Tuesday, April 27, 2021

Latar Belakang Penelitian IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION TERHADAP OPTIMALISASI HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMA

 Pendidikan kewarganegaraan  dalam konteks Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) bukanlah hal baru di Indonesia. Karena, Sistem Pendidikan Nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia. Yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani. Pendidikan nasional harus menumbuhkan jiwa patriotik, mempertebal rasa cinta tanah air, meningkatkan semangat kebangsaan, kesetiakawanan sosial, kesadaran pada sejarah bangsa, dan sikap menghargai jasa para pahlawan, dan berorientasi ke masa depan (Sumarsono, 2001: 5).

Pendidikan kewarganegaraan pada dasarnya bertujuan untuk membangun karakter (character building) bangsa Indonesia. Antara lain : membentuk kecakapan partisipatif warga negara yang bermutu dan bertanggung jawab dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, menjadikan warga negara Indonesia yang cerdas, aktif, kritis, dan demokratis namun tetap memiliki komitmen menjaga persatuan dan integritas bangsa, dan mengembangkan kultur demokratis yang berkeadaban. Yaitu kebebasan, persamaan, toleransi, dan tanggung jawab.

Pendidikan kewarganegaraan yang berhasil akan membuahkan sikap mental yang cerdas, penuh rasa tanggung jawab dari peserta didik. Sikap tersebut disertai dengan perilaku yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menghayati niali-nilai falsafah bangsa, berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, rasional, dinamis, dan sadar akan hak dan kewajiban sebagai warga negara, bersifat profesional yang dijiwai oleh kesadaran bela negara, dan aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni untuk kepentingan kemanusiaan, bangsa, dan negara (Ubaedillah dan Abdul Rozak, 2010: 6-9).

Pada hakikatnya, pendidikan kewarganegaraan merupakan sebuah disiplin ilmu yang bertujuan membangun karakter peserta didik atau sebagai pendidikan karakter (character education). Di mana peran guru sebagai pendidik sebagai salah satu faktor yang sangat berpengaruh di dalam pembentukan karakter peserta didik. Selain dari hal tersebut di atas, pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dapat menumbuhkan sikap intelektual peserta didik di dalam mengoptimalkan hasil belajarnya selama pembelajaran berlangsung. Hal tersebut dapat di amati di dalam semua ranah tujuan pendidikan berdasarkan hasil belajar peserta didik secara umum. Yaitu meliputi : ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.

Untuk dapat membelajarkan peserta didik sesuai dengan gaya belajar mereka. Maka, guru diharapkan dapat menerapkan suatu model pembelajaran yang inovatif. Sehingga, tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi peserta didik, sifat materi bahan ajar, fasilitas media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri. Dengan demikian, diharapkan dengan adanya model-model pembelajaran ini, guru atau tenaga pendidik dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik di dalam setiap proses kegiatan pembelajaran di kelas.

Model pembelajaran yang dapat diterapkan pada bidang studi hendaknya dikemas dengan hakikat pendidikan bidang studi tersebut. Namun demikian, secara filosofis tujuan pembelajaran adalah untuk memfasilitasi peserta didik menjadi pemikir kritis, humanis, lentur atau fleksibel, dan adaptif dalam menerapkan pengetahuannya di dunia nyata. Model-model pembelajaran yang dapat mengakomodasikan tujuan tersebut adalah yang berlandaskan pada paradigma konstruktivistik sebagai paradigma alternatif. Adapun model-model yang berlandaskan paradigma konstruktivistik adalah model-model pembelajaran inovatif yang sesuai dengan hakikat pembelajaran humanis populis (Hamzah dan Nurdin Mohamad, 2012: 130-131).

Perkembangan zaman sekarang ini, menuntut peningkatan kualitas individu yang siap pakai atau dapat digunakan setiap saat sesuai dengan kemampuan dan keahliannya. Hal ini tentu tidak terlepas dari peran pendidikan dalam pembentukan tingkah laku individu itu sendiri. Namun dalam kenyataannya, terobosan pemerintah  dengan mengeluarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, mengesahkan Undang-undang Guru dan Dosen serta mengadakan perubahan kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan zaman belum sepenuhnya berhasil, bahkan cenderung terkesan hanya teori saja. Padahal kalau diamati, usaha yang dilakukan pemerintah lebih dari cukup. Karena sudah terarah proses dan mekanismenya.

