Monday, May 22, 2017

Landasan Pendidikan Anak Usia Dini



1.   Landasan Yuridis Pendidikan Anak Usia Dini

Dalam Amandemen UUD 1945 pasal 28 B ayat 2 dinyatakan bahwa ”Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”.

Dalam UU NO. 23 Tahun 2002 Pasal 9 Ayat 1 tentang Perlindungan Anak dinyatakan bahwa ”Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasarnya sesuai dengan minat dan bakatnya”.

Dalam UU NO. 20 TAHUN 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1, Pasal 1, Butir 14 dinyatakan bahwa ”Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”. Sedangkan pada pasal 28 tentang Pendidikan Anak Usia Dini dinyatakan bahwa ”(1) Pendidikan Anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, (2) Pendidkan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidkan formal, non formal, dan/atau informal, (3) Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal: TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat, (4) Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan non formal: KB, TPA, atau bentuk lain yang sederajat, (5) Pendidikan usia dini jalur pendidikan informal: pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan, dan (6) Ketentuan mengenai pendidikan anak usia dini sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.”

2.    Landasan Filosofis Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memanusiakan manusia. Artinya melalui proses pendidikan diharapkan terlahir manusia-manusia yang baik. Standar manusia yang “baik” berbeda antar masyarakat, bangsa atau negara, karena perbedaan pandangan filsafah yang menjadi keyakinannya. Perbedaan filsafat yang dianut dari suatu bangsa akan membawa perbedaan dalam orientasi atau tujuan pendidikan.

Bangsa Indonesia yang menganut falsafah Pancasila berkeyakinan bahwa pembentukan manusia Pancasilais menjadi orientasi tujuan pendidikan yaitu menjadikan manusia indonesia seutuhnya.Bangsa Indonesia juga sangat menghargai perbedaan dan mencintai demokrasi yang terkandung dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang maknanya “berbeda tetapi satu.” Dari semboyan tersebut bangsa Indonesia juga sangat menjunjung tinggi hak-hak individu sebagai mahluk Tuhan yang tak bisa diabaikan oleh siapapun. Anak sebagai mahluk individu yang sangat berhak untuk mendaptkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Dengan pendidikan yang diberikan diharapkan anak dapat tumbuh sesuai dengan potensi yang dimilkinya, sehingga kelak dapat menjadi anak bangsa yang diharapkan. Bangsa Indonesia yang menganut falsafah Pancasila berkeyakinan bahwa pembentukan manusia Pancasilais menjadi orientasi tujuan pendidikan yaitu menjadikan manusia indonesia seutuhnya Sehubungan dengan pandangan filosofis tersebut maka kurikulum sebagai alat dalam mencapai tujuan pendidikan, pengembangannya harus memperhatikan pandangan filosofis bangsa dalam proses pendidikan yang berlangsung.

3.    Landasan Keilmuan Pendidikan Anak Usia Dini

Konsep keilmuan PAUD bersifat isomorfis, artinya kerangka keilmuan PAUD  dibangun dari interdisiplin ilmu yang merupakan gabungan dari beberapa displin ilmu, diantaranya: psikologi, fisiologi, sosiologi, ilmu pendidikan anak, antropologi, humaniora, kesehatan, dan gizi serta neuro sains atau ilmu tentang perkembangan otak manusia (Yulianai Nurani Sujiono, 2009: 10).

Berdasarkan tinjauan secara psikologi dan ilmu pendidikan, masa usia dini merupkan masa peletak dasar atau fondasi awal bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Apa yang diterima anak pada masa usia dini, apakah itu makanan, minuman, serta stimulasi dari lingkungannya memberikan kontribusi yang sangat besar pada pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa itu dan berpengaruh besar pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya. 


Pertumbuhan dan perkembangan anak tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan perkembangan struktur otak. Dari segi empiris banyak sekali penelitian yang menyimpulkan bahwa pendidikan anak usia dini sangat penting, karena pada waktu manusia dilahirkan, menurut Clark (dalam Yuliani Nurani Sujono, 2009) kelengkapan organisasi otaknya mencapai 100 – 200 milyard sel otak yang siap dikembangkan dan diaktualisasikan untuk mencapai tingkat perkembangan optimal, tetapi hasil penelitian menyatakan bahwa hanya 5% potensi otak yang terpakai karena kurangnya stimulasi yang berfungsi untuk mengoptimalkan fungsi otak. 

