Istilah
yang sering dipakai sebagai perbandingan adalah pedagogi yang berasal dari kata
paid, yang artinya anak, dan agogos, yang berarti memimpin/membimbing, dimana
secara harfiah pedagogi berarti seni dan pengetahuan mengajar anak. Karena pedagogi
berarti seni dan pengetahuan mengajar anak, maka memakai pendekatan pedagogi
untuk orang dewasa tidak tepat, karena mereka bukan lagi anak-anak.
Tingkat
ketergantungan anak-anak kepada orang dewasa masih tinggi dan menurun seiring
dengan bertambahnya usia mereka. Karenanya praktek pedagogi lebih cocok pada
anak-anak, yang berarti bahwa anak-anak dapat diajar untuk memperoleh suatu
pengetahuan dan pengalaman tertentu. Berbeda halnya dengan orang dewasa, mereka
sudah punya self directing, dan tingkat ketergantungan kepada orang lain
berkurang. Orang dewasa lebih cenderung dibimbing, dimotivasi untuk memperoleh
sesuatu yang pada akhirnya mereka sendiri dapat memecahkan masalah yang
dihadapinya.
Pendidikan
orang dewasa berbeda dengan pendidikan anak-anak (paedagogy). Pendidikan
anak-anak akan berlangsung dalam bentuk asimilasi, identifikasi, dan peniruan,
sedangkan pendidikan orang dewasa menitikberatkan pada peningkatan kehidupan
mereka, memberikan keterampilan dan kemampuan untuk memecahkan permasalahan
yang mereka alami dalam hidup mereka dan dalam masyarakat.
Perbedaan
antara konsep andragogi dan pedagogi adalah bahwa konsep andragogi berkaitan
dengan proses pencarian dan penemuan ilmu pengetahuan yang dibutuhkan manusia
untuk hidup, sedangkan konsep pedagogi berkaitan dengan proses mewariskan
kebudayaan yang dimiliki generasi yang lalu kepada generasi sekarang.
Terdapat
4 (empat) konsep untuk membedakan antara orang dewasa dan anak-anak, yaitu:
(1)
konsep diri,
(2)
konsep pengalaman,
(3)
konsep kesiapan belajar, dan
(4)
konsep perspektif waktu atau orientasi belajar.
Perbedaan
Andragogi dan Paedogogik sebagai berikut:
Pertama,
jika dilihat dari sisi siswa atau pelajar;
Dalam
pedagogi, siswa sangat tergantung pada guru. Guru mengasumsikan dirinya bahwa
ia yang bertanggung jawab penuh terhadap apa yang akan diajarkan dan bagaimana
mengajarkannya. Guru yang mengevaluasi hasil belajar. Sementara dalam
andragogi, siswa kerap mandiri , siswalah yang mengarahkan dirinya untuk
belajar apa dan bagaimana. Jadi, siswa yang bertanggung jawab atas belajarnya
sendiri bukan guru, guru hanya sebatas fasilitator. Begitu pula dengan
evaluasi, siswa perlu diberikan peluang yang cukup besar untuk melakukan
evaluasi diri (self-assessment).
Kedua,
dlihat dari sisi peran pengalaman siswa atau pelajar;
Dalam
pedagogi, pengalaman guru yang lebih dominan. Siswa mengikuti aktifitas
belajar, dimana ia sendiri tidak banyak mengalami sesuatu, kecuali sebagai
peserta pasif. Sedangkan dalam andragogi, pelajar mengalami sesuatu secara leluasa.
Pengalaman menjadi sumber utama mengidentifikasi penguasaan dirinya akan
sesuatu. Satu sama lain saling berperan sebagai sumber belajar.
Ketiga,
dilihat dari sisi orientasi terhadap belajar;
Dalam
pedagogi, pembelajaran dianggap sebagai proses perolehan suatu pengetahuan yang
telah ditentukan sebelumnya. Materi belajar telah diurutkan secara sistematis
dan logis sesuai dengan topik-topik mata ajar. Sedangkan dalam andragogi
sebaliknya. Pelajar harus memiliki keinginan untuk menguasai suatu pengetahuan/keterampilan
tertentu, atau pemecahan masalah tertentu yang dapat membuat dirinya sendiri
puas. Pelajaran harus relevan dengan kebutuhan tugas nyata pemelajar itu
sendiri. Mata belajar didasarkan atas situasi pekerjaan atau kebutuhan real
pelajar, bukan berdasarkan topik-topik tertentu yang sudah ditentukan.
Keempat,
dilihat dari sisi motivasi belajar;
Dalam
pedagogi, motivasi datang secara eksternal, artinya disuruh atau diwajibkan
atau dituntut untuk mengikuti suatu pendidikan tertentu. Dalam andragogi,
motivasi lebih bersifat internal, datang dari diri sendiri sebagai wujud dari
aktualisasi diri, penghargaan diri.
Pendidikan
Orang Dewasa
Sejak tahun 1920 pendidikan orang dewasa telah dirumuskan dan diorganisasikan
secara sistematis. Pendidikan dewasa dirumuskan sebagai suatu proses yang
menumbuhkan keinginan untuk bertanya dan belajar secara berkelanjutan sepanjang
hidup. Belajar bagi orang dewasa berhubungan dengan bagaimana mengarahkan diri
sendiri untuk bertanya dan mancari jawabannya.