Munculnya suatu masalah dalam sebuah aturan mungkin tidak dapat dihindarkan. Jika dianalisis, usaha tersebut belum menekankan pada penyelenggaraan dan pelaksanaannya. Hal ini terlihat dari sebagian besar peserta didik di dalam proses pembelajaran belum memiliki motivasi belajar yang optimal. Selain itu, sistem pembelajaran seperti itu disebabkan karena terkontaminasi oleh sistem pembelajaran yang lama yang lebih menekankan pada hafalan tinggi dan cenderung tekstual saja. Dengan demikian, peserta didik tidak memahami dasar kualitatif tentang fakta-fakta di dalam materi pembelajaran serta tingkat pemahaman semakin berkurang. Sehingga, pada kenyataannya timbul kebosanan pada diri peserta didik (Hamzah dan Nurdin Mohamad, 2012: 135).

Melihat kondisi tersebut, perlu diadakan model baru yang kooperatif dalam proses pembelajaran. Khususnya, pada pelajaran pendidikan kewarganegaraan yang secara tidak langsung merupakan bagian dari ilmu sosial. Peserta didik dapat belajar dengan cara bekerja sama dengan teman. Bahwa, teman yang lebih mampu dapat menolong teman yang lemah. Selain memberi sumbangan pada prestasi, peserta didik pun mendapat kesempatan untuk bersosialisasi, membantu mencapai tujuan bersama dalam kelompok atau tim untuk meningkatkan kegiatan pembelajaran. Khususnya di dalam membaca dan menulis secara terpadu.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis berinisiatif untuk mengambil judul penelitian tentang “IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION TERHADAP OPTIMALISASI HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMA 

Latar Belakang Penelitian "Pembelajaran Menulis Argumentasi Dengan Menggunakan Metode Quantum Learning Di Kelas X"

 Bahasa adalah kunci dalam pergaulan. Karena bahasa merupakan media utama bagi manusia untuk berkomunikasi dengan sesamanya, baik untuk berbagi rasa, berbagi informasi, bertukar pikiran, mencari dan menyebarkan ilmu serta mengembangkan budaya, ilmu dan teknologi. Dan Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa resmi yang berlaku di seluruh wilayah Negara Indonesia. Sebagaimana bunyi ikrar Sumpah Pemuda yaitu “ Kami Putra dan Putri Indonesia Menjunjung Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia” dan yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 Bab XV pasal 36 yang menyatakan bahwa “Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia”.

Dalam dunia pendidikan, bahasa Indonesia memiliki peranan yang sangat penting yaitu sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Bahasa Indonesia merupakan salah satu materi pengajaran yang diwajibkan, yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab VI pasal 33 ayat 1 berbunyi “ Bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara menjadi pengantar dalam Pendidikan Nasional”.

Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006 pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia (BNSP, 2006 : 317).

Tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut :

1.        Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulisan.

2.        Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara.

3.        Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan.

4.        Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.

5.        Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperluas budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.

6.        Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia (KTSP, 2006).

Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa di dalam berkomunikasi baik lisan maupun tertulis (Depdikbud, 2005).

Seseorang dikatakan terampil berbahasa Indonesia apabila ia telah menguasai sistem bahasa Indonesia secara keseluruhan. Keterampilan berbahasa Indonesia yang lengkap mencakup empat keterampilan, yaitu mendengarkan atau memahami bahasa lisan, berbicara, membaca atau memahami bahasa tulisan dan menulis atau menggunakan bahasa secara tertulis. Keterampilan berbahasa setiap orang berbeda (Rusyana, 2006 : 103).

Dalam pembelajaran bahasa Indonesia belum dapat dikatakan siswa dapat berbahasa Indonesia jika tidak terampil menulis. Oleh sebab itu, untuk dapat mencetak para siswa sekolah dasar yang memiliki kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar, guru harus benar-benar memperhatikan keterampilan menulis siswa. Menulis merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan sehari-hari dalam kehidupan manusia. Menulis merupakan kegiatan yang sangat penting dilakukan apalagi berkenaan dengan peristiwa-peristiwa penting yang menuntut bukti tertulis atau peristiwa penting lainnya yang tidak boleh terlupakan.

Salah satu sarana komunikasi adalah tulisan (komunikasi tulis). Sebuah tulisan dapat membuat seorang pembaca mengetahui maksud dan tujuan seorang penulis. Dalam menulis, penulis bisa menuangkan gagasan, pikiran, ide-ide, dan pengalamannya dalam jenis tulisan. Sebagaimana dikemukakan oleh D’angelo dalam Tarigan (2008:22) :

 “Menulis adalah suatu bentuk berpikir. Salah satu dari tugas-tugas terpenting menulis sebagai penulis adalah menguasai prinsip-prinsip menulis dan berpikir, yang akan dapat menolongnya mencapai maksud dan tujuannya, yang paling penting di antara prinsip-prinsip yang dimaksud itu adalah penemuan, susunan dan gaya”.