Makalah Konsep Pengembangan PAUD

BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Pada masa anak usia dini merupakan periode kritis dalam perkembangan anak. Hasil kajian neurologi menunjukkan bahwa pada saat lahir otak bayi membawa potensi sekitar 100 milyar yang pada proses berikutnya sel-sel dalam otak tersebut berkembang dengan begitu pesat dengan menghasilkan bertrilyun-trilyun sambungan antar neuron. Supaya mencapai perkembangan optimal sambungan ini harus diperkuat melalui berbagai rangsangan psikososial, karena sambungan yang tidak diperkuat akan mengalami penyusutan dan musnah (Jalal dalam Wahyudin dan Agustin, 2010:2).
Anak usia dini merupakan masa peka bagi anak. Anak mulai sensitif untuk menerima berbagai upaya perkembangan seluruh potensi anak. Masa peka adalah masa terjadinya pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini merupakan masa untuk meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral, dan nilai-nilai agama. Oleh sebab itu dibutuhkan kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangan anak tercapai secara optimal.
Banyak orang tua maupun guru telah memahami pentingnya masa emas (golden age) perkembangan pada usia dini. Sebagai masa penting, masa sensitifnya semua potensi yang dimiliki untuk berkembang. Persepsi tentang pentingnya golden age menjadikan orang tua dan guru berlomba dengan waktu untuk memberikan pengalaman belajar melalui “kegiatan atau pembelajaran akademik.” Hampir keseluruhan waktu belajar anak dilakukan melalui “kegiatan akademik.” Guru mengajar dengan menjelaskan, anak belajar melalui mendengarkan dan mengerjakan tugas yang didominasi lembar atau buku kerja anak. Anak menulis angka dan huruf/kata tanpa membangun konteks belajar terlebih dahulu. Dalam situasi ini, aspek kognitif atau intelektual memperoleh stimulus terbesar, sedang aspek lainnya hampir diabaikan.
Banyak guru beranggapan tanpa menerangkan atau menjelaskan materi, anak akan menghadapi kesulitan memperoleh pengetahuan. Padahal anak memperoleh pengetahuan justru dari berbagai cara. Sesuai dengan salah satu ciri anak usia dini, yaitu anak sebagai individu yang aktif maka pengetahuan lebih banyak diperoleh dari pengalaman melakukan berbagai aktivitas. Mendengarkan penjelasan guru sedikit sekali membentuk pengetahuan, apalagi usia anak yang belum dapat berkonsentrasi dalam waktu yang relatif lama.
Dari hasil penelitian para ahli yang mengamati perkembangan anak sejak lahir hingga 18 tahun, ditemukan bahwa pendidikan yang baik adalah pendidikan yang memberikan kesempatan kepada anak untuk menemukan sendiri pengertian/konsep tentang dirinya, benda-benda dan orang-orang di sekitarnya maupun lingkungan serta alam raya beserta isinya. Dia juga mengerti bagaimana berinteraksi dengan orang lain atau lingkungan sebagaimana dia mengerti dan berinteraksi dengan diri dan keinginannya sendiri.
Untuk anak dapat berinteraksi baik dengan dirinya sendiri maupun orang-orang serta lingkungan di sekitar dia, anak membutuhkan kegiatan-kegiatan yang melibatkan kegiatan fisik (motorik) dan membuat anak mampu untuk berkreatifitas sehingga dapat menumbuhkan dan mengembangkan pengetahuannya (kognisi) secara alami tanpa ada perasaan tidak nyaman atau tertekan. Sebab perasaan tersebut membuat anak untuk tidak siap menerima atau mendapatkan pengetahuan yang bersifat temuan atau menciptakan.
Dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa Pendidikan anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, baik pendidikan secara formal di sekolah maupun secara nonformal.
Pendidikan anak usia dini 0-8 tahun menurut Jamaris (2003) telah cukup lama menjadi perhatian tokoh atau para ahli filsafat seperti Plato dan Aristoleles. Plato mengemukakan pendidikan yang paling tepat untuk mendidik anak adalah sebelum usia 6 tahun. Seorang ahli pendidikan lainnya seperti John Amus Comenicus (1592-1672) dalam bukunya “The school of Infant” menyatakan pendidikan anak telah berada di dalam pangkuan Ibunya. Cominicus berpendapat pendidikan anak berlangsung sejalan dengan aktivitas bermain karena bermain adalah realisasi dari pengembangan diri kehidupan anak. sedangkan John Pestalozzi (1746-1827) berpendapat bahwa pendidikan dimulai di rumah, melalui berbagai kegiatan yang dilakukan anak pada waktu bermain.
Menurut Husein, dkk. (2002) anak usia dini berada pada masa lima tahun pertama yang disebut masa Golden Age, masa ini merupakan masa emas perkembangan anak. Anak pada usia tersebut mempunyai potensi demikian besar untuk mengoptimalkan segala aspek perkembangannya, termasuk keterampilan perkembangan motoriknya, artinya perkembangan keterampilan motorik sebagai perkembangan unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh. Terdapat hubungan yang saling mempengaruhi antara kebugaran tubuh, keterampilan motorik dan kontrol motorik. Keterampilan motorik anak usia dini (AUD) tidak akan berkembang tanpa adanya kematangan kontrol motorik, kontrol motorik  tidak akan optimal tanpa kebugaran tubuh, kebugaran tubuh tidak akan tercapai tanpa latihan fisik.
Anak usia dini yang berusia 2-6 tahun memiliki energi yang tinggi. Energi dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas yang diperlukan dalam meningkatkan penampilan fisik, baik yang berkaitan dengan peningkatan keterampilan motorik kasar, seperti berlari, melompat, bergantung, melempar bola atau menendangnya, maupun motorik halus, seperti menggunakan jari-jari atau menyusun puzzle, memilih balok, dan menyusunnya menjadi bangunan tertentu.
Kegiatan fisik dan pelepasan energi dalam jumlah besar merupakan ciri aktivitas dari anak usia ini. Hal ini disebabkan oleh energi yang dimiliki anak dalam jumlah besar tersebut memerlukan penyaluran melalui berbagai aktivitas fisik, baik kegiatan fisik yang berkaitan dengan motorik kasar maupun gerakan motorik halus.
Selanjutnya program pengembangan keterampilan  motorik AUD seringkali terabaikan atau dilupakan oleh orang tua, pembimbing atau bahkan guru sendiri. Hal ini lebih dikarenakan mereka belum memahami bahwa program pengembangan keterampilan motorik menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan AUD. Bertitik tolak dari hal tersebut di atas dirasakan perlu dikembangkan sebuah model program pengembangan keterampilan motorik pada AUD, agar semua pihak yang berkepentingan khususnya para pendidik dapat memahami dan mampu menerapkan pada anak didiknya.
Menurut Husain, dkk (2002), terdapat sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan keterampilan motorik pada AUD, antara lain keturunan, makanan bergizi, masa pralahir, perkembangan intelegensia, pola asuh atau peran ibu, kesehatan, perbedaan budaya dan ekonomi sosial, perbedaan jenis kelamin, dan adanya rangsangan dari lingkungan serta aktivitas jasmani.
Berbagai manfaat dapat diperoleh AUD ketika ia makin terampil menguasai keterampilan motoriknya. Selain kondisi badan makin sehat karena bergerak, ia juga akan lebih mandiri dan percaya diri. Selanjutnya menurut Semiawan (2002) AUD yang dibimbing melalui program pengembangan keterampilan motorik secara tepat biasanya diikuti dengan berkembangnya keterampilan-keterampilan lainnya seperti keterampilan sosial yang positif (keterampilan kerjasama, disiplin, fairness).

