Monday, February 7, 2022

Makalah Tentang Demokrasi

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

 

 

Istilah Demokrasi berasal dari kata “demos” yang berarti rakyat dan “kratein” yang berarti memerintah atau “kratos”. Tokoh-tokoh yang mempunyai andil besar dalam memperjuangkan demokrasi, misalnya : John Locke (dari Inggris), Montesquieu (dari Perancis), dan Presiden Amerika Serikat Abraham Lincoln. Menurut John Locke ada dua asas terbentuknya negara. Pertama, pactum unionis yaitu perjanjian antar individu untuk membentuk negara. Kedua, pactum suvjektionis, yaitu perjanjian negara yang dibentuknya. Abraham Lincoln berpendapat bahwa demokrasi adalah sistem pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat (democracy is government of the people, by the people, for the people). Ada dua asas pokok tentang demokrasi, yaitu sebagai berikut :

a. Pengakuan partisipasi rakyat di dalam pemerintahan.

b. Pengakuan hakikat dan martabat manusia HAM

Demokrasi dilaksanakan dengan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut :

a. Keterlibatan warga negara dalam pembuatan keputusan politik.

b. Tingkat persamaan (kesetaraan) tertentu antara warga negara.

c. Tingkat kebebasan atau kemerdekaan tertentu yang diakui dan dipakai oleh para warga negara.

d. Penghormatan terhadap supremasi hukum.

Prinsip demokrasi yang didasarkan pada konsep di atas (rule of law), antara lain sebagai berikut :

a. Tidak adanya kekuasaan yang sewenang-wenang;

b. Kedudukan yang sama dalam hukum;

c. Terjaminnya hak asasi manusia oleh undang-undang

 

 


BAB II

PEMBAHASAN

 

 

 

A.      Makna Budaya Demokrasi

Pertama kali demokrasi diterapkan di Yunani di kota Athena dengan demokrasi langsung, yaitu pemerintahan dimana seluruh rakyat secara bersama-sama diikutsertakan dalam menetapkan garis-garis besar kebijakan pemerintah negara baik dalam pelaksanaan maupun permasalahannya.

Tokoh-tokoh yang mempunyai andil besar dalam memperjuangkan demokrasi, antara lain sebagai berikut :


a. John Locke (Inggris)

John Locke menganjurkan perlu adanya pembagian kekuasaan dalam pemerintahan negara, yaitu sebagai berikut:

1)     Kekuasaan Legislatif yaitu kekuasaan pembuat undang-undang.

2)     Kekuasaan Eksekutif yaitu kekuasaan melaksanakan undang-undang.

3)     Kekuasaan Federatif yaitu kekuasaan untuk menetapkan perang dan damai, membuat perjanjian (aliansi) dengan negara lain, atau membuat kebijaksanaan/perjanjian dengan semua orang atau badan luar negeri.


b. Montesquieu (Prancis)

Kekuasaan negara dalam melaksanakan kedaulatan atas nama seluruh rakyat untuk menjamin, kepentingan rakyat harus terwujud dalam pemisahaan kekuasaan lembaga-lembaga negara, antara lain sebagai berikut:

1)     Kekuasaan Legislatif yaitu kekuasaan pembuat undang-undang.

2)     Kekuasaan Eksekutif yaitu kekuasaan melaksanakan undang-undang.

3)     Kekuasaan Yudikatif yaitu kekuasaan untuk mengawasi pelaksanaan undang-undang oleh badan peradilan.

 

c. Abraham Lincoln (Presiden Amerika Serikat)

Menurut Abraham Lincoln “Democracy is government of the people, by people, by people, and for people”. Maksudnya adalah demokrasi yaitu pemerintahan yang dilakukan berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Menurut Lincoln, rakyatlah yang memiliki kekuasaan untuk menjalankan pemerintahan dalam suatu negara. 