 

Pendapat di atas mengisyaratkan bahwa pada abad informasi ini kemahiran berliterasi (baca-tulis) merupakan modal utama bagi siapa saja. Kemahiran berliterasi meningkatkan kemampuan serta kesejahteraan hidupnya. Artinya, di dalam kehidupan sehari-hari kemampuan menulis dapat menjadi kunci keberhasilan kita. Karena itu, sudah seharusnya anak-anak di SMP sudah memiliki kemampuan menulis yang layak. Kemampuan menulis yang layak tersebut akan menjadi penting bahkan menjadi kunci keberhasilan siswa dalam menempuh kehidupan, khususnya segala aktivitas di sekolah.

Menulis  pada  prinsipnya  adalah  bercerita  tentang  sesuatu  yang  ada       pada pikiran penulis baik berupa cerita pengalaman atau hanya imajinasi dari hasil pengalaman penulis yang dituangkan dalam bentuk  tulisan.

Setiap manusia semuanya diciptakan sebagai penulis. Namun, menuangkan buah pikiran  secara  teratur  dan  terorganisasi  ke dalam tulisan  tidak muda. Banyak  orang yang pandai berbicara atau berpidato,  tetapi mereka masih kurang mampu menuangkan gagasannya ke dalam bentuk bahasa tulisan. Maka untuk bisa menulis dengan baik, seseorang harus mempunyai kemampuan untuk menulis. Kemampuan menulis dapat dicapai melalui proses belajar dan berlatih.

Setiap siswa memiliki potensi untuk menulis. Akan tetapi, pada kenyataannya banyak yang tidak menyadari potensi tersebut. Hal ini terbukti dengan kenyataan yang didapat berdasarkan hasil observasi pendahuluan yang telah dilakukan di kelas X SMK PGRI Subang yang berjumlah 40 siswa ternyata mengalami kesulitan dalam menulis argumentasi.

Faktor-faktor yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam menulis argumentasi diantaranya : 1) siswa seringkali merasa malas untuk mulai menulis, 2) siswa merasa takut salah dalam menulis, 3) siswa kurang mendapat latihan dan pengalaman dalam menulis sehingga siswa cenderung menutup diri dari pengalaman dan gagasan baru yang ia miliki.

Pada dasarnya setiap manusia hidup memiliki potensi untuk menulis karena semua orang memiliki akal, memiliki potensi untuk berpikir, mempunyai ide, gagasan, pikiran atau perasaan dan semuanya itu dapat diekspresikan, disampaikan dan dikomunikasikan kepada orang lain melalui bahasa baik dalam bahasa lisan maupun  bahasa tulis.

Menyadari akan hal itu, yakni potensi yang dimiliki oleh manusia dalam hal ini peserta didik dan pada kenyataan adanya kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik itu sendiri, perlu adanya sebuah metode atau cara yang dapat menjembatani kesulitan yang ada ke arah kemampuan pengungkapan potensi yang dimiliki siswa. Metode itulah yang akan digunakan peneliti dalam penelitian ini. Metode yang dimaksud adalah metode Quantum Learning, dengan judul “Pembelajaran Menulis Argumentasi Dengan Menggunakan Metode Quantum Learning Di Kelas X 

Latar Belakang Penelitian

 Teknologi Informasi (TI) mencakup pemrosesan, pendistribusian dan pengolahan data menjadi informasi dengan menggunakan peralatan komunikasi dan komputer. Menurut Munir (2006), Teknologi Informasi (TI) dalam konteks yang lebih luas, merangkumi semua aspek yang berhubungan dengan komputer dan tehnik yang digunakan untuk menangkap (mengumpul), menyimpan, memanipulasi, menghantar dan menampilkan suatu bentuk informasi.

            Komputer yang mengendalikan semua bentuk ide dan informasi memainkan peranan yang penting dalam pengumpulan, pemrosesan, penyimpanan, dan penyebaran informasi suara, gambar, teks dan angka yang berasaskan mikroelektronik. Teknologi informasi bermakna menggabungkan bidang teknologi seperti pengkomputeran, telekomunikasi, dan elektronik dan bidang informasi seperti data, fakta dan proses (Munir, 2006).

