Saturday, August 12, 2017

Makalah Perkembangan Pada Anak Usia Dini

BAB I
PENDAHULUAN


A.   Latar Belakang
Anak usia dini merupakan pribadi yang unik, yang berbeda dengan orang dewasa. Anak usia dini mempunyai karakteristik tersendiri, yang terkadang membuat orang dewasa di sekitarnya menjadi terkaget-kaget bila melihat dan mendengarkan perilaku maupun percakapan mereka dengan teman sebayanya.
Berbicara mengenai perkembangan perilaku sosial pada anak usia dini (3 – 4 tahun), banyak hal yang menarik di dalamnya. Anak usia 3-4 tahun yang dalam hal ini masih berada di rentang usia kelompok Bermain,  mempunyai karakteristik tersendiri dalam perkembangannya. Khususnya dalam perkembangan perilaku sosial, anak perlu dibiasakan dan diajarkan bagaimana cara mereka  berinteraksi dalam lingkungan sosial di lingkungannya.
Pembelajaran perkembangan perilaku sosial yang biasa dilakukan dalam lingkungan keluarga, sangat penting agar kelak anak – anak menjadi pribadi yang santun, mempunyai rasa empati, simpati, tenggang rasa, saling menghormati, dan mempunyai sifat sosial yang baik. Dengan mempunyai bekal dengan pembiasaan berinteraksi sosial dan berperilaku yang baik, maka insya Allah, kelak anak-anak kita akan menjadi generasi penerus bangsa yang mempunyai kecerdasan sosial dan kecerdasan interpersonal yang akan mengharumkan bangsa dan negaranya.
Dewasa ini kita juga pernah dikejutkan dengan hal-hal yang negatif yang dilakukan oleh beberapa anak yang masih berada dalam rentang usia 4 tahun. Sebagai contoh: seorang anak dari daerah Jawa  yang suka merokok. Hal itu ia lakukan, karena interaksi sosial di lingkungan rumahnya mendukung ia untuk melakukan hal tersebut. Tidak ada larangan, ia terkesan dibiarkan, sehingga suatu ketika ia dilarang, maka anak itu akan mengamuk dan berbicara agak kasar. Hal itu terjadi karena pola kebiasaan dan lingkungan sosial yang membentuknya. Anak tidak bisa disalahkan, yang salah adalah orang tua dan proses pembentukan dari lingkungan keluarga yang kurang baik.
Contoh yang lainnya lagi adalah  anak-anak  yang masih usia dini yang baru berusia 3 – 4 tahun banyak berada di jalanan untuk mencari nafkah dengan cara mengamen, menjadi peminta-minta, pemungut sampah, pencuri, dan bahkan ada yang menjadi  korban kejahatan seksual. Ada yang memang karena  keadaan terpaksa karena garis kemiskinan, ada pula yang memang sengaja dieksploitasi oleh para orang tua mereka sebagai  ladang mencari uang. Hal itu bila dibiarkan, maka akan menjadikan mereka menjadi anak – anak yang berperilaku tidak sosial. Banyak pengaruh negativisme, karena lingkungan membentuk mereka untuk melakukan hal-hal yang negatif; mencuri, memaksa, mencopet,  dsb.
Anak-anak  jalanan juga sering berperilaku agresif dengan memaki-maki orang yang tidak mau memberinya uang saat meminta-minta maupun pada saat mengamen. Hal tersebut, akan menjadikan orang-orang di sekitarnya menjadi merasa tidak nyaman, terganggu, dan berbagai ketidaknyamanan sosial lainnya.

B.  Identifikasi dan Rumusan Masalah
Melihat permasalahan yang terjadi dewasa ini mