Friday, February 12, 2021

Kegiatan Pengenalan Matematika untuk Anak TK

 


Suyanto (2005: 67), menyatakan bahwa menyebutkan satu, dua, tiga pada mulanya tidak bermakna bagi anak yang belum memahami bilangan. Anak dapat mengucapkannya tetapi ia tidak memahami artinya. Sejak anak mulai bicara, anak bisa mengucapkan satu, dua, tiga, tetapi ia sekedar menirukan orang dewasa dan tidak memahami artinya. Ia tidak tahu bahwa bilangan merupakan simbol dari benyaknya benda. Hal itu dapat kita amati pada saat anak usia 2 tahun menghitung benda.

Piaget (Suyanto, 2005: 68), berpendapat bahwa anak TK berada pada fase perkembangan praoperasional menuju ke konkret. Anak pada fase tersebut belajar terbaik dari benda nyata. Berbagai benda yang ada di sekitar dapat gunakan untuk melatih anak berhitung. Berikut contoh-contoh kegiatan pengenalan matematika untuk anak TK sebagai berikut:

a.       Menghitung dengan jari. Tuhan memberi kita jari sedemikian baiknya sehingga merupakan alat menghitung yang paling mudah dan penting. Lima jari dalam satu tangan merupakan bilangan berbasis lima, dua tangan berbasis 10, suatu basis yang amat penting dalam sistem bilangan.

b.      Bermain domino. Kartu domino berisi lingkaran yang merepresentasikan bilangan dari kosong sampai 12. Kartu tersebut baik untuk melatih anak menghitung dan mengenal pola.

c.       Berhitung sambil bernyanyi dan berolah raga

d.      Menghitung benda-benda. Orangtua dan guru dapat melatih anak menghitung benda apa saja dan di mana saja. Setiap kesempatan dan ada benda nyata latih anak untuk berhitung. Di kelas, guru dapat menggunakan berbagai benda untuk melatih anak berhitung, seperti manik-manik biji, permen, atau benda-benda untuk pemainan.

Dari beberapa pendapat tentang berbagai kegiatan pengenalan matematika untuk anak TK maka dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian yang akan dilakukan pada anak TK Kelompok B sesuai tahapan perkembangan kognitif praoperasional menggunakan manik-manik. Kegiatan pengenalan matematika dengan menggunakan manik-manik yang dipilih dalam penelitian ini adalah menggunakan media manik-manik.

Metode kooperatif

 

 

“Metode pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalm mempelajari materi pelajaran.”[1]

“Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondsi belajar untuk mencapai tujuan belajar.”[2]

“Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori kontruktifis, pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya, siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah.”[3]

Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah memaksimalkan belajar peserta didik untuk meningkatkan prestasi akademik dan pemahaman baik secara idividu maupun kelompok, karena peserta didik bekerja dalam satu team maka dengan sendirinya dapat memperbaiki hubungan diantara para peserta didik dari berbagi latar belakang dan kemampuan.

 

 

Ada beberapa macam model kooperatif diantaranya :

1.        STAD (Student Teams Achievement Division)

2.        Jigsaw

3.        TGT (Teams Games Turnaments)

4.        NHT (Numbered Head Together)

b.        Metode Kooperatif  Tipe STAD (Student Teams Achievment Divison)

Model pembelajaran kooperatif diberikan beberapa jenis pendekatan yang salah satunya Student Teams Achievment Divison (STAD). “Pembelajaran kooperarif tipe STAD merupakan pendekatan yang dikembangkan untuk melibatkan peserta didik dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran.”[4]  

Pada metode STAD peserta didik dalam suatu kelas tertentu dibagi menjadi suatu kelompok dengan 4-5 orang, dan setiap kelompok haruslah heterogen yang terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dan berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang dan anggota team menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya, dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, satu sama lain dan melakukan diskusi. Metode diskusi yang digunakan dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD ini dengan ceramah, tanya jawab, diskusi, dan sebagainya, yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik.

“Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan pembelajaran kooperatif yang sederhana, pembelajaran ini dapat digunakan untuk memberikan pemahaman konsep materi yang sulit kepada peserta didik dimana materi tersebut telah dipersiapkan oleh guru melalui lembar kerja atau perangkat pembelajaran yang lain.”[5]

Ada lima langkah utama di dalam pembelajaran yang menggunakan model STAD, yaitu penyajian kelas, kegiatan belajar kelompok, menguji kriteria individu, penskoran peningkatan individu, dan menguji kinerja kelompok.

Pertama,Tahapan penyajian kelas. Tujuannya adalah menyajikan materi berdasarkan pembelajaran yang telah disusun. Setiap pembelajaran dengan model STAD, selalu dimulai dengan penyajian kelas. Sebelum menyajikan materi, guru dapat memulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran, memberikan motivasi untuk berkooperatif dan sebagainya.

Kedua, Tahapan kegiatan belajar kelompok. Dalam kegiatan belajar kelompok, materi yang digunakan adalah LKS (Lembar Kerja Peserta didik) untuk setiap kelompok.

 Ketiga, Tahapan menguji kinerja individu. Untuk menguji kinerja individu pada umumnya diadakan tes atau kuis. Setiap peserta didik wajib mengerjakan tes atau kuis. Setiap peserta didik berusaha untuk bertanggung jawab secara individual, melakukan yang terbaik sebagai kontribusinya kepada kelompok.

Keempat, Tahapan penskoran peningkatan individu. Tujuan memberikan skor peningkatan individu adalah memberikan kesempatan bagi setiap peserta didik untuk menunjukkan gambaran kinerja pencapaian tujuan dan hasil kerja maksimal yang telah dilakukan setiap individu untuk kelompoknya.

 Kelima, Tahapan mengukur kinerja kelompok. Setelah kegiatan penskoran peningkatan individu selesai, langkah selanjutnya adalah pemberian penghargaan kepada kelompok. Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan skor peningkatan kelompok yang diperoleh.

‘Menurut Widyantini bahwa langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai berikut:’[6]

a.         Guru menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta didik sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai. Guru dapat menggunakan berbagai pilihan dalam menyampaikan materi pembelajaran ini kepada peserta didik. Misal , antara lain dengan metode penemuan terbimbing atau metode ceramah. Langkah ini tidak harus dilakukan dalam satu kali penemuan, tetapi dapat lebih dari satu.

b.        Guru memberikan tes/kuis kepada setiap peserta didik secara individu sehingga akan diperoleh nilai awal kemampuan peserta didik.

c.         Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 anggota, dimana anggota kelompok mempunyai kemampuan akademik yang berbeda-beda (tinggi, sedang, dan rendah). Jika mungkin, anggota kelompok berasal dari budaya atau suku yang berbeda serta memperhatikan keturunan jender.

d.        Guru memberikan tugas kepada kelompok berkaitan dengan materi yang telah diberikan, mendiskusikannya secara bersama-sama, saling membantu antar anggota lain, serta membahas jawaban tugas yang diberikan guru. Tujuan utamanya adalah bahwa setiap kelompok dapat menguasai konsep dan materi. Bahan tugas untuk kelompok dipersiapkan oleh guru agar kompetensi dasar yang diharapkan dapat dicapai.

e.         Guru memberikan tes/kuis kepada setiap peserta didik secara individu.

f.         Guru memfasilitasi peserta didik dalam membuat rangkuman, mengarahkan,dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.

g.        Guru memberikan penghargaan kepada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari nilai awal ke nilai kuis berikutnya.

Berdasarkan teori-teori di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah pendekatan pembelajaran yang dikembangkan untuk melibatkan peserta didik dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dengan cara membagi kelas menjadi beberapa kelompok dengan 4-5 orang dari setiap kelompok haruslah heterogen yang terdiri dua laki-laki dan perempuan, berasal dan berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang dan anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya, dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui tutorial, kuis, satu sama lain dan melakukan diskusi.



[1] Slavin, Model Pembelajarab Kooperatif,(Bandung: Rosda karya, 2002), h.23.

[2]Trianto, Mendesain Model pembelajaran,(Jakarta: Kencan,2009), h.58.

[4]Trianto, Op.Cit.h.60.

 

[5] Isjoni, Strategi Pembelajaran Koopertif(Jakarta: Media Group, 2000),h.18.

