Dalam
undang-undang Sisdiknas No.2 Tahun 2003
dijelaskan bahwa anak usia dini adalah 0-6 tahun. Pada usia tersebut anak ada
dalam masa peka, yang memiliki kecepatan pertumbuhan otak sangat tinggi hingga
mencapai 50% dari keseluruhan perkembangan otak anak selama hidupnya. Artinya
masa golden age merupakan waktu yang
sangat tepat untuk menggali potensi kecerdasan anak sebanyak-banyaknya (Achdami
dkk, 2006:33).
Pertumbuhan
dan perkembangan anak usia dini perlu diarahkan agar mengalami kemajuan pada
setiap tahapan perkembangannya secara optimal. Dalam setiap tahapan perkembangan
terdapat karakteristik yang ditemukan pada anak-anak sesuai dengan tingkat
usianya, maka dari itu para pendidik ataupun orang-orang disekitar anak dapat
memberikan serangkaian bahan dan kegiatan ataupun pembelajaran yang kongkrit,
menyenangkan, dan dapat mendorong rasa ingin tahu anak. Kegembiraan terhadap
pengalaman-pengalaman melalui kegiatan yang melibatkan seluruh panca indra dan
keinginan menjelajah gagasan baru yang dimiliki anak dapat membangun
pengetahuan dalam diri anak.
Piaget
(Foreman, 1993) dalam Sujiono (2007:5.4) mengungkapkan bahwa pengetahuan
dibangun berdasarkan kemampuannya dalam
memahami perbedaan berdasarkan persamaan yang tampak. Piaget membagi
pengetahuan menjadi tiga jenis yang berdasarkan sumber-sumber pengetahuan,
salah satunya pengetahuan logika matematika yang meliputi kemampuan dalam
membandingkan, mengurutkan, mengelompokan, menghitung, dan berfikir dengan
menggunakan logika.
Menurut
Sujiono (2007) orang dengan kecerdasan logika matematika mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut: (1) memiliki kemampuan untuk memahami angka dan konsep logika
yang sangat bagus, (2) memiliki kemampuan sangat tinggi untuk mengemukakan
sesuatu dengan alasan yang kuat, (3) bisa menjelaskan ide secara konseptual
dengan sangat baik, (4) selalu tertantang menjalani tugas dari awal hingga
akhir, dan (5) membuka diri terhadap upaya untuk menjalani eksperimen tentang
sebuah perubahan.
Selaras
dengan pendapat di atas, Taazkiroatun & Fawzia (2004 : 34-35) mengungkapkan
anak dengan kecerdasan logika-matematika mudah terlibat dengan angka dan senang
berhitung. Anak-anak dengan kecerdasan ini belajar melalui angka dan berfikir
logis, melalui dari mengkatagorikan, mengelompokan, menandai persamaan dan
perbedaan benda-benda di sekelilingnya, mencermati serta menandai ciri-ciri
tentang sesuatu.
Pengembangan
kemampuan logika matematika di taman kanak-kanak dilakukan pada pembelajaran
matematika melalui kemampuan berhitung, permulaan dan pemecahan masalah dalam
kegiatan sederhana yang terjadi dalam kehidupan anak sehari-hari. Misalnya pada
saat anak menyebutkan umur lima tahun dengan mengangkat jari-jari tangannya,
atau ketika mereka harus bergantian dengan anak-anak lainya dengan cara
dihitung sampai 10 kali ayunan sehingga semua anak dapat giliran bermain.