Tuesday, April 27, 2021

Latar Belakang Penelitian "Pembelajaran Menulis Argumentasi Dengan Menggunakan Metode Quantum Learning Di Kelas X"

 Bahasa adalah kunci dalam pergaulan. Karena bahasa merupakan media utama bagi manusia untuk berkomunikasi dengan sesamanya, baik untuk berbagi rasa, berbagi informasi, bertukar pikiran, mencari dan menyebarkan ilmu serta mengembangkan budaya, ilmu dan teknologi. Dan Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa resmi yang berlaku di seluruh wilayah Negara Indonesia. Sebagaimana bunyi ikrar Sumpah Pemuda yaitu “ Kami Putra dan Putri Indonesia Menjunjung Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia” dan yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 Bab XV pasal 36 yang menyatakan bahwa “Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia”.

Dalam dunia pendidikan, bahasa Indonesia memiliki peranan yang sangat penting yaitu sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Bahasa Indonesia merupakan salah satu materi pengajaran yang diwajibkan, yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab VI pasal 33 ayat 1 berbunyi “ Bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara menjadi pengantar dalam Pendidikan Nasional”.

Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006 pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia (BNSP, 2006 : 317).

Tujuan mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut :

1.        Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulisan.

2.        Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara.

3.        Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan.

4.        Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial.

5.        Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperluas budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.

6.        Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia (KTSP, 2006).

Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa di dalam berkomunikasi baik lisan maupun tertulis (Depdikbud, 2005).

Seseorang dikatakan terampil berbahasa Indonesia apabila ia telah menguasai sistem bahasa Indonesia secara keseluruhan. Keterampilan berbahasa Indonesia yang lengkap mencakup empat keterampilan, yaitu mendengarkan atau memahami bahasa lisan, berbicara, membaca atau memahami bahasa tulisan dan menulis atau menggunakan bahasa secara tertulis. Keterampilan berbahasa setiap orang berbeda (Rusyana, 2006 : 103).

Dalam pembelajaran bahasa Indonesia belum dapat dikatakan siswa dapat berbahasa Indonesia jika tidak terampil menulis. Oleh sebab itu, untuk dapat mencetak para siswa sekolah dasar yang memiliki kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar, guru harus benar-benar memperhatikan keterampilan menulis siswa. Menulis merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan sehari-hari dalam kehidupan manusia. Menulis merupakan kegiatan yang sangat penting dilakukan apalagi berkenaan dengan peristiwa-peristiwa penting yang menuntut bukti tertulis atau peristiwa penting lainnya yang tidak boleh terlupakan.

Salah satu sarana komunikasi adalah tulisan (komunikasi tulis). Sebuah tulisan dapat membuat seorang pembaca mengetahui maksud dan tujuan seorang penulis. Dalam menulis, penulis bisa menuangkan gagasan, pikiran, ide-ide, dan pengalamannya dalam jenis tulisan. Sebagaimana dikemukakan oleh D’angelo dalam Tarigan (2008:22) :

 “Menulis adalah suatu bentuk berpikir. Salah satu dari tugas-tugas terpenting menulis sebagai penulis adalah menguasai prinsip-prinsip menulis dan berpikir, yang akan dapat menolongnya mencapai maksud dan tujuannya, yang paling penting di antara prinsip-prinsip yang dimaksud itu adalah penemuan, susunan dan gaya”.

 

Pendapat di atas mengisyaratkan bahwa pada abad informasi ini kemahiran berliterasi (baca-tulis) merupakan modal utama bagi siapa saja. Kemahiran berliterasi meningkatkan kemampuan serta kesejahteraan hidupnya. Artinya, di dalam kehidupan sehari-hari kemampuan menulis dapat menjadi kunci keberhasilan kita. Karena itu, sudah seharusnya anak-anak di SMP sudah memiliki kemampuan menulis yang layak. Kemampuan menulis yang layak tersebut akan menjadi penting bahkan menjadi kunci keberhasilan siswa dalam menempuh kehidupan, khususnya segala aktivitas di sekolah.

Menulis  pada  prinsipnya  adalah  bercerita  tentang  sesuatu  yang  ada       pada pikiran penulis baik berupa cerita pengalaman atau hanya imajinasi dari hasil pengalaman penulis yang dituangkan dalam bentuk  tulisan.

Setiap manusia semuanya diciptakan sebagai penulis. Namun, menuangkan buah pikiran  secara  teratur  dan  terorganisasi  ke dalam tulisan  tidak muda. Banyak  orang yang pandai berbicara atau berpidato,  tetapi mereka masih kurang mampu menuangkan gagasannya ke dalam bentuk bahasa tulisan. Maka untuk bisa menulis dengan baik, seseorang harus mempunyai kemampuan untuk menulis. Kemampuan menulis dapat dicapai melalui proses belajar dan berlatih.

Setiap siswa memiliki potensi untuk menulis. Akan tetapi, pada kenyataannya banyak yang tidak menyadari potensi tersebut. Hal ini terbukti dengan kenyataan yang didapat berdasarkan hasil observasi pendahuluan yang telah dilakukan di kelas X SMK PGRI Subang yang berjumlah 40 siswa ternyata mengalami kesulitan dalam menulis argumentasi.

Faktor-faktor yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam menulis argumentasi diantaranya : 1) siswa seringkali merasa malas untuk mulai menulis, 2) siswa merasa takut salah dalam menulis, 3) siswa kurang mendapat latihan dan pengalaman dalam menulis sehingga siswa cenderung menutup diri dari pengalaman dan gagasan baru yang ia miliki.

Pada dasarnya setiap manusia hidup memiliki potensi untuk menulis karena semua orang memiliki akal, memiliki potensi untuk berpikir, mempunyai ide, gagasan, pikiran atau perasaan dan semuanya itu dapat diekspresikan, disampaikan dan dikomunikasikan kepada orang lain melalui bahasa baik dalam bahasa lisan maupun  bahasa tulis.

Menyadari akan hal itu, yakni potensi yang dimiliki oleh manusia dalam hal ini peserta didik dan pada kenyataan adanya kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik itu sendiri, perlu adanya sebuah metode atau cara yang dapat menjembatani kesulitan yang ada ke arah kemampuan pengungkapan potensi yang dimiliki siswa. Metode itulah yang akan digunakan peneliti dalam penelitian ini. Metode yang dimaksud adalah metode Quantum Learning, dengan judul “Pembelajaran Menulis Argumentasi Dengan Menggunakan Metode Quantum Learning Di Kelas X 

No comments:

Post a Comment

Mekanisme Kontraksi Otot

  Pada tingkat molekular kontraksi otot adalah serangkaian peristiwa fisiokimia antara filamen aktin dan myosin.Kontraksi otot terjadi per...

Blog Archive