Pendidikan orang dewasa (andragogy) berbeda dengan pendidikan anak-anak
(paedogogy). Pendidikan anak-anak berlangsung dalam bentuk identifikasi dan
peniruan, sedangkan pendidikan orang dewasa berlangsung dalam bentuk pengarahan
diri sendiri untuk memecahkan masalah.
Ada perbedaan antara anak-anak dan orang dewasa jika ditinjau berdasarkan umur,
ciri psikologis, dan ciri biologis. Ditinjau dari segi umur, seseorang yang
berumur antara 16-18 tahun dapat dikatakan sebagai orang dewasa dan yang kurang
dari 16 tahun dapat dikatakan masih anak-anak. Ditinjau dari ciri-ciri
psikologis, seseorang yang dapat mengarahkan diri sendiri, tidak selalu
tergantung pada orang lain, mau bertanggung jawab, mandiri, berani mengambil
resiko, dan mampu mengambil keputusan, orang tersebut dikatakan telah dikatakan
dewasa secara psikologis. Sedangkan ditinjau dari ciri-ciri biologis, seseorang
yang menunjukan tanda-tanda kelamin sekunder pada laki-laki, antara lain
tumbuhnya jakun pada leher, berubahnya suara menjadi besar dan berat, dan
tumbuhnya bulu-bulupada tubuh seperti kumis, jenggot, cambang, bulu dada. Pada
perempuan antara lain terjadinya menstruasi dan tumbuhnya payudara.
Pendidikan orang dewasa mempunyai beberapa definisi, tergantung pada penekanan
yang dibuat oleh penyusun definisi itu. Sebagai contoh, UNESCO (Townsend
Coles,1977 dalam lanudi, 1982) mendefinisikan pendidikan orang ewasa sebagai
berikut.
Keseluruhan
proses pendidikan yang diorganisasikan apapun isi, tingkatan, metodenya, baik
formal atau tidak, yang melanjutkan maupun menggantikan pendidikan semula
disekolah, akademi dan universitas serta latihan kerja, yang membuat orang yang
dianggap dewasa oleh masyarakat mengembangkan kemampuannya, memperkaya
pengetahuannya, meningkatkan kualifikasi teknis atau profesionalnya, dan
mengakibatkan perubahan pada sikap dan perilakunya dalam perspektif rangkap
perkembangan pribadi secara utuh dan partisipasi dalam pengembangan sosial,
ekonomi, dan budaya yang seimbang dan bebas.
Menurut Bryson, pendidikan orang dewasa adalah semua aktivitas pendidikan yang
dilakukan oleh orang dewasa dalam kehidupan sehari-hari yang hanya menggunakan
sebagian waktu dan tenaganya (bukan seluruh waktu dan tenaga) untuk memperoleh
peningkatan intelektualnya. Sedangkan Reeves, Fansler, dan Houle menyatakan
bahwa pendidikan orang dewasa adalah suatu usaha yang ditujukan untuk
pengembangan diri yang dilakukan oleh individu tanpa paksaan legal, tanpa usaha
menjadikan bidang utama kegiatannya.
Karakteristik
Pendidikan orang dewasa sebagai berikut :
1.
Orang dewasa telah memiliki lebih banyak pengalaman hidup.
2.
Orang dewasa memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar.
3.
Orang dewasa telah memiliki banyak peranan dan tanggung jawab.
4.
Kurang kepercayaan pada kemampuan diri untuk belajar kembali.
5.
Orang dewasa lebih beragam dari para pemuda.
6.
Makna belajar bagi orang dewasa.
Tujuan
POD secara umum terdapat beberapa tujuan :
1.
Pengembang kecerdasan / intelektual warga belajar,
2.
Aktualisasi dari indvidu peserta belajar
3.
Pengembangan personal dan sosial warga belajar
4.
Perubahan sosial (masyarakat)
5.
Pengembangan SDM dalam organisasi kerja ( efektivitas organisasi )
Berbeda
dengan pedagogi, andragogi adalah suatu seni dan ilmu untuk membantu orang
dewasa belajar". Andragogi diterapkan di perguruan tinggi.
Berbeda
dengan pedagogi, gaya belajar dalam andragogi lebih independent (tidak bergantung).
Warga belajarlah yang mengarahkan dirinya untuk belajar apa dan bagaimana.
Jadi, warga belajar yang bertanggung jawab atas belajarnya sendiri bukan guru,
guru hanya sebatas fasilitator. Begitu pula dengan evaluasi, warga belajar
perlu diberikan peluang yang cukup besar untuk melakukan evaluasi
diri (self-assessment).
Misalnya,
saat kuliah sekarang, gaya belajar yang diberikan lebih bebas tergantung apa
yang membuat warga belajar merasa nyaman. Saat perkuliahan, guru juga tidak
hanya menjelaskan/ ceramah, tapi juga diberikan kesempatan untuk menjelaskan.
Dalam andragogi warga belajar juga diharapkan untuk lebih aktif dalam proses
pembelajaran dan bukan hanya sekedar teorits tetapi sudah terpusat pada
kehidupan nyata. Misalnya, dalam beberapa mata kuliah saya dan warga belajar
lainnya juga diberikan tugas untuk observasi langsung ke lapangan.