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
  1. Apa pengertian dan karakteristik Anak Usia Dini ?
  2. Apa prinsip-prinsip Perkembangan Anak Usia Dini ?
  3. Bagaimana konsep Pendidikan Anak Usia Dini ?
  4. Bagaimana prinsip kegiatan pengembangan Anak Usia Dini ?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
  1. Apa pengertian dan karakteristik Anak Usia Dini ?
  2. Apa prinsip-prinsip Perkembangan Anak Usia Dini ?
  3. Bagaimana konsep Pendidikan Anak Usia Dini ?
  4. Bagaimana prinsip kegiatan pengembangan Anak Usia Dini ?



BAB II
PEMBAHASAN


A.    Pengertian dan Karakteristik Anak Usia Dini
Dalam undang-undang tentang sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 Ayat 14).
Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia ini merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak (Sujiono, 2009:7). Usia dini merupakan usia di mana anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Usia dini disebut sebagai usia emas (golden age). Makanan yang bergizi yang seimbang serta stimulasi yang intensif sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tersebut.
Ada berbagai kajian tentang hakikat anak usia dini, khususnya anak TK diantaranya oleh Bredecam dan Copple, Brener, serta Kellough (dalam Masitoh dkk., 2005: 1.12 – 1.13) sebagai berikut.
1.   Anak bersifat unik.
2.   Anak mengekspresikan perilakunya secara relatif spontan.
3.   Anak bersifat aktif dan enerjik.
4.   Anak itu egosentris.
5.  Anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal.
6.   Anak bersifat eksploratif dan berjiwa  petualang.
7.   Anak umumnya kaya dengan fantasi.
8.   Anak masih mudah frustrasi.
9.   Anak masih kurang pertimbangan dalam bertindak.
10.   Anak memiliki daya perhatian yang pendek.
11.   Masa anak merupakan masa belajar yang paling potensial.
12.   Anak semakin menunjukkan minat terhadap teman.
B.   Prinsip-prinsip Perkembangan Anak Usia Dini
Prinsip-prinsip perkembangan anak usia dini berbeda dengan prinsip-prinsip perkembangan fase kanak-kanak akhir dan seterusnya. Adapun prinsip-prinsip perkembangan anak usia dini menurut Bredekamp dan Coople (Siti Aisyah dkk., 2007 : 1.17 – 1.23) adalah sebagai berikut.
1.        Perkembangan aspek fisik, sosial, emosional, dan kgnitif anak saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain.
2.        Perkembangan fisik/motorik, emosi, sosial, bahasa, dan kgnitif anak terjadi dalam suatu urutan tertentu yang relatif dapat diramalkan.
3.        Perkembangan berlangsung dalam rentang yang bervariasi antar anak dan antar bidang pengembangan dari masing-masing fungsi.
4.        Pengalaman awal anak memiliki pengaruh kumulatif dan tertunda terhadap perkembangan anak.
5.        Perkembangan anak berlangsung ke arah yang makin kompleks, khusus, terorganisasi dan terinternalisasi.
6.        Perkembangan dan cara belajar anak terjadi dan dipengaruhi oleh konteks sosial budaya yang majemuk.
7.        Anak adalah pembelajar aktif, yang berusaha membangun pemahamannya tentang tentang lingkungan sekitar dari pengalaman fisik, sosial, dan pengetahuan yang diperolehnya.
8.        Perkembangan dan belajar merupakan interaksi kematangan biologis dan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.
9.        Bermain merupakan sarana penting bagi perkembangan sosial, emosional, dan kognitif anak serta menggambarkan perkembangan anak.
10.    Perkembangan akan mengalami percepatan bila anak berkesempatan untuk mempraktikkan berbagai keterampilan yang diperoleh dan mengalami tantangan setingkat lebih tinggi dari hal-hal yang telah dikuasainya.
11.    Anak memiliki modalitas beragam (ada tipe visual, auditif, kinestetik, atau gabungan dari tipe-tipe itu) untuk mengetahui sesuatu sehingga dapat belajar hal yang berbeda pula dalam memperlihatkan hal-hal yang diketahuinya.
12.    Kondisi terbaik anak untuk berkembang dan belajar dalam komunitas yang menghargainya, memenuhi kebutuhan fisiknya, dan aman secara fisik dan fisiologis.

