oleh anak.

         Perkembangan selanjutnya anak bisa mengucapkan kalimat dua kata. Kalimat dua kata ini muncul kira-kira ketika anak berumur dua tahun, setelah anak mengetahui kurang lebih lima puluh kata, kebanyakan anak mulai mencapai tahap kombinasi dua kata. Kata-kata yang diucapkan ketika mencapai tahap satu kata dikombinasikan dalam ucapan-ucapan pendek tanpa tahu kata petunjuk, kata depan, atau bentuk-bentuk lain yang seharusnya diucapkan. Contoh anak mengucapkan satu kalimat dua kata yaitu “Ma, makan” yang artinya mama saya minta makan.

         Pada waktu anak mulai masuk taman kanak-kanak, anak telah memiliki sejumlah besar kosa kata. Mereka sudah dapat membuat pertanyaan negative, kalimat majemuk, dan berbagai bentuk kalimat. Kematangan berbicara anak ada hubungannya dengan latar belakang orangtua anak dan perkembangan di taman kanak-kanak.

         Mieke Prok-Boerna (Tiel, 2008:177) membagi periode perkembangan bicara menjadi periode praverbal dan periode verbal. Periode praverbal menurutnya merupakan periode yang sangat penting, yang dibaginya menjadi beberapa periode diantaranya:

1. Minggu ke- 0-6 : menangis

2. Minggu ke- 6 hingga bulan ke- 4 : vokalisasi : ah, uh

3. Bulan ke- 4-8 : babbling (bunyian vocal terus menerus), misalnya : gagagagagaa, aaaaaa, tatatatata. Pada periode ini bunyi bahasa ibu juga diproduksinya. Anak akan mengikuti apa yang ibu ucapkan, sambil ia mengikuti ucapan ibu atau pengasuhnya, segera akan mengucapkan papa, mama.

4. Bulan ke- 8-12 : social babbling, yaitu mengoceh dengan cara dimana pola bunyian dan sekitarnya akan diambil alih, ia akan melakukan imitasi pola bunyi kalimat. Pola bunyian yang tidak termasuk bahasa ibu akan segera hilang. Kemudian anak akan mendengarkan, mengoceh dan mengikuti terus menerus hingga terjadilah pemahaman pola kata-kata dan penggunaan kata-kata. Setelah itu pemahaman kata akan dengan sendirinya diucapkan.

Periode verbal mempunyai beberapa fase yaitu :

1. Bulan ke- 2-15 : merupakan kalimat satu kata. Anak akan menanyakan nama-nama segala sesuatu dengan cara menunjuk dan dengan cara tertentu ia menyebutkannya kembali. Misalnya anak mengucapkan ‘mobil’ yang maksudnya adalah : “ saya minta sebuah mobil”.

2. Bulan ke- 15-2 tahun : fase kalimat dua kata. Anak usia 2 tahun biasanya sudah mempunyai 270 kata. Mulai bertanya dengan intonasi bertanya, menyangkal dengan kata-kata. Banyak kata-kata yang masih terpotong, misalnya ‘minum’ menjadi ‘mium”.

3. Usia 2-3 tahun merupakan fase kalimat dengan banyak kata. Kalimat terdiri dari kata benda dan kata kerja. Apa yang diucapkan lebih ke arti atau maksud kalimat yang diucapkan, namun belum dalam bentuk kalimat yang benar. Mulai menggunakan bentuk kamu dan saya dan kadang ia masih menggunakan bentuk kamu ketika berkata pada dirinya sendiri, misalnya “mana bonekamu?”, padahal maksudnya “dimana boneka itu saya simpan?”.

4. Usia 3-4 tahun : anak mulai mengerti berbagai hal, dan banyak bercerita. Ia sudah bisa mengucapkan bunyi berbagai huruf kecuali s dan r. masih ada beberapa kesalahan dengan pengucapan kata sambung, tetapi sudah bisa berbicara dengan aturan sebuah kalimat termasuk urutan kata, imbuhan dan pemotongan kalimat. Kata jamak juga bisa dibentuk.

5. Usia 4-6 tahun : anak-anak semakin baik mengucapkan berbagai huruf, juga untuk huruf-huruf yang sulit seperti r dan s. ia juga semakin baik dengan aturan pembuat kalimat, termasuk penggunaan kata penghubung; dan, tapi atau sebab. Dalam usia ini anak mulai menyampaikan pemikiran dari abstraksinya.

