Friday, November 5, 2021

PERAN GURU DALAM ERA 4.0 MENUJU ERA 5.0


 

Guru berperan penting untuk mendidik murid secara akademik maupun non-akademik dalam rangka penyiapan sumber daya manusia di era Revolusi 4.0. Pola pengajaran dengan metode STEAM (Science Technology Engineering Arts Mathematics) memerlukan guru yang terus mengembangkan diri.

Guru memiliki posisi paling strategis. Mengingat pentingnya peran guru, perlu dicarikan strategi atau semacam cara khusus agar guru dapat berfungsi dengan semestinya sesuai dengan era saat ini

Ungkapan guru diibaratkan sebagai sebuah lilin yang rela mengorbankan dirinya dengan membakar diri untuk menerangi yang ada di sekitarnya, atau sebagai sebuah teko yang mengisi cangkir (siswa) tidak relevan lagi untuk saat ini. 

Hal itu disebabkan karena profesi guru secara perlahan tetapi pasti sudah mendapatkan penghargaan dan pengakuan dari pemerintah peningkatan kesejahteraan, pelatihan atau diklat-diklat, bantuan sarana prasarana, dan sebagainya.

Pada abad 21 ini, guru dituntut untuk memiliki semangat belajar yang tinggi dan kemampuan mengajar yang mumpuni. Itu artinya, guru merupakan pilar pendidikan yang sangat vital perannya. Keberhasilan pendidikan sangat tergantung pada peran strategis guru. 

Guru dituntut untuk melahirkan generasi muda yang mampu menghadapi era revolusi industri 4.0, dimana peran manusia mengalami disrupsi dengan banyaknya peran manusia tergantikan dengan mesin-mesin dan kecerdasan buatan.

Untuk itu, guru-guru dituntut untuk memiliki "Karakter Guru Abad 21", yaitu: Pertama, guru harus memiliki semangat belajar. Kemauan ini diperlukan karena pengetahuan, tata nilai, dan kondisi sosial dan psokologis masyarakat yang terus berubah. Kedua, guru harus mampu mengembangkan media pembelajaran yang efektif. 

Hal ini disebabkan karena guru adalah komunikator yang harus mampu menyampaikan sesuatu secara efektif dan efisien kepada orang lain, khususnya kepada para peserta didik. Ketiga, guru dituntut menguasai teknologi pendidikan. Hal ini sangat dipentingkan karena perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi belajar, kini hampir seluruhnya memanfaatkan kemajuan teknologi. Keempat, guru diharapkan memiliki rasa empati yang tinggi. 

Guru tidak hanya sekadar melaksanakan tugas mengajar, tetapi juga harus mampu menjalin hubungan emosional yang bermutu dengan siswa dan warga sekolah lainnya. Kelima, hal terpenting yang harus dimiliki adalah bahwa guru dituntut untuk menjadikan dirinya orang yang layak diteladani oleh para siswa serta semua warga sekolah.

Namun sayangnya, kondisi guru saat ini belum 100% siap mendukung harapan tersebut. Sekolah-sekolah masih banyak dihuni oleh guru-guru yang gagap teknologi dan enggan membelajarkan dirinya untuk mengikuti perkembangan dan kemajuan teknologi komunikasi saat ini. 

Mereka ini termasuk kelompok yang secara perlahan-lahan mulai memasuki purna tugas. Berdasarkan pengalaman penulis berwawancara dengan guru-guru yang sudah dan menjelang purna tugas, jawaban mereka umumnya merasa bahagia. Hal itu disebabkan karena mereka terbebas dari belenggu berbagai tuntutan tugas guru abad 21 yang berbasis IT, yang dianggap membebani mereka.

Era yang dialami saat ini, siapa pun dituntut untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi segala tantangannya. Selain tantangan, era ini pun memberikan peluang bagi siapa pun untuk mendapatkan manfaat terbesar dengan perkembangan teknologi yang telah memasuki revolusi Industri era 4.0. Siapa pun yang mampu beradaptasi dengan situasi saat ini serta mengambil manfaat terbaik yang terus berubah cepat setiap saat, niscaya akan memperoleh kemajuan dalam bidang apapun termasuk dalam pendidikan dan pengajaran atau yang kita kenal bidang pembelajaran.

Di dunia pendidikan revolusi industri 4.0 menuntut perubahan model pembelajaran yang dihadapi, dengan semakin masifnya penggunaan teknologi komputer dan digital yang banyak digunakan, penggunaan robot dan kecerdasan buatan (artificial intigence) telah mengurangi tenaga manusia dalam melakukan pekerjaan tergantikan berbagai teknologi digital yang berkembang saat ini.