            Pemanfaatan teknologi informasi di bidang pendidikan telah lama dilakukan di Negara-negara maju. Setiap siswa mempunyai kesempatan untuk mengakses bahan-bahan pelajaran yang disajikan dalam bentuk interaktif melalui jaringan komputer. Pemanfaatan teknologi informasi ini ternyata berhasil meningkatkan hasil ujian, penurunan tingkat putus sekolah dan perunan tingkat ketidakhadiran di kelas.

Dalam dunia pendidikan yang semakin maju saat ini, serta makin banyaknya sekolah-sekolah yang berkembang di wilayah Purwakarta dalam berbagai jenjang pendidikan. Penyelenggaraan pendidikan meliputi dua jalur yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah. Jalur pendidikan sekolah adalah pendidikan yang dilaksanakan di sekolah melalui kegiatan belajar mengajar secara berjenjang dan berkesinambungan.

Sekolah Dasar merupakan satu bentuk satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar yang menyelenggarakan program pendidikan enam tahun. Keberadaannya adalah sangat urgen bagi kepentingan pengembangan sumber daya manusia, sebab mulai pendidikan di sekolah dasar seseorang dikembangkan untuk menguasai berbagai kemampuan dasar sebagai bekal dirinya bagi pendidikan selanjutnya.         

Pendidikan dasar pada hakekatnya menyiapkan anak bagi peralihan dari hubungan-hubungan keluarga yang tertutup, kemudian menyebar ke hubungan-hubungan masyarakat yang luas dan beraneka ragam. Salah satu bentuk satuan pendidikan dasar adalah Sekolah Dasar (SD) yang menyelenggarakan program pendidikan enam tahun. Keberadaan SD adalah sangat penting bagi kepentingan pengembangan sumber daya manusia, sebab mulai pendidikan di sekolah dasar seseorang dikembangkan untuk menguasai berbagai kemampuan dasar sebagai bekal dirinya untuk menempuh pendidikan selanjutnya (Wiharna, 2007:63).

Pendidikan di Sekolah Dasar (SD) bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar “baca tulis hitung”, pengetahuan dan keterampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa yang sesuai dengan tingkat perkembangannya serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti pendidikan di SLTP. Terkait dengan tujuan memberikan bekal kemampuan dasar “baca tulis hitung” maka peranan pengajaran Bahasa Indonesia di SD menjadi sangat penting. Pembelajaran Bahasa Indonesia tidak hanya pada tahap keberwacanaan (di kelas I dan kelas II) tetapi juga pada tercapainya kemahiran wacanaan (di kelas-kelas tinggi atau kelas III sampai kelas VI SD).

Untuk mencapai tujuan tersebut maka dalam lembaga pendidikan seperti sekolah dasar diperlukan adanya sinergi antara semua komponen yang terlibat. Mulai dari interaksi antar semua aspek sumber daya manusia (kepala sekolah, guru, murid, komite sekolah), aspek kurikulum, dan aspek keuangan. Komponen  keuangan sekolah merupakan komponen produksi yang menentukan terlaksananya kegiatan belajar mengajar bersama komponen-komponen lain.

Salah satu kegiatan yang terdapat di Sekolah Dasar pada awal tahun ajaran baru adalah penerimaan siswa baru (PSB). Pada kegiatan ini sekolah melakukan penerimaan bagi calon-calon siswa baru. Selama ini kegiatan PSB dilakukan secara manual. Bagi para calon siswa baru yang akan mendaftar kemudian mengisi formulir pendaftaran. Setelah formulir diisi kemudian diserahkan kembali ke sekolah untuk diproses oleh pihak Panitia Penerimaan Siswa Baru.

Panitia Penerimaan siswa baru kemudian memeriksa berkas yang dimasukkan oleh calon siswa, untuk dilihat kelengkapannya serta sesuai tidaknya dengan persyaratan yang telah ditentukan oleh sekolah. Panitia mencatat seluruh calon siswa yang mendaftar ke dalam buku pendaftaran, kemudian dianalisis berdasarkan usia pendaftar. Setelah itu calon siswa yang memenuhi persyaratan akan menjalani tes yaitu tes kemampuan membaca, menulis dan berhitung.

Tes dilakukan untuk menentukan calon siswa baru akan masuk di kelas A atau B. Kriteria yang masuk ke kelas A adalah calon siswa yang nilai tesnya  mencakup nilai membaca, menulis dan berhitung minimal 60. Sedangkan yang masuk ke kelas B adalah calon siswa yang nilai tesnya kurang dari 60. Apabila ada calon siswa baru mendapat nilai 0 tetap diterima dan akan masuk di kelas B. 

Kegiatan Penerimaan Siswa Baru juga dilakukan di SD Negeri 1 Ciwareng. Di sekolah ini kegiatan penerimaan siswa baru dilakukan pada akhir tahun ajaran. Seluruh proses kegiatan PSB dilakukan secara manual artinya tidak menggunakan alat bantu seperti komputer. Seluruh data calon siswa baru dicatat di dalam buku pendaftaran.

            Selama ini kegiatan PSB yang dilakukan di SD Negeri 1 Ciwareng dilaksanakan oleh Panitia PSB. Seluruh dokumen yang berkaitan dengan pendaftaran seperti formulir dan berkas lainnya disusun dan disimpan dalam lemari penyimpanan berkas. Nama-nama calon siswa dicatat dalam sebuah buku catatan pendaftaran siswa baru. Kegiatan PSB yang telah dilakukan selama ini terkesan kurang efektif. Pencatatan dalam buku pendaftaran menimbulkan kesulitan apabila akan mencari data seorang calon siswa tertentu. Selain itu dengan banyaknya calon siswa yang mendaftar maka akan membutuhkan tempat penyimpanan berkas yang cukup.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas penulis termotivasi untuk membuat suatu program sederhana, mudah dipelajari dan digunakan serta bermanfaat dengan membuat program aplikasi menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic 6 terangkum dalam laporan tugas akhir yang berjudul ”APLIKASI PENERIMAAN CALON SISWA BARU DI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 CIWARENG  MENGGUNAKAN VISUAL BASIC 6”

Soal Bahasa Inggris Kelas 1 Semester 2

 

Mata Pelajaran          : BAHASA INGGRIS                           Hari/Tgl   : ......................................

Kelas/Semester           : I/II                                                    Nama       : ......................................

Waktu                         : ........................................

 

I. Answer the question based on the text !

Hi, I am Jihan. This is my dining room.

There are a plate, a bowl, a spoon, a fork, a glass, and a napkin.

I eat in my dining room.

Everyday I sweep the floor.

My dining room is clean.

 

1. Is this Jihan's dining room?

2. Mention the things in the dining room !

3. Where does Jihan eat?

4. Does Jihan sweep the floor everyday?

5. Is Jihan’s diningroom dirty?

II. Choose the correct answer by crossing (x) a, b, c or d!


1. t-e-p-a-l

The correct one is ....

a. patel                 b. tlape                 c. plate

 

2. The number before nine is ....

a. six                      b. seven               c. eight

 

3. The number between six and eight is ....

a. five                    b. seven               c. nine

 

4. My phone number is 0217345698. You can read ....

a. zero - two - one - seven - three - five - eight – four - five-nine

 

b. zero - two - one - seven - three - four - five – six - nine – eight

c. zero - two- one - four - five - three - seven – six- nine - eight

 

5. There is a .... in the dining room

a. pillow              b. blanket            c. bowl

 

6. Selimut in English is ....

a. blanket            b. bolster             c. carpet

 

7. My sister takes a bath in the ....

a. bedroom        b. bathroom      c. garage

 

8.There are two .... on the bed

a. books               b. dolls                 c. pillows

 

9. There is a .... in the kitchen

a. car                     b. bolster             c. stove

10. After taking a bath, I need a ....

a. napkin             b. curtain            c. towel

 

11. The students park their bicycle in the ……..
a. yard                  b. garden             c. parking area

12,  Let’s arrange!
Do – I – like – chocolate – not
a. I do not like chocolate
b. I like do not chocolate
c. Do like not I chocolate

13. ” Lima tas biru’. In English……..
a. Five blue bags
b. Five yellow bags
c. Five black bags

14. Rio : What day is today?
Rika : Today is ……. (Rabu)
a. Monday
b. Wednesday
c. Friday

15. Aris : Is this a clock?
Bobby : Yes, ………..
a. This is a clock
b. That is a clock
c. This is not a clock

16.  Luna : What color is the grass?
Rina : The grass is ……..
a. White               b. Black                c. Green

17. Dimas : ……… is this?
Gempi : This is a ball.
a. Where              b. What                c. How

18. Lulu : What is your hobby?
Mira : My hobby is …….. (bersepeda)
a. Cycling            b. Fishing            c. Swimming

19. They are playing …………. (sepak bola) in the field. 
a. badminton     b. doll                   c. football

20. What is that?
That is a …….. (mobil)
a. Car                     b. Train                c. Plane


 

Mekanisme Kontraksi Otot

  Pada tingkat molekular kontraksi otot adalah serangkaian peristiwa fisiokimia antara filamen aktin dan myosin.Kontraksi otot terjadi per...

Blog Archive