Dari beberapa pemaparan diatas menunjukan bahwa setiap anak dengan rentang usia yang berbeda memiliki karakteristik kemampuan berbicara yang berbeda. Semua kemampuan berbicara tersebut dapat berkembang dengan baik bila mendapatkan stimulasi yang baik sejak usia dini. Latihan dan lingkungan yang mendukung membuat kemampuan berbicara anak berkembang baik seperti yang ditegaskan oleh Hurlock (1990:183) bahwa keterampilan berbicara dapat dipelajari melalui metode pelatihan (training), metode coba dan ralat (trial and error). Selain itu Hurlock (1990:185) menegaskan bahwa :

Cara yang paling baik untuk membimbing belajar berbicara adalah pertama menyediakan model yang baik, kedua mengatakan kata-kata dengan perlahan dan cukup jelas sehingga anak dapat memahaminya, dan ketiga memberikan bantuan mengikuti model tersebut dengan membetulkan setiap kesalahan yang mungkin dibuat anak dalam meniru model tersebut.

 

3. Tujuan Berbicara

Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, maka seyogyanyalah sang pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan. Pembicara harus mampu mengevalusai efek komunikasinya terhadap pendengarnya dan pembicara harus mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segaala situasi pebicaraan, baik secara umum maupun secara perorangan.

Secara umum tujuan pengembangan bicara anak usia dini yaitu agar anak mampu mengungkapkan isi hatinya (pendapat,sikap) secara lisan dengan lafal yang tepat utuk kepentingan berkomunikasi (Suhartono, 2005:123)

Tarigan (2008:16) mengemukakan “tujuan umum berbicara yaitu memberitahukan, melaporkan, menjamu, menghibur, membujuk, mengajak, mendesak dan meyakinkan”, selain itu tujuan umum berbicara yaitu :

a.       Sebagai pemuas kebutuhan dan keinginan. Dengan berbicara anak mudah untuk menjelaskan kebutuhan dan keinginannya tanpa harus menunggu orang lain mengerti tangisan, gerak tubuh atau ekspresi wajahnya. Dengan demikian kemampuan berbicara dapat mengurangi frustasi anak yang disebabkan oleh orangtua atau lingkungannya yang tidak mengerti dengan apa yang dimaksudkan anak.

b.      Sebagai alat untuk menarik perhatian orang lain. Dengan melalui keterampilan berbicara anak dapat berpendapat bahwa perhatian orang lain terhadapnya mudah diperoleh melalui berbagai pertanyaan yang diajukan kepada orangtua misalnya apabila anak dilarang mengucapkan kata-kata yang tidak pantas. Di samping itu berbicara juga dapat digunakan untuk menyampaikan berbagai ide, sekalipun seringkali tidak masuk akal bagi orangtua dan bahkan dengan mempergunakan keterampilan berbicara anak dapat mendominasi situasi sehingga terdapat komunikasi yang baik antara anak dan teman bicaranya.

c.       Sebagai alat untuk membina hubungan sosial. Kemampuan anak berkomunikasi dengan orang lain merupakan syarat penting untuk dapat menjadi bagian dari kelompok di lingkungannya. Dengan keterampilan berkomunikasi anak-anak lebih mudah diterima oleh kelompok sebayanya dan dapat memperoleh kesempatan lebih banyak untuk mendapatkan peran sebagai pemimpin dalam suatu kelompok. Jika dibandingkan dengan anak yang kurang terampil atau tidak memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik.

d.      Sebagai alat untuk mengevaluasi diri sendiri. Dari pernyataan orang lain anak dapat mengetahui bagaimna perasaan dan pendapat orang tersebut terhadap sesuatu yang telah dikatakannya. Di samping anak juga mendapat kesan bagaimana lingkungan menilai dirinya. Dengan kata lain anak dapat mengevaluasi diri melalui orang lain.

e.       Untuk dapat mempengaruhi pikiran dan perasaan orang lain. Anak yang suka berkomentar, menyakiti atau mengucapkan sesuatu yang tidak menyenangkan tentang orang lain dapat menyebabkan anak tidak popular atau tidak disenangi di lingkungannya. Sebaliknya bagi anak yang suka mengucapkan kata-kata yang menyenangkan dapat merupakan modal utama anak untuk dapat diterima dan mendapat simpati di lingkungannya.