Kelebihan dan Kelemahan Strategi Pembelajaran Ekspositori

 


Adapun kelebihan strategi pembelajaran ekspositori menurut Wina Sanjaya (2011: 190) adalah sebagai berikut:

1.    Guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran, ia dapat mengetahui sampai sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan.

2.    Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas.

3.    Siswa dapat mendengar melalui penuturan tentang suatu materi pelajaran, juga sekaligus siswa bisa melihat atau mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi).

4.    Strategi pembelajaran ini bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar.

 

 

Adapun kelemahan strategi pembelajaran ekspositori menurut Wina Sanjaya (2011: 191) adalah sebagai berikut:

1.      Strategi pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik.

2.      Strategi ini tidak dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat, dan bakat, serta perbedaan gaya belajar.

3.      Strategi ini lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka akan sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis.

4.      Keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori sangat tergantung kepada apa yang dimiliki guru.

5.      Gaya komunikasi strategi pembelajaran lebih banyak terjadi satu arah (one-way communication), maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa akan materi pembelajaran akan sangat terbatas pula. Disamping itu, komunikasi satu arah bisa mengakibatkan pengetahuan yang dimiliki siswa akan terbatas pada apa yang diberikan guru.

 


 

Pengertian Strategi Pembelajaran Ekspositori

 


Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Menurut Wina Sanjaya (dalam Istarani, 2012: 174) mengemukakan bahwa “strategi pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan yang berorientasi kepada guru (teacher centered approach). Dikatakan demikian, sebab dalam strategi ini guru memegang peran yang sangat dominan”.

Secara garis besar prosedur strategi pembelajaran ekspositori adalah (a) Preparasi. Guru mempersiapkan (preparasi) bahan selengkapnya secara sistematis dan rapi. (b) Apersepsi. Guru bertanya atau memberikan uraian singkat untuk mengarahkan perhatian anak didik kepada materi yang akan diajarkan. (c) Presentasi. Guru menyajikan bahan dengan cara memberikan ceramah atau menyuruh anak didik membaca bahan yang telah disiapkan dari buku teks tertentu atau yang ditulis guru sendiri. (d) Resitasi. Guru bertanya dan anak didik menjawab sesuai bahan yang dipelajari, atau anak didik disuruh menyatakan kembali dengan kata-kata sendiri (resitasi), tentang pokok-pokok masalh yang telah dipelajari, baik secara lisan maupun tulisan.

Strategi Pembelajaran Aktif

 


Menurut Istarani (2012:1) bahwa “strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran  yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Atau strategi pembelajaran itu adalah prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa”.

Strategi pembelajaran aktif merupakan salah satu strategi pembelajaran yang menginginkan siswa aktif menggunakan seluruh kemampuannya agar materi pelajaran yang disampaikan guru dapat dipahami.Ketika siswa belajar dengan aktif berarti mereka mendominasi aktivitas pembelajaran. Dengan demikian, mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk memecahkan persoalan / mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari ke dalam suatu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata. Dengan belajar aktif, siswa diajak untuk turut serta dalam proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik.

1.Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Peer Lesson

a.Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Peer Lesson

Salah satu strategi pembelajaran aktif yang termasuk dalam bagian pengajaran sesama siswa adalah  strategi pembelajaran aktif tipe peer lesson. Silberman (2009:173) menyatakan bahwa “strategi pembelajaran aktif tipe peer lesson adalah strategi yang mengembangkan peer teaching dalam kelas yang menempatkan seluruh tanggung jawab untuk mengajar para peserta didik sebagai anggota kelas”. Jadi, strategipembelajaran aktif tipe peer lesson adalah kegiatan pembelajaran dimana peserta didik dikelompokkan, dengan demikian mereka dapat berdiskusi untuk menyusun strategi yang terencana dalam menyajikan dan menyampaikan materi kepada temannya.