C.   Konsep Pendidikan Anak Usia Dini
1.  Jalur Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini
Dalam undang-undang tentang sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Nomor 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1 Ayat 14). Dalam pasal 28 ayat 3 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudathul Athfal, atau bentuk lain yang sederajat. 
2.  Satuan Pendidikan Anak Usia Dini
Satuan pendidikan anak usia dini merupakan institusi pendidikan anak usia dini yang memberikan layanan pendidikan bagi anak usia lahir sampai dengan 6 tahun. Di Indonesia ada beberapa lembaga pendidikan anak usia dini yang selama ini sudah dikenal oleh masyarakat luas, yaitu:
a.  Taman Kanak-kanak (TK) atau Raudhatul Atfal (RA)
TK merupakan bentuk satuan pendidikan bagi anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan bagi anak usia 4 sampai 6 tahun, yang terbagi menjadi 2 kelompok : Kelompok A untuk anak usia 4 – 5 tahun dan Kelompok B untuk anak usia 5 – 6 tahun.
b.  Kelompok Bermain (Play Group)
Kelompok bermain berupakan salah satu bentuk pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal yang menyelenggarakan program pendidikan sekaligus program kesejahteraan bagi anak usia 2 sampai dengan 4 tahun (Sujiono, 2009: 23).
c.  Taman Penitipan Anak (TPA)
Taman penitipan anak merupakan salah satu bentuk pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan non formal yang menyelenggarakan program pendidikan sekaligus pengasuhan dan kesejahteraan anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun. TPA adalah wahana pendidikan dan pembinaan kesejahteraan anak yang berfungsi sebagai pengganti keluarga untuk jangka waktu tertentu selama orang tuanya berhalangan atau tidak memiliki waktu yang cukup dalam mengasuh anaknya karena bekerja atau sebab lain (Sujiono, 2009: 24). 
3. Landasan Pengembangan Anak Usia Dini
Model program pengembangan keterampilan motorik pada anak usia dini merupakan upaya untuk memperkaya atau melengkapi ketersediaan bahan ajar yang telah ada khususnya tentang pengembangan keterampilan motorik anak usia dini atau program aktivitas bermain/olahraga. Pertimbangan pengembangan keterampilan motorik anak usia dini perlu mengacu pada landasan sebagaimana berikut;
a. Landasan Yuridis
Landasan yuridis ialah dasar-dasar hukum yang ada atau peraturan yang berlaku di Indonesia dan berkaitan dengan penyelenggaraan kegiatan pendidikan/pembinaan anak usia dini. Landasan tersebut sesuai dengan hakekat pendidikan anak usia dini:
  1. Pancasila dan UUD 1945
  2. UU No.29 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional tentang Pendidikan Anak Usia Dini, dan Lembaran Negara Tahun 1989 Nomor 6 Tambahan Lembaran Negara Nomor: 3390
  3. PP Nomor 27 Tahun 2009 Pasal 3. Tentang Pendidikan Prasekolah bertujuan untuk membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan dan untuk pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya.
b. Landasan Empiris
Kondisi di lapangan menunjukkan kecenderungan bahwa lembaga-lembaga formal maupun informal serta masyarakat luas telah memberi perhatian terhadap pendidikan anak usia dini. Namun di satu pihak keadaan tersebut belum terdukung oleh ketersediaan bahan ajar atau buku-buku yang memberikan bekal kebutuhan calon pembimbing anak usia dini yang berkaitan dengan topik pengembangan keterampilan motorik anak usia dini masih dirasakan belum lengkap atau memadai, yang berakibat pada pembimbingan menjadi kurang variatif.
c. Landasan Psikologis
Karakteristik psikologis manusia perlu dipertimbangkan secara menyeluruh dalam merancang program  pengembangan karena akan melibatkan manusia baik secara langsung maupun tidak. Kondisi psikologis setiap individu berbeda karena perbedaan faktor-faktor yang dibawa dari kelahirannya. Kondisi inipun akan berbeda pula bergantung kepada konteks, peranan, dan status individu di antara individu-individu yang lainnya. Interaksi pembimbingan tercipta dalam situasi pendidikan harus sesuai dengan kondisi psikologi para peserta didik maupun kondisi pendidiknya.
Anak usia dini adalah individu yang sedang berada dalam masa atau proses perkembangan. Tugas utama yang sesungguhnya dari para pendidik adalah membantu perkembangan mereka secara optimal. Isi pendidikan perlu disesuaikan dengan pola-pola perkembangan anak. Perkembangan atau kemajuan-kemajuan yang dialami individu sebagian besar terjadi karena proses belajar, baik yang berlangsung melalui proses peniruan, pengingatan, pembiasaan, pemahaman, penerapan maupun pemecahan masalah. Oleh karena itu perlu dilakukan berbagai upaya menciptakan berbagai kegiatan pembelajaran agar anak belajar seperti kegiatan belajar mana yang dapat memberikan hasil secara optimal dan bagaimana proses pelaksanaannya yang mampu memberikan stimulasi tepat. Oleh karena salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan program pengembangan keterampilan motorik anak usia dini adalah psikologi perkembangan anak usia dini.
d. Landasan Sosio-Antropologis
Landasan sosiologis-antropologis pendidikan mengacu kepada seperangkat konsep sosiologis umum yang menjadi sandaran atau dasar titik tolak dalam menyusun program pengembangan kegiatan yang dikembangkan. Landasan sosio-antropologis merupakan aspek penting, karena kegiatan pendidikan sebagai salah satu aspek kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari aspek kehidupan masyarakat pada umumnya. Selanjutnya objek-objek sosial budaya yang terkait antara lain mencakup (1) organisasi sosial, (2) kebudayaan, (3) sosialisasi, (4) tingkat sosial, (5) perkumpulan-perkumpulan, (6) penduduk dan ekologi. Objek-objek tersebut hendaknya menjadi pertimbangan bagi kita dalam menyusun program pengembangan kegiatan pendidikan yang tidak lepas dari lingkungan sosial budaya. Lingkungan sosial budaya yang membantu terjadinya proses sosialisasi anak khususnya anak usia dini adalah: (1) lingkungan keluarga, (2) lingkungan sepermainan/teman sebaya dan (3) lingkungan sekolah.
e. Landasan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Mengacu pada pendekatan Developmentally Appropriate Practice (DAP), pendidikan anak usia dini bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi anak (the world child) agar kelak menjadi manusia Indonesia seutuhnya melalui kegiatan pembelajaran yang menyenangkan, mendidik dan demokratis yang sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak.
Setiap anak dipandang unik. Meskipun pola perkembangan dan pertumbuhan anak sama, kecepatan setiap anak mencapai setiap tahap perkembangan yang berbeda-beda. Oleh karena itu pendidikan anak usia dini perlu memperhatikan kebutuhan anak baik dalam kelompok usia maupun kebutuhan sebagai individual. Anak dipandang sebagai individu yang baru mengenal dunia. Pendidikan anak usia dini memperkenalkan anak dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial agar kelak dapat hidup dan beradaptasi dengan lingkungannya.
Perkembangan setiap anak ditentukan oleh faktor genetis dan faktor lingkungan. Pendidikan anak usia dini mengembangkan potensi genetis anak agar berkembang secara optimal melalui rancangan yang menyesuaikan dengan kebutuhan individunya dan memperhatikan bakatnya. Sedangan faktor lingkungan pendidik perlu merancang lingkungan belajar yang menarik, menyenangkan dan menantang. Anak usia dini khususnya usia taman kanak-kanak belajar terbaik melalui interaksi dengan benda-benda konkrit bermakna, teman sebaya, dan orang yang lebih dewasa.