Revolusi industri 4.0 memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap berbagai aspek. Pengaruh negatif maupun positif memberikan gambaran bahwa persiapan dalam menghadapi revolusi industri 4.0 yang sudah mulai terjadi haruslah matang dan tepat, karena persiapan yang kurang akan membawa dampak negatif bagi diri sendiri maupun orang-orang di sekitar kita. 

Secara nyata revolusi industri keempat sudah terjadi, semua orang akan merasakan dampak yang ditimbulkan dari fenomena ini, baik yang telah mempersiapkannya maupun yang tidak memiliki kesiapan.

Untuk menghadapi hal ini, pemerintah sesungguhnya sudah mengantisipasi dengan diakomodasinya dalam kurikulum 2013 empat hal yang dirangkum dalam HOTS (Higher Order Thinking Skill) modal yang sangat dibutuhkan untuk bisa masuk abad 21.

 Hal tersebut di antaranya: 1) Kemampuan berpikir kritis (Critical thinking): Melalui proses konseptualisasi, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi; 2) Kreatif dan inovatif: Kemampuan mengembangkan solusi, ide, konsep, teori, prosedur, produk. Inovasi Adalah Bentuk Kreativitas; 3) Kemampuan berkomunikasi (Communication): Kemampuan mengemukakan pikiran atau pandangan dan Hasil lain dalam bentuk lisan, tulisan, Menggunakan Teknologi Komunikasi (IT) dan Kemampuan Mendengar, Kemampuan Memahami Pesan; dan 4) Kemampuan bekerja sama (Collaboration): Kemampuan kerjasama dalam kelompok, baik tatap muka atau melalui komunikasi dunia maya untuk memecahkan masalah, menyelesaikan konflik, membuat keputusan dan negosiasi untuk mencapai tujuan tertentu.

 Dalam pergaulan global yang kini dihadapi juga dituntut dan menguasai serta bergaul dalam revolusi industri 4.0. Kurikulum 2013 yang kita gunakan saat ini pun merangkum Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) didalam pembelajaran. Karakter yang diperkuat terutama 5 karakter, yaitu: Religius, Nasionalis, Mandiri, dan Gotong royong.

Guru revolusioner di era industri 4.0 ini adalah keniscayaan yang tidak dapat ditolak. Peran seorang guru dalam menghantarkan generasi yang kuat dan berkarakter tidak akan tergantikan oleh apapun yang sifatnya material. Pendekatan terbaik yang dilakukan oleh seorang guru adalah pendekatan hati. Pendekatan hati tidak akan terhalang oleh waktu, tempat, materi atau apapun yang sifatnya fana, sentuhan hati akan mudah mengendap dalam jiwa manusia tidak ada yang bisa menggantikannya.

Tahun 2018 ini, guru di Indonesia memasuki usia tahun ke 73, usia yang dikatagorikan usia matang dalam proses perjalanan kehidupan manusia. Berbagai dinamika dan peristiwa telah mengiringi perjalanan guru dari zaman ke zaman juga menjadi saksi sejarah perubahan yang terjadi. Guru dan organisasi guru melalui perannya telah melahirkan orang-orang yang berhasil melewati titian zaman juga memberikan warna tersendiri bagi lingkungan masyarakatnya.

Peran guru yang kita kenal tidak hanya ketika organisasi guru terbentuk, jauh sebelum kemerdekaan Indonesia dikumandangkan torehan sejarah yang tercatat maupun tidak tercatat oleh para pejuang kemerdekaan telah diukir dengan baik sejak sebelum kemerdekaan, mulai dari HOS Cokroamonoto, Ki Hajar Dewantara, H. Agus salim, Sukarno-Hatta, serta banyak pejuang lain. 

Mereka dibentuk karakter perjuangannya dalam melawan penjajahan oleh sentuhan-sentuhan guru yang membimbingnya. Akhirnya, mereka pun membentuk dan melahirkan para pejuang-pejuang baru buah dari pemikiran dan gagasan-gagasan untuk kemajuan masyarakatnya hingga bangsa Indonesia merdeka.

Perjuangan dan pengabdian guru sesungguhnya tidak akan terbalas oleh apapun. Kepintaran, kesuksesan yang diraih seorang anak didik tak akan mampu membalas segala kebaikan yang telah diberikan oleh para guru. Akan tetapi, kebahagiaan seorang guru adalah ketika melihat murid-muridnya berhasil di kemudian hari. Kebahagian ini tidak dapat dibandingkan oleh materi apapun.

Pada era revolusi industri 5.0 saat ini, peranan guru sangatlah penting untuk dapat mendidik, mengajar, membimbing dan guru juga harus melakukan penelitian atau riset serta menjadi guru yang memanfaatkan kemajuan teknologi.

Mendidik berarti guru harus dapat meneruskan serta mengembangkan nilai-nilai kehidupan seperti sikap, kepribadian, dan pola pikir yang dimiliki oleh peserta didik. Mengajar berarti guru harus dapat meneruskan serta mengembangkan ilmu pengetahuan maupun teknologi yang sudah ada untuk di ajarkan kepada peserta didik, guru tidak boleh monoton dan hanya berpaku pada materi ajar yang tersedia. Tugas guru berikutnya yaitu membimbing, guru harus dapat membimbing siswanya agar dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan yang dimilikinya.

Guru juga dituntun untuk melakukan penelitian atau riset agar dapat dikatakan sebagai guru yang profesional, dimana penelitian yang dilakukan harus sesuai dengan bidang yang sedang digeluti serta bertujuan untuk dapat mengembangkan ilmu pengetahuan yang telah ada.

Pada saat ini, arus globalisasi serta evolusi bergerak dengan sangat cepat menuju ke arah teknologi digital. Teknologi digital yang dimaksud berupa teknologi Ai (kecerdasan buatan) serta Internet of Things (IoT). Apabila hal tersebut sudah terealisasikan maka era revolusi industri 5.0 akan terlahir. Ketika era ini terlahir, guru yang tidak dapat memanfaatkan kemajuan teknologi akan tersisihkan dan tergerus oleh zaman.

Untuk menyiasati hal tersebut, guru dituntut untuk melakukan pembelajaran yang aktif dan memanfaatkan semua media serta sumber daya yang ada untuk melakukan proses pengajaran. Untuk itu pembelajaran harus berpusat pada peserta didik, tidak boleh berpusat pada guru. Apabila pembelajaran hanya berpusat pada guru, peserta didik tidak akan dapat mengikuti perkembangan zaman dan hal ini akan berimbas pada sumbar daya manusia (SDM) yang rendah.

 

SDM yang rendah akan mengakibatkan suatu negara tidak akan maju dan berkembang. Maka, untuk mencagah hal itu pemerintah harus ikut berperan dalam mengembangkan SDM yang ada dengan cara ikut mendukung (menyediakan sarana prasarana) dan membuat program yang dapat memajukan proses pembelajaran agar dapat mengikuti perkembangan zaman. Karena pembelajaran menjadi dasar bagi suatu negara untuk maju.

Pada era 5.0, merupakan suatu era dimana era ini berpusat pada manusia yang berbasis pada teknologi. Era ini mulai dengan era 1.0 (berburu), 2.0 (pertanian), 3.0 (industri), dan 4.0 (teknologi informasi).

Dalam setiap era, guru yang memanfaatkan kemajuan teknologi (guru profesional) tidak akan tergerus oleh perkambangan zaman, tetapi untuk menjadi guru yang profesional tidaklah mudah. Dibutuhkan kemauan dan motifasi tinggi serta soft skill dan hard skill yang mumpuni dan guru harus mampu memanfaatkan kemajuan teknologi dalam proses belajar mengajar baik itu di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.

Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan dari proses pembelajaran, proses belajar mengajar tidak hanya dilakukan dilingkungan sekolah saja, tetapi harus dilakukan di luar lingkungan sekolah juga. Pembelajaran di luar lingkungan sekolah dapat dilakukan dengan cara mengunjungi pusat teknologi (perusahaan, pabrik, maupun labolatorium penelitian) maupun musium-musium yang berhubungan dengan budaya dan teknologi.

Untuk menjadi negara yang maju, sistem pembelajaran meniru maupun mencontek tidak boleh dilarang, dimana peserta didik harus diarahkan untuk dapat meniru hasil karya dari orang lain. Tetapi tidak hanya menitu, peserta didik harus diarahkan untuk dapat memodifikasi hasil tiruannya, baik dari segi bentuk maupun teknologi yang digunakan agar menjadi produk atau hasil yang lebih baik dari produk terdahulunya.

Oleh karena itu, agar dapat menjadi negara yang maju serta memiliki sumber daya manusia yang tinggi, proses belajar mengajar harus ditingkatkan serta jangan melakukan pembelajaran dengan hanya berpusat pada guru tetapi jadikan pembelajaran menjadi menyenangkan serta berpusat pada peserta didik. Guru hanya menjadi jembatan bagi peserta didik.

Ketika pembelajaran sudah berpusat pada peserta didik dan terdapat banyak guru yang memanfaatkan kemajuan teknologi, serta pemerintah sudah memfasilitasi sarana prasarana untuk menunjang proses pembelajaran, maka SDM yang dimiliki oleh suatu negara akan meningkat dan menyebabkan negara tersebut dapat maju dan berkembang serta akan dapat bersaing dalam menghadapi arus globalisasi dan evolusi yang semakin cepat setiap harinya.

 




No comments:

Post a Comment

Mekanisme Kontraksi Otot

  Pada tingkat molekular kontraksi otot adalah serangkaian peristiwa fisiokimia antara filamen aktin dan myosin.Kontraksi otot terjadi per...

Blog Archive