Strategi pembelajaran aktif tipe peer lesson ini dirancang untuk meningkatkan tanggung jawab siswa secara mandiri dan menuntut saling ketergantungan positif dengan teman sekelompoknya. Dengan strategi pembelajaran aktif tipe peer lesson siswa diajak untuk turut aktif bukan hanya mental namun juga fisik. Dengan demikian guru harus mampu mendorong siswa saling berbagi dan menanamkan rasa tanggung jawab kepada siswa.

b.Langkah – Langkah Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Peer Lesson

Menurut Silberman (2007 : 173)langkah – langkah strategi pembelajaran aktif tipe peer lessonadalah sebagai berikut:

1.    Bagilah kelas ke dalam sub-kelompok. Buatlah sub kelompok sebanyak topik yang diajarkan.

2.    Berikan masing - masing kelompok sejumlah informasi, konsep,atau keahlian untuk mengajar yang lain.

3.    Mintalah setiap kelompok membuat cara presentasi atau mengajarkan topiknya kepada sisa kelas. Sarankan agar menghindari ceramah atau membaca laporan.

4.    Buatlah beberapa saran sebagai berikut : (a) sediakan alat-alat visual. (b) kembangkan demonstrasi singkat. (c) gunakan contoh atau analogi untuk membuat poin mengajar. (d) libatkan peserta didik dalam didkusi.(e) memberikan kesempatan kepada yang lain untuk bertanya.

5.    Berikan waktu yang cukup untuk merencanakan dan mempersiapkan. Kemudian mintalah kepada setiap kelompok mempresentasikan pelajaran mereka. Hargai setiap usaha mereka. 

 

Menurut Hisyam Zaini, Adapun langkah-langkah pelaksanaan strategi

Peer Lessons adalah sebagai berikut:

a. Bagilah siswa menjadi sub-sub kelompok. Buatlah sub-sub kelompok      
      dengan jumlah yang sesuai dengan topic yang akan diajarkan.

b. Tiap kelompok kecil diberi tugas untuk mempelajari satu topic materi,
      kemudian mengajarkannya kepada kelompok lain.

 c. Minta tiap kelompok untuk menyusun cara dalam menyajikan atau
      mengajarkan topik mereka kepada siswa lain. Sarankan kepada mereka
      untuk menghindari cara mengajar sistem ceramah atau semacam
      pembacaan laporan. Doronglah mereka untuk menjadikan pengalaman ,  
      belajar sebagai pengalaman yang aktif bagi siswa.

d. Kemukakan beberapa saran berikut ini :

     1) Sediakan  media visual.

     2) Menyiapkan media pengajaran yang diperlukan

     3) Menggunakan contoh-contoh yang relevan

     4) Melibatkan teman dalam proses pembelajaran, misalnya melalui diskusi,    
          permainan, kuis, studi kasus, dan lain- lain.

     5) Memberi kesempatan kepada yang lain untuk bertanya

e. Beri siswa waktu yang cukup untuk persiapan, baik di dalam maupun di luar
    kelas.

f. Setiap kelompok menyampaikan materi sesuai tugas yang telah diberikan.

 g. Setelah semua kelompok melaksanakan tugas, beri kesimpulan dan
       klarifikasi sekiranya ada yang perlu diluruskan dari pemahaman siswa.

 

 

Adapun langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran strategi pembelajaran aktif tipe peer lesson dalam pembelajaran matematika adalah sebagai berikut:

 

1)   Guru Memotivasi peserta didik dan menyampaikan tujuan pembelajaran.

2)   Guru mengajukan pertanyaan kepeda siswa dan mengingat kembali materi prasyarat.

3)   Guru membagi siswa beberapa kelompok

4)   Guru merumuskan masalah.

5)   Guru menyajikan masalah kepada siswa.

6)   Guru menyuruh siswa untuk mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan materi.

7)   Guru membimbing penyelidikan baik individual maupun kelompok, mengembangkan hasil karya berupa penyelesaian dari permasalahan yang diberikan serta memotivasi pertukaran ide maupun pendapat.

8)   Guru menunjuk salah satu kelompok siswa untuk mempresentasikan jawaban di depan kelas.

9)   Merumuskan kesimpilan.

10)    Guru melakukan evaluasi kepada siswa.

11)    Guru merangkum pembelajaran dan memberikan pekerjaan rumah.

12)    Guru menyampaikan salam penutup dan mengarahkan siswa untuk mempelajari materi berikutnya.

Simbol Bilangan atau Angka

  a. Pengertian Angka Memahami suatu angka dapat membantu manusia untuk melakukan banyak perhitungan mulai dari yang sederhana maupaun y...

Blog Archive