D. Prinsip Kegiatan Pengembangan Anak Usia Dini
1.        Prinsip Pengembangan Kognitif
Minett ( 1994) mendeskripsikan bahwa pengembangan kognitif seorang anak yang telah berusia lebih dari satu tahun dapat dilakukan dengan memberikan kesempatan pada anak untuk berbicara prinsip-prinsip pengembangan kognitif sebagai berikut:
a)        Menyediakan banyak kesempatan bagi anak untuk mempelajari ketrampilan
b)        Memberikan dukungan dan semangat ketika anak memerlukannya.
c)        Katakan kepada anak apa yang terjadi dan bantu mereka merencanakan aktivitas
Menurut Piaget tahapan perkembangan anak terdiri dari empat tahap yaitu :
berikut :
1.    Tahap sensorimotor: dari lahir hingga 2 tahun (anak mengalami dunianya   melalui gerak dan inderanya serta mempelajari permanensi obyek)
2.    Tahap pra-operasional: dari 2 hingga 7 tahun (mulai memiliki kecakapan        motorik)
3.    Tahap operasional konkrit: dari 7 hingga 11 tahun (anak mulai berpikir        secara logis tentang kejadian-kejadian konkrit)
4.    Tahap operasional formal: setelah usia 11 tahun (perkembangan penalaran abstrak). (http://id.wikipedia.org/wiki/Jean_Piaget).

2. Prinsip Pengembangan Bahasa
Prinsip pengembangan bahasa antara lain;
a. Berbicaralah dengan melibatkan anak
b. Bacakan bacaan bercerita
c. Semangati anak menceritakan pengalamannya
d. Kunjungi perpustakaan secara teratur
          Menurut Yusuf (2005:170) perkembangan bahasa anak usia dini dapat diklasifikasikan ke dalam dua tahap (sebagai kelanjutan dari dua tahap sebelumnya) yaitu sebagai berikut.
  1. Masa ketiga (2,0-2,6) yang bercirikan:
1)      Anak sudah mulai bisa menyusun kalimat tunggal yang sempurna.
2)      Anak sudah mampu memahami tentang perbandingan misalnya burung pipit lebih kecil dari burung perkutut, anjing lebih besar dari kucing.
3)      Anak banyak menanyakan nama dan tempat: apa, dimana, dan darimana.
4)      Anak sudah banyak menggunakan kata-kata yang berawalan dan yang berakhiran.
  1. Masa keempat (2,6-6,0) yang bercirikan:
1)      Anak sudah dapat menggunakan kalimat majemuk beserta kalimatnya.
2)      Tingkat berpikir anak sudah lebih maju, anak banyak menanyakan soal waktu, sebab akibat melalui pertanyaan-pertanyaan: kapan, kemana, mengapa, dan bagaimana.
Perkembangan bahasa anak merupakan proses biologis dan psikologis, karena melibatkan proses pertumbuhan alami dan perkembangan psikologis sebagai akibat interaksi anak dengan lingkungan. Kecepatan anak dalam berbicara (bahasa pertama) merupakan salah satu keajaiban alam  dan menjadi bukti kuat dari dasar biologis untuk pemerolehan bahasa.
3. Prinsip Pengembangan Seni
Prinsip pengembangan seni antara lain:
a. Terimalah anak sesuai dengan tingkat perkembangan
b. Sediakan lingkungan yang nyaman bagi anak
c. Sediakan peralatan yang layak dengan usia anak
d. Jadilah sebagai fasilitator
4. Prinsip Pengembangan Fisik/Motorik
Prinsip pengembangan fisik antara lain;
a.    Rencanakan aktivitas fisik anak setiap hari
b.    Ciptakan aktivitas harian yang mencakup banyak kesempatan untuk mengembangkan potensi anak
c.    Siapkan lingkungan outdoor
d.   Siapkan beragam peralatan
Tujuan model program pengembangan keterampilan motorik pada anak usia dini, meliputi pengembangan keterampilan motorik kasar dan motorik halus.
Pengembangan keterampilan motorik kasar:
1)      Mampu meningkatkan keterampilan gerak.
2)      Mampu memelihara dan meningkatkan kebugaran jasmani
3)      Mampu menanamkan sikap percaya diri
4)      Mau bekerja sama
5)      Mampu berperilaku disiplin, jujur, dan sportif
Pengembangan keterampilan motorok halus
1)      Mampu memfungsikan otot-otot kecil seperti gerakan jari tangan.
2)      Mampu mengkoordinasikan kecepatan tangan dengan mata.
3)      Mampu mengendalikan emosi
Adapun penyusunan bahan ajar model program pengembangan keterampilan motorik pada anak usia dini ini adalah untuk dijadikan sebagai pedoman bagi mahasiswa pendidikan anak usia dini, guru TK, tenaga pendidik kelompok bermain, pengasuh dan pengelola Taman Penitipan Anak (TPA) dan orang tua dalam mengembangkan keterampilan motorik anak usia dini yang sesuai dengan masa pertumbuhan dan perkembangannya.
Fungsi model program pengembangan keterampilan motorik anak usia dini. Setelah mengetahui tujuan dari pengembangan keterampilan motorik, adapun fungsi pengembangannya adalah sebagai berikut;
Fungsi  model program pengembangan keterampilan motorik kasar.
1)        Sebagai alat pemacu pertumbuhan dan perkembangan jasmasi, rohani, dan kesehatan untuk anak usia dini.
2)        Sebagai alat untuk membentuk, membangun dan memperkuat tubuh anak usia dini.
3)        Sebagai alat melatih keterampilan dan ketangkasan gerak juga daya pikir anak usia dini.
4)        Sebagai alat untuk meningkatkan perkembangan emosional.
5)        Sebagai alat untuk meningkatkan perkembangan sosial.
6)        Sebagai alat untuk menumbuhkan perasaan senang dan memahami manfaat kesehatan pribadi.
Fungsi model program pengembangan keterampilan motorik halus.
1)        Sebagai alat untuk mengembangkan keterampilan gerak kedua tangan
2)        Sebagai alat untuk mengambangkan koordinasi kecepatan tangan dengan gerakan mata.
3)        Sebagai alat untuk melatih penguasaan emosi.


BAB III
KESIMPULAN


Teori-teori perkembangan merupakan dasar pendidikan bagi anak usia dini sebab kebanyakan teori pendidikan anak usia dini dikembangkan berdasarkan teori perkembangan anak. Teori perkembangan anak dijadikan dasar bagi pendidikan anak usia dini. Prinsip-prinsip pendidikan anak usia dini harus menjadi acuan dan landasan dalam melaksanakan dan mengembangkan pola pendidikan bagi anak usia dini.
Tujuan model program pengembangan keterampilan motorik anak usia dini meliputi pengembangan keterampilan motorik kasar dan motorik halus. Fungsi pengembangan motorik kasar yaitu: Sebagai alat pemacu pertumbuhan dan perkembangan jasmasi, rohani, dan kesehatan untuk anak usia dini, membentuk, membangun dan memperkuat tubuh anak usia dini, melatih keterampilan dan ketangkasan gerak juga daya pikir anak usia dini, meningkatkan perkembangan emosional, Sebagai alat untuk meningkatkan perkembangan sosial, dan menumbuhkan perasaan senang dan memahami manfaat kesehatan pribadi. Sedangkan motorik halus berfungsi: Sebagai alat untuk mengembangkan keterampilan gerak kedua tangan, mengambangkan koordinasi kecepatan tangan dengan gerakan mata dan melatih penguasaan emosi.



DAFTAR PUSTAKA


Anita Yus, (2011). “Model Pendidikan Anak Usia Dini”, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Masitoh dkk. (2005) Strategi Pembelajaran TK. Jakarta: Erlangga.

Novan Ardy Wiyani & Barnawi, (2012). “Format PAUD”, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Patmonodewo, S. (2003) Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Peraturan Pemerintah Dinas pendidikan Nasional, (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009 Tentang Standar Pendidikan Anak usia Dini, Jakarta: Sinar Grafika.

Siti Aisyah dkk. (2007) Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sujiono, Yuliani Nurani. (2009) Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks.

UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Visimedia

Wahyudin, U. dan Agustin, M. (2011). Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini. Bandung: Refika Aditama

Wismiarti, R.S. & Neni Arriyani, (2008). “Membangun Kecerdasan Anak 0-3 Tahun Melalui Membaca dan Bermain”, Jakarta: Arga Publishing.


