Tuesday, April 27, 2021

Latar Belakang Penelitian IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION TERHADAP OPTIMALISASI HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMA

 Pendidikan kewarganegaraan  dalam konteks Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) bukanlah hal baru di Indonesia. Karena, Sistem Pendidikan Nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia. Yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani. Pendidikan nasional harus menumbuhkan jiwa patriotik, mempertebal rasa cinta tanah air, meningkatkan semangat kebangsaan, kesetiakawanan sosial, kesadaran pada sejarah bangsa, dan sikap menghargai jasa para pahlawan, dan berorientasi ke masa depan (Sumarsono, 2001: 5).

Pendidikan kewarganegaraan pada dasarnya bertujuan untuk membangun karakter (character building) bangsa Indonesia. Antara lain : membentuk kecakapan partisipatif warga negara yang bermutu dan bertanggung jawab dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, menjadikan warga negara Indonesia yang cerdas, aktif, kritis, dan demokratis namun tetap memiliki komitmen menjaga persatuan dan integritas bangsa, dan mengembangkan kultur demokratis yang berkeadaban. Yaitu kebebasan, persamaan, toleransi, dan tanggung jawab.

Pendidikan kewarganegaraan yang berhasil akan membuahkan sikap mental yang cerdas, penuh rasa tanggung jawab dari peserta didik. Sikap tersebut disertai dengan perilaku yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menghayati niali-nilai falsafah bangsa, berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, rasional, dinamis, dan sadar akan hak dan kewajiban sebagai warga negara, bersifat profesional yang dijiwai oleh kesadaran bela negara, dan aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni untuk kepentingan kemanusiaan, bangsa, dan negara (Ubaedillah dan Abdul Rozak, 2010: 6-9).

Pada hakikatnya, pendidikan kewarganegaraan merupakan sebuah disiplin ilmu yang bertujuan membangun karakter peserta didik atau sebagai pendidikan karakter (character education). Di mana peran guru sebagai pendidik sebagai salah satu faktor yang sangat berpengaruh di dalam pembentukan karakter peserta didik. Selain dari hal tersebut di atas, pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dapat menumbuhkan sikap intelektual peserta didik di dalam mengoptimalkan hasil belajarnya selama pembelajaran berlangsung. Hal tersebut dapat di amati di dalam semua ranah tujuan pendidikan berdasarkan hasil belajar peserta didik secara umum. Yaitu meliputi : ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.

Untuk dapat membelajarkan peserta didik sesuai dengan gaya belajar mereka. Maka, guru diharapkan dapat menerapkan suatu model pembelajaran yang inovatif. Sehingga, tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi peserta didik, sifat materi bahan ajar, fasilitas media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri. Dengan demikian, diharapkan dengan adanya model-model pembelajaran ini, guru atau tenaga pendidik dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik di dalam setiap proses kegiatan pembelajaran di kelas.

Model pembelajaran yang dapat diterapkan pada bidang studi hendaknya dikemas dengan hakikat pendidikan bidang studi tersebut. Namun demikian, secara filosofis tujuan pembelajaran adalah untuk memfasilitasi peserta didik menjadi pemikir kritis, humanis, lentur atau fleksibel, dan adaptif dalam menerapkan pengetahuannya di dunia nyata. Model-model pembelajaran yang dapat mengakomodasikan tujuan tersebut adalah yang berlandaskan pada paradigma konstruktivistik sebagai paradigma alternatif. Adapun model-model yang berlandaskan paradigma konstruktivistik adalah model-model pembelajaran inovatif yang sesuai dengan hakikat pembelajaran humanis populis (Hamzah dan Nurdin Mohamad, 2012: 130-131).

Perkembangan zaman sekarang ini, menuntut peningkatan kualitas individu yang siap pakai atau dapat digunakan setiap saat sesuai dengan kemampuan dan keahliannya. Hal ini tentu tidak terlepas dari peran pendidikan dalam pembentukan tingkah laku individu itu sendiri. Namun dalam kenyataannya, terobosan pemerintah  dengan mengeluarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, mengesahkan Undang-undang Guru dan Dosen serta mengadakan perubahan kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan zaman belum sepenuhnya berhasil, bahkan cenderung terkesan hanya teori saja. Padahal kalau diamati, usaha yang dilakukan pemerintah lebih dari cukup. Karena sudah terarah proses dan mekanismenya.

Munculnya suatu masalah dalam sebuah aturan mungkin tidak dapat dihindarkan. Jika dianalisis, usaha tersebut belum menekankan pada penyelenggaraan dan pelaksanaannya. Hal ini terlihat dari sebagian besar peserta didik di dalam proses pembelajaran belum memiliki motivasi belajar yang optimal. Selain itu, sistem pembelajaran seperti itu disebabkan karena terkontaminasi oleh sistem pembelajaran yang lama yang lebih menekankan pada hafalan tinggi dan cenderung tekstual saja. Dengan demikian, peserta didik tidak memahami dasar kualitatif tentang fakta-fakta di dalam materi pembelajaran serta tingkat pemahaman semakin berkurang. Sehingga, pada kenyataannya timbul kebosanan pada diri peserta didik (Hamzah dan Nurdin Mohamad, 2012: 135).

Melihat kondisi tersebut, perlu diadakan model baru yang kooperatif dalam proses pembelajaran. Khususnya, pada pelajaran pendidikan kewarganegaraan yang secara tidak langsung merupakan bagian dari ilmu sosial. Peserta didik dapat belajar dengan cara bekerja sama dengan teman. Bahwa, teman yang lebih mampu dapat menolong teman yang lemah. Selain memberi sumbangan pada prestasi, peserta didik pun mendapat kesempatan untuk bersosialisasi, membantu mencapai tujuan bersama dalam kelompok atau tim untuk meningkatkan kegiatan pembelajaran. Khususnya di dalam membaca dan menulis secara terpadu.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis berinisiatif untuk mengambil judul penelitian tentang “IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION TERHADAP OPTIMALISASI HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMA 

No comments:

Post a Comment

Mekanisme Kontraksi Otot

  Pada tingkat molekular kontraksi otot adalah serangkaian peristiwa fisiokimia antara filamen aktin dan myosin.Kontraksi otot terjadi per...

Blog Archive