f.       Untuk mempengaruhi perilaku orang lain. Dengan kemampuan berbicara yang baik dan penuh rasa percaya diri, anak dapat mempengaruhi orang lain atau teman sebayanya yang berperilaku kurang baik menjadi teman yang bersopan santun. Kemampuan dan keterampilan berbicara yang baik juga dapat merupakan modal utama bagi anak untuk menjadi pemimpin di lingkungannya karena teman sebayanya menaruh kepercayan dan akan bersimpati kepadanya.

      Dari beberapa pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa bagi anak berbicara bukan hanya sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai alat untuk menjelaskan kebutuhan dan keinginannya, sebagai alat untuk menarik perhatian, sebagai alat untuk membina hubungan sosial, sebagai alat untuk menilai dirinya sendiri, dan sebagai alat untuk mempengaruhi pikiran dan perasaan orang lain, serta mempengaruhi perilaku orang lain.

     

C. Kesimpulan

Dari pernyataan-pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa tahapan keterampilan berbicara pada anak dimulai dari berceloteh, lalu mengucapkan kata-kata yang anak masih belum mengetahui artinya, selanjutnya anak dapat mengucapkan kata-kata yang anak mulai mengerti arti kata yang diucapkannya dan dapat dimengerti orang lain, seperti anak berbicara “ibu guru aku mau minum” yang berarti anak menginginkan meminum air dan memberitahukan keinginan tersebut pada gurunya. Selanjutnya dengan sering anak berinteraksi dengan teman dan gurunya,maka tahapan berbicara anak semakin kompleks.

.

 

DAFTAR PUSTAKA

Fazriah Lia Laelatul. (2011). Penggunaan Media Maket dengan Metode Bercerita Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara (Skripsi, Universitas Pendidikan Indonesia, 2011, tidak diterbitkan)

Hamalik. (1995). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Harseno Sofyan. (2010).   Artikel Perkembangan Berbicara (Bahasa) Pada Anak. [Online]. Tersedia: http://wdukasi kompasindoana.com.

Suhartono. (2005). Pengembangan Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini. Jakarta: DIKTI

Suprayekti. (2003). Interaksi Belajar Mengajar. Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan

Suryani. (2010). Makalah Perkembangan Berbicara Pada Anak Usia Dini.[Online] Tersedia:http://www.adeirmasuryani.wordpress.com.

Tarigan. (1985). Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa

Tarigan & Tarigan (1988). Teknik Pengajaran Keterampilan Berbicara. Bandung: Angkasa

Trigonalword. (2013). Pengertian Menyimak, Berbicara dan Membaca. www.trigonalword.com.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Wibowo, Agus. (2012). Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

 

KECERDASAN INTERPERSONAL

 


Kecerdasan interpersonal atau bisa dikatakan juga sebagai kecerdasan sosial, diartikan sebagai kemampuan dan keterampilan seseorang dalam menciptakan relasi, membangun relasi dan mempertahankan relasi sosialnya sehingga kedua belah pihak berada dalam situasi menang-menang atau menguntungkan.

Sumber lain mendefinisikan bahwa Kecerdasan Interpersonal adalah kemampuan berfikir lewat berkomunikasi dengan orang lain. Inteligensi Interpersonal adalah kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, intense, motivasi, watak, temperamen orang lain. Kepekaan akan ekspresi wajah, suara. Isyarat dari orang lain juga masuk dalam inteligensi ini.

Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk berhubungan dengan orang-orang disekitar kita, kecerdasan ini adalah kemampuan kita untuk memahami dan memperkirakan perasaan, temperamen, suasana hati, maksud dan keinginan orang lain dan menanggapinya secara layak. Kecerdasan Sosial merujuk pada spektrum yang merentang dari secara instan merasa keadaan batiniah orang lain sampai memahami perasaan dan pikirannya. Orang yang kuat dalam inteligensi interpersonal biasanya sangat mudah bekerja sama dengan orang lain, mudah berkomunikasi dengan orang lain. Hubungan dengan orang lain bagi mereka menyenangkan dan sepertinya keluar begitu saja secara otomatis. Mereka dengan mudah mengenali dan membedakan perasaan serta apa yang dialami teman dan orang lain.

Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk membangun suatu hubungan yang meliputi kepekaan sosial yang ditandai dengan anak memiliki perhatian terhadap semua teman tanpa memilih-milih teman, pemahaman sosial yang ditandai dengan anak dapat menyelesaiakan konflik atau masalah walaupun dengan dibimbing guru, dan komunikasi sosial yang ditandai dengan anak dapat mengemukakan pendapat kepada teman tanpa didekati oleh teman terlebih dahulu. Penting meningkatkan kecerdasan interpersonal pada anak sejak dini, pada dasarnya manusia tidak bisa menyendiri karena banyak kegiatan dalam hidup anak ini terkait dengan orang lain dan anak yang gagal mengembangkan interpersonalnya akan mengalami banyak hambatan pada dunia sosialnya (Safaria,

2005: 13).

Anak yang mempunyai inteligensi interpersonal tinggi mudah bergaul dan berteman. Meskipun sebagai orang baru dalam suatu kelas atau sekolah, ia dengan cepat dapat masuk ke dalam kelompok. Ia mudah berkomunikasi dan mengumpulkan teman lain. Bila dilepas seorang diri, ia akan dengan cepat mencari teman. Dalam konteks belajar, ia lebih suka belajar bersama orang lain, lebih suka mengadakan studi kelompok. Anak ini kadang mudah berempati dengan teman yang sakit atau punya masalah dan kadang mudah untuk ikut membantu. Dalam suatu kelas, bila guru memberikan pekerjaan atau tugas secara bebas, Anak-Anak yang mempunyai inteligensi interpersonal akan dengan cepat berdiri dan mencari teman yang mau diajak kerjasama.

Karakteristik anak yang memiliki kecerdasan interpersonal yang tinggi yaitu:

a.         Mampu mengembangkan dan menciptakan relasi sosial baru secara efektif, Mampu berempati dengan orang lain atau memahami orang lain secara total,

b.        Mampu mempertahankan relasi sosialnya secara efektif sehingga tidak musnah dimakan waktu dan senantiasa berkembang semakin intim/ mendalam/penuh makna

c.         Mampu menyadari komunikasi verbal maupun non verbal yang dimunculkan orang lain, atau dengan kata lain sensitif terhadap perubahan sosial dan tuntutan-tuntutannya.

d.        Mampu memecahkan masalah yang terjadi dalam relasi sosialnya dengan pendekatan win-win solution serta yang paling penting adalah mencegah munculnya masalah dalam relasi sosialnya

e.         Memiliki keterampilan komunikasi yang mencakup keterampilan mendengarkan efektif, berbicara efektif dan menulis secara efektif. Termasuk di dalamnya mampu menampilkan penampilan fisik yang sesuai dengan tuntutan lingkungan sosialnya.

Contoh Permainan

a.       Judul Permainan          : “KUDA BERBISIK

b.      Tujuan                         : Merangsang kepekaan melihat perspektif orang

  lain

c.       Alat dan Bahan           : -

d.      Cara bermain               :

Buatlah 2 kelompok dengan jumlah anggota sama banyak. Masing–masing kelompok duduk ke belakang (seperti KA) lalu guru membisikkan satu–dua kata ke masing – masing kelompok pada barisan yang pertama. Misalnya pada kelompok A “ROTI BAKAR” dan kelompok B”SUSU MANIS”. Tugas teman yang didepan membisikkannya pada teman dibelakangnya begitu seterusnya sampai kebelakang dan anggota habis. Anggota yang duduk dibelakang lapor keg uru hasil dia mendengar bisikan dari temannya. Yang salah kelompoknya bisa diberi hukuman : menari,menyanyi atau yang lainnya

e.       Manfaat Bermain :

Dengan melakukan permainan ini maka anak akan dapat meningkatkan saling komunikasi antar temannya sehingga akan terjadi saling kepercayaan antar teman-temannya.

 

Simbol Bilangan atau Angka

  a. Pengertian Angka Memahami suatu angka dapat membantu manusia untuk melakukan banyak perhitungan mulai dari yang sederhana maupaun y...

Blog Archive