Yusuf, S.(2005). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung:Remaja Rosdakarya


Makalah Infeksi Saluran Lendir

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal, pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan yang tujuannya tercantum dalam UU Kes No.23 lthun 1992, pasal I bab I tentang kesehatan yaitu : Kesehatan adalah keadaan sehat dari badan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomi, agar terwujud kesehatan masyarakat yang optimal sehingga tercapainya bangsa yang sehat dan sumber daya yang berkualitas (Slamet, Juli Soemirat. 2004 ).
Masalah kesehatan anak dipengaruhi oleh dua persoalan utama yaitu tingginya angka kesakitan dan angka kematian. Angka kesakitan dan angka kematian merupakan salah satu indicator derajat kesehatan yang disebabkan oleh kurangnya penanganan keluarga dalam menanggulangi penyakit infeksi saluran lendir. infeksi saluran lendir adalah penyakit yang sangat umum dijumpai pada anak-anak dengan gejala batuk, pilek, panas (demam) atau gejala tersebut muncul secara bersamaan, (Meadow, Sir Roy).
Dalam menurunkan angka kejadinan Infeksi Saluran Lendir diperlukan peran aktif petugas Kesehatan dalam menyampaikan informasi terutama tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan Infeksi Saluran Lendir, dimana salah satu faktor yang perlu diketahui adalah cara pencegahan dan perawatan Infeksi Saluran Lendir. Peran aktif petugas disini terutama perawat dapat menyampaikannya melalui promosi kesehatan seperti perbaikan dan peningkatan gizi, perbaikan dan sanitasi lingkungan, pemeliharaan kesehatan perorangan dan tindakan preventif seperti isolasi penderita penyakit Infeksi Saluran Lendir dan pemberian imunisasi. Sebagai perawat kita harus mengetahui sejauh mana pengetahuan keluarga tentang Infeksi Saluran Lendir dan motivasi keluarga dalam pencegahan dan perawatan Infeksi Saluran Lendir dirumah, karena perilaku seseotang dipengarahi oleh pengetahuan, sikap, kehendak, motivasi dan niat ( Notoatmojo. 2003 ).

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN


2.1 Infeksi Saluran Infeksi Saluran Lendir
21.1 Pengertian Infeksi Saluran Lendir
Infeksi Saluran Lendir adalah penyakit infeksi yang sangat umum dijumpai pada anak-anak dengan  gejala batuk, pilek, panas atau ketiga gejala tersebut muncul secara bersamaan (Meadow, Sir Roy. 2ffi2:153).
Infeksi Saluran Lendir yang diadaptasi dari bahasa Inggris Acute Respiratory hfection (ARl) mempunyai pengertian sebagai berikut:
l. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikoorganisme kedalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
2. Saluran  pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alfeoli beserta organ adneksa seperti simrs-sinus, rongga tengah dan pleura Infeksi Saluran Lendir secara anatomis mencakup saluran pemafasan bagian atas.
3. Infeksi akut adalah infeksi yang berlansung sampai 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang digolongkan Infeksi Saluran Lendir. Proses ini dapat berlangsung dari 14 hari (Suryana, 2005:57).
21.2 Penyebab Infeksi Saluran Lendir
2.1.2.1 Virus dan bakteri : virus influeuza sterptococcus, shapilococcus, haemopilus influerzae.
2.1.2.2 Alergen spesifik : alergi yang disebabkan oleh debu asap dan udara dingin atau panas
2.l.2.3 Perubahan cuaca dan lingkungan : kondisi cuaca yang tidak baik seperti peralihan suhu panas ke hujan dan lingkungan yang tidak bersih atau tercemar.
2.l.2.4 Aktifitas : kondisi dimana anak memiliki kegiatan yang banyak tanpa memperhatikan kondisi tubuh atau daya tahan tubuh yang dapat menyebabkan anak-anak menderita Infeksi Saluran Lendir.
2.1.2.5 Asupan gizi Yang kurang.
2.1.3 Tanda dan Geial.a Infeksi Saluran Lendir
2. 1.3. 1 Suhu badan balita <37°C
2.1.3.2 Terdapat Batuk
2.1.3.3 Terjadi Pilek
2.1.3.4 Hidung tersumbat, karena adanya discharge atau cairan di rongga hidung anak, discharge hidung sering dimulai sebagai discharge yang jernih kemudian kental berwarna kuning Purulen.
2.1.3.5 Nafas anak cepat, pada anak usia l2 bulan sampai 5 tahun pernafasannya < 40x/i
2.1.3.6 Nafas berbunyi wheezing
2.1.3.7 Nyeri pada tenggorokan
2. 1.3.8 Terkadang anak tidak mau minum
2.1.4 Komplikasi Infeksi Saluran Lendir
2. 1.4.1 Asma
Asma adalah mengi berulang atau batuk persisten yang disebabkan oleh suatu kondisi alergi non infeksi dengan gejala : sesak nafas, nafas berbunyi wheezing, dada terasa tertekan, batuk biasanya pada malam hari atau dini hari.
2.1,4.2 Kejang demam
Kejang demam adalah bangkilan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rentan lebih dari 38Oc) dengan geiala berupa serangan kejang klonik atau tonikklonik bilateral. Tanda lainnya seperti mata terbalik keatas dengan disertai kejang kekakuan atau kelemahan, gerakan sentakan berulang tanpa didahului kekakuan atau hanya sentakan kekauan fokal.
2.1 ,4.3 Tuli
Tuli adalah gangguan system pendengaran yang terjadi karena adanya infeksi yang disebabkan oleh bakteri atau virus dengan gejala awal nyeri pada telinga yang mendadak, persisten dan adanya cairan pada rongga telinga.
2.1.4.4 Syok
Syok merupakan kondisi dimana seseorang mengalami penurunan f'ungsi dari system tubuh yang disebabkan oleh babagai faktor antara lain : faktor obstruksi contohnya hambatan pada system pernafasan yang mengakibatkan seseorang kekurangan oksigen sehingga seseorang tersebut kekurang suplay oksigen ke otak dan mengakibatkan syok.
2.1.5 Pencegahan Infeksi Saluran Lendir pada Balita
Kegiatan atau jenis-jenis yang dapal dilakukan dalam mencegah terjadinya penyakit Infeksi Saluran Lendir pada anak antara lain :
2. 1 .5. 1 Perbaikan peningkatan gizi pada bal ita
2.1 .5.1 .1 Penyusunan atau pengaturan menu
2.l.5.1.2 Cara pengolahan makanan
2.1.5.1,3 Variasi menu
2.1.5.2 perbaikan dan santasi lingkungan
2. 1.5.3 pemeliharaan Kesehatran perorangan
2. 1.5.4 Tindakan preventif
2.1.5.4.1 Memberikan imunisasi pada gorongan yang rentan terhadap penyakit tertentu
2.1.5.4.2 Isolasi terhadap penderita Infeksi Saluran Lendir
2.1.6 Perawatan dan pengobatan Infeksi Saluran Lendir di rumah
2.I.6.1 perawatan Infeksi Saluran Lendir di rumah
2.1.6.1.1 Memberi makan
Pemberian makanan yang cukup dan bergizi untuk menghindari penurunan berat badan yang akan rnengakibatkan malnutrisi. Berikan makan sedikit-sedikit tapi sering dari biasanya, lebih-lebih jika anak muntah. pemberian ASi pada bayi yang  menyusu juga tetap diberikan.
2.1.6. 1.2 Pemberian cairan atau minuman
Anak dengan infeksi saluran pernafasan dapat kehilangan cairan lebih banyak dari biasanya terutama bila demam, menambah pemberian minum atau cairan untuk menghindari dehidrasi. Dehidrasi akan melemahkan anak dan dapat memperberat penyakitnya, pemberian cairan akan membantu mengencerkan dahak,
2.1 .6.1 .3 Menjaga kelancaran pernafasan
Menjaga kelancaran pernafasan dengan cara mengajarkan anak agar bila ia batuk lendirnya dikeluarkan.
2.1.6.1.4 Bersihkan hidung
Membersihkan hidung dengan memakai kain bersih yang lunak untuk membersihkan lubang hidung,jika hidung tersumbat karena ingus yang telah mengering, tetesilah dengan air garam untuk membasahinya.
2.1 .6.1 .5 Mengatasi panas
Untuk anak usia 2bln - 5tahun demam diatasi dengan paracetamol dan atau dengan kompres (bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk). Pemberian kompres dengan cara : gunakan kain bersih celupkan pada air (air hangat kuku) peras seperlunya, kemudian letakkan diatas dahi anak, lipat paha, lipat ketiak, ulangi bila kan sudah dingin.
2.1 .6.1 .6  Istirahat
Berikan istirahat yang cukup karena dengan istirahat gejala bisa berkurang.
2.1.6.1.7 Mengamati tanda-tanda bahaya yang mungkin timbul seperti sesak nafas, nafas cepat, anak tidak mampu minum, suhu tubuh tinggi, bila terjadi segera bawa anak ke pelayanan kesehatan agar komplikasi tidak terjadi.



BAB  III
PENUTUP


3.1 Kesimpulan
Infeksi Saluran Lendir adalah penyakit infeksi yang sangat umum dijumpai pada anak-anak dengan gejala batuk, pilek, panas atau ketiga gejala tersebut muncul secara bersamaan. penyebab Infeksi Saluran Lendir yaitu virus, bakteri, alergen spesifik, perubahan cuaca dan lingkungan, aktifitas, dan asupan gizi yang kurang. Komplikasi Infeksi Saluran Lendir adalah asma, demam kejang, tuli, syok. Pencegahan Infeksi Saluran Lendir dapat dilakukan dengan penbaikan gizi dan peningkatan gizi pada balita penyusunan atau pengaturan menu, cara pengolahan makanan, variasi menu, perbaikan dan.sanitasi lingkungan, pemeliharaan kesehatan perorangan.
3.2 Saran
untuk mengurangi angka kejadian Infeksi Saluran Lendir pada balita, dalam hal ini penulis menyarankan agar semua pihak baik keluarga maupun instansi kesehatan lebih memperhatikan pola hidup sehat dan tidak membuang batuk sembarangan dan mengolah makanan sebaik mungkin.









DAFTAR PUSTAKA

Meadow,Sir Roy dan Simen.2002.Lectus Notes:Pediatrika.Jakarta:PT.Gelora Aksara Pratama

Ngastiyah,1997.Perawatan Anak sakit.Jakarta:EGC

Notoadmodjo.2003.Ilmu Kesehatan Masyarakat.jakarta ;EGC


Dr.Karel A,L,Staa,SpA Mila Meila Sari.2005.Menjadi Dokter Anak di rumah.

Mekanisme Kontraksi Otot

  Pada tingkat molekular kontraksi otot adalah serangkaian peristiwa fisiokimia antara filamen aktin dan myosin.Kontraksi otot terjadi per...

Blog Archive