B. Budaya Prinsip Demokrasi

Pada hakikatnya demokrasi adalah Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Kerakyatan adalah kekuasaan tertinggi yang berada di tangan rakyat. Hikmah kebijaksanaan adalah penggunaan akal pikiran atau rasio yang sehat dengan selalu mempertimbangkan persatuan dan kesatuan bangsa.

Permusyawaratan adalah tata cara khas kepribadian Indonesia dalam merumuskan dan memutuskan sesuatu hal berdasarkan kehendak rakyat sehingga mencapai mufakat. Isi pokok-pokok demokrasi Pancasila, antara lain sebagai berikut :

  1. Pelaksanaan demokrasi harus berdasarkan Pancasila sesuai dengan yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat.
  2. Demokrasi harus menghargai hak asasi manusia serta menjamin hak-hak minoritas.
  3. Pelaksanaan kehidupan ketatanegaraan harus berdasarkan berdasarkan atas kelembagaan.
  4. Demokrasi harus bersendikan pada hukum seperti dalam UUD 1945. Indonesia adalah negara hukum (rechstaat) bukan berdasarkan kekuasaan belaka (machstaat).

 

Demokrasi Pancasila juga mengajarkan prinsip-prinsip, antara lain sebagai berikut:

a.      Persamaan

  1. Keseimbangan hak dan kewajiban
  2. Kebebasan yang bertanggung jawab
  3. Musyawarah untuk mufakat.
  4. Mewujudkan rasa keadilan sosial.
  5. Mengutamakan persatuan nasional dan kekeluargaan.
  6. Menjunjung tinggi tujuan dan cita-cita nasional.

Ada 11 prinsip yang diyakini sebagai kunci untuk memahami perkembangan demokrasi, antara lain sebagai berikut :

a. Pemerintahan berdasarkan konstitusi

b. Pemilu yang demokratis

c. Pemerintahan lokal (desentralisasi kekuasaan)

d. Pembuatan UU

e. Sistem peradilan yang independen

f. Kekuasaan lembaga kepresidenan

g. Media yang bebas

h. Kelompok-kelompok kepentingan

i. Hak masyarakat untuk tahu

j. Melindungi hak-hak minoritas

k. Kontrol sipil atas militer

 

C. Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia Sejak Orde Lama, Orde Baru, Dan Orde Reformasi

 

Demokrasi Pancasila adalah kedaulatan rakyat yang dijiwai oleh dan diintegrasikan dengan keseluruhan sila-sila dalam Pancasila. Ciri khas demokrasi Pancasila adalah musyawarah mufakat. Corak khas demokrasi Pancasila dapat dikenali dari sisi formal dan material. Dari sisi formal, demokrasi Pancasila mengandung makna bahwa setiap pengambilan keputusan sedapat mungkin didasarkan pada prinsip musyawarah untuk mufakat. Dari sisi material, demokrasi Pancasila menampakkan sifat kegotongroyongan.

Prinsip-prinsip demokrasi Pancasila, antara lain sebagai berikut :

a. Persamaan bagi seluruh rakyat Indonesia

b. Keseimbangan antara hak dan dan kewajiban.

c. Kebebasan yang bertanggung jawab.

d. Mewujudkan rasa keadilan sosial.

e. Pengambilan keputusan dengan musyawarah mufakat.

f. Mengutamakan keputusan dengan musyawarah mufakat.

g. Menjunjung tinggi tujuan dan cita-cita nasional.

 

a. Masa Orde Lama

Masa Orde Lama berlangsung mulai tanggal 5 Juli 1959 sampai dengan 1 Maret 1966. Berikut ini pelaksanaan demokrasi pada masa Orde Lama. Demokrasi yang diterapkan adalah demokrasi terpimpin.

Ciri umum demokrasi terpimpin, antara lain

a) Adanya rasa gotong royong.

b) Tidak mencari kemenangan atas golongan lain.

c) Selalu mencari sintesa untuk melaksanakan amanat rakyat.

Selama pelaksanaan demokrasi terpimpin kecenderungan semua keputusan hanya ada pada Pemimpin Besar Revolusi Ir. Sukarno. Hal ini mengakibatkan rusaknya tatanan kekuasaan negara, misalnya DPR dapat dibubarkan, Ketua MA, MPRS menjadi Menko, pemimpin partai banyak yang ditangkapi.


b. Masa Orde Baru

Masa Orde Baru berlangsung mulai dari 11 Maret 1966 sampai dengan 21 Mei 1998. Berikut ini pelaksanaan demokrasi masa Orde Baru.

1)       Demokrasi yang berkembang adalah demokrasi Pancasila sesuai dengan Pembukaan UUD   1945 Alinea keempat.

2)       Ciri umum demokrasi Pancasila, antara lain sebagai berikut:

a)     Mengutamakan musyawarah untuk mufakat.

b)     Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.

c)     Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain

d)     Selalu diliputi semangat kekeluargaan.

e)     Adanya rasa tanggung jawab dalam menghasilkan musyawarah.

f)       Dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.

g)      Hasil keputusan harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan.

 

c. Masa Reformasi

Berlangsung mulai dari Mei 1998 sampai dengan sekarang. Ciri-ciri umum demokrasi Pancasila masa Reformasi, seperti yang tercantum pada demokrasi Pancasila. Selain itu juga lebih ditekankan pada :

  • Penegakkan kedaulatan rakyat dengan memberdayakan pengawasan sebagai lembaga  negara, lembaga politik, dan kemasyarakatan.
  • Pembagian secara tegas wewenang antara badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif.
  • Penghormatan kepada keberadaan asas, ciri aspirasi, dan program parpol yang multipartai.

Pelaksanaan demokrasi di Indonesia selama kurun waktu 60 tahun terakhir telah banyak mengalami perubahan yang mencakup berbagai hal, yaitu sebagai berikut :

  1. Periode 1945-1949 dengan UUD 1945 seharusnya berlaku demokrasi Pancasila namun dalam penerapan berlaku demokrasi liberal
  2. Periode 1949-1950 dengan konstitusi RIS berlaku demokrasi liberal.
  3. Periode 1950-1959 dengan UUDS 1950 berlaku demokrasi liberal dengan multipartai.
  4. Periode 1959-1965 dengan UUD 1945 seharus berlaku demokrasi Pancasila, namun yang diterapkan demokrasi terpimpin (cenderung otoriter).
  5. Periode 1966-1998 dengan UUD 1945 berlaku demokrasi Pancasila (cenderung otoriter).
  6. Periode 1998 sampai sekarang dengan UUD 1945 berlaku demokrasi Pancasila (cenderung ada perubahan menuju demokratisasi).

 

Pelaksanaan Pemilu pada Masa Orde Lama, Orde Baru, dan Orde Reformasi.

Sejak Indonesia merdeka telah melaksanakan pemilu sebanyak sembilan kali.

a. Tujuan Pemilu

1)     Melaksanakan kedaulatan rakyat.

2)     Sebagai perwujudan hak asasi politik rakyat.

3)     Untuk memilih wakil-wakil rakyat yang duduk di DPR.

4)     Melaksanakan pergantian personil pemerintahan secara damai, aman, dan tertib (secara konstitusional).

5)     Menjamin kesinambungan pembangunan nasional.


b. Asas Pemilu Indonesia

Sesuai dengan Pasal 22 E Ayat 1 UUD 1945 yang berbunyi “Pemilu dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil”.


c. Pelaksanaan Pemilu di Indonesia.

  1. Pemilihan Umum Pertama dilaksanakan tanggal 29 September 1955 untuk memilih anggota parlemen (DPR), tanggal 15 Desember 1955 untuk memilih anggota Dewan Konstituante. Diikuti 28 partai politik.
  2. Pemilihan Umum Kedua dilaksanakan pada tanggal 3 Juli 1971 yang diikuti sebanyak 10 partai politik.
  3. Pemilihan Umum Ketiga dilaksanakan pada tanggal 4 Mei 1977 yang diikuti oleh dua Parpol dan satu Golkar. Hal ini dikarenakan terjadi fusi parpol dari 10 parpol peserta pemilu 1971 disederhanakan menjadi 3 dengan ketentuan sebagai berikut.

a)       Partai yang berhaluan spiritual material fusi menjadi PPP (Partai Persatuan Pembangunan)

b)       Partai yang berhaluan material-spriritual fusi menjadi PDI (Partai Demokrasi Indonesia)

c)       Dan partai yang bukan keduanya menjadi Golkar (Golongan Karya).

 

  1. Pemilihan Umum Keempat dilaksanakan pada tanggal 2 Mei 1982.
  2. Pemilihan Umum Kelima dilaksanakan pada tanggal 23 April 1987.
  3. Pemilihan Umum Keenam dilaksanakan pada tanggal 6 Juni 1992, peserta pemilu masih dua parpol (PPP dan PDI) serta satu Golongan Karya.
  4. Pemilihan Umum Ketujuh dilaksanakan pada tanggal 29 Mei 1997. Peserta pemilu adalah PPP, Golkar, dan PDI. Jumlah anggota DPR 500 orang dan anggota MPR 1.000 orang dengan rincian sebagai berikut.

a)   Unsur ABRI 75 orang

b)   Utusan Daerah 149 orang

c)   Imbangan susunan : anggota MPR 251 orang utusan golongan 100 orang Jumlah 1.000 orang

  1. Pemilihan Umum Kedelapan (Era Reformasi) dilaksanakan pada tanggal 7 Juni 1999 yang diikuti sebanyak 48 partai politik. Pada pemilu ini telah terpilih jumlah anggota DPR sebanyak 500 orang dan jumlah anggota MPR sebanyak 700 orang dengan rincian DPR dipilih 462 orang, DPR unsur TNI/Polri 38 orang, utusan daerah 135 orang, dan utusan golongan 65 orang.
  2. Pemilihan Umum Kesembilan dilaksanakan tanggal 5 April 2004 yang diikuti 24 partai politik. Ini telah terjadi penyempurnaan pemilu, yakni pemilu dilaksanakan untuk memilih anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota serta memilih presiden dan wakil presiden.


D. Perilaku Budaya Demokrasi Dalam Kehidupan Sehari-hari

Dalam rangka mengoptimalkan perilaku budaya demokrasi maka sebagai generasi penerus yang akan mempertahankan negara demokrasi, perlu mendemonstrasikan bagaimana peran serta kita dalam pelaksanaan pesta demokrasi. Prinsip-prinsip yang patut kita demonstrasikan dalam kehidupan berdemokrasi, antara lain sebagai berikut :

a.       Membiasakan untuk berbuat sesuai dengan aturan main atau hukum yang berlaku.

b.       Membiasakan bertindak secara demokratis bukan otokrasi atau tirani.

c.       Membiasakan untuk menyelesaikan persoalan dengan musyawarah.

d.       Membiasakan mengadakan perubahan secara damai tidak dengan kekerasan atau anarkis.

e.       Membiasakan untuk memilih pemimpin melalui cara-cara yang demokratis.

f.        Selalu menggunakan akal sehat dan hati nurani luhur dalam musyawarah.

g.       Selalu mempertanggungjawabkan hasil keputusan musyawarah baik kepada Tuhan, masyarakat, bangsa, dan negara.

h.       Menggunakan kebebasan dengan penuh tanggung jawab.

i.        Membiasakan memberikan kritik yang bersifat membangun.


Perilaku Budaya Demokrasi dalam Lingkungan Keluarga

a. Lingkungan Keluarga

1)     Membiasakan diri untuk menempatkan anggota keluarga sesuai dengan kedudukannya.

2)     Membiasakan mengatasi dan memecahkan masalah dengan jalan musyawarah mufakat.

3)     Saling menghargai perbedaan pendapat masing-masing anggota keluarga.

4)     Mendahulukan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi.

 

b. Lingkungan Sekolah

1)     Berusaha selalu berkomunikasi individual.

2)     Ikut serta dalam kegiatan politik di sekolah seperti pemilihan ketua OSIS, ketua kelas, maupun kegiatan yang lain yang relevan.

3)     Berani mengajukan petisi (saran/usul).

4)     Berani menulis artikel, pendapat, opini di majalah dinding.

5)     Selalu mengikuti jenis pertemuan yang diselenggarakan OSIS.

6)     Berani mengadakan kegiatan yang merupakan realisasi dari program OSIS dan sebagainya.

 

 

c. Lingkungan masyarakat

1)     Bersama-sama menjaga kedamaian masyarakat.

2)     Berusaha mengatasi masalah yang timbul dengan pemikiran yang jernih.

3)     Mengikuti kegiatan rembug desa.

4)     Mengikuti kegiatan kerja bakti.

5)     Bersama-sama memberikan usulan demi kemajuan masyarakat.

Ada beberapa contoh perilaku yang dapat mendukung tegaknya prinsip-prinsip demokrasi, antara lain sebagai berikut :

  1. Menghindarkan perbuatan otoriter.
  2. Melaksanakan amanat rakyat.
  3. Melaksanakan hak tanpa merugikan orang lain.
  4. Mengembangkan toleransi antarumat beragama.
  5. Menghormati pendapat orang lain.
  6. Senang ikut serta dalam kegiatan organisasi misalnya OSIS, Pramuka, PMR dan sebagainya.
  7. Menentukan pemimpin dengan jalan damai melalui pemilihan.
  8. Menerima perbedaan pendapat.

 

 

 

 

 

 

 

 


BAB III

KESIMPULAN

 

 

 

Reformasi politik yang dimulai pada tahun 1998 telah berjalan lebih dari sepuluh tahun. Selama kurun waktu tersebut berbagai perubahan mendasar dalam rangka membangun kembali sistem politik demokratis yang kokoh dan berkesinambungan telah dilakukan oleh para pekerja demokrasi dan diteruskan oleh para pemangku kepentingan politik dari berbagai spektrum. Para pekerja demokrasi telah berhasil mengakhiri kekuasaan rezim otoriter Orba yang telah bercokol dalam perpolitikan nasional selama tiga dasawarsa, dan mendorong terjadinya serangkaian perubahan fundamental dalam sistem politik dan pemerintahan yang menjadi prasyarat bagi proses panjang demokratisasi di masa datang.

Yang paling utama adalah dilakukannya empat kali amandemen atas UUD 1945, khususnya pasal-pasal yang dianggap tidak lagi relevan dengan zeitgeist serta dinamika perubahan politik yang terjadi dalam masyarakat. Perubahan mendasar itulah yang kemudian menjadi landasan utama bagi proses pemulihan dan penegakan demokrasi yang pada gilirannya akan dapat menjadi wahana bagi pemenuhan cita-cita Proklamasi dan tujuan pembentukan negara RI sebagaimana termaktub dalam Pembukaan UUD 1945.


DAFTAR PUSTAKA

 

 

 

Budiardjo,M. (1983). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia

Sanit, A. (1982). Sistem Politik Indonesia, Kestabilan Peta Kekuatan Politik dan Pembangunan. Jakarta: CV. Rajawali

No comments:

Post a Comment

Simbol Bilangan atau Angka

  a. Pengertian Angka Memahami suatu angka dapat membantu manusia untuk melakukan banyak perhitungan mulai dari yang sederhana maupaun y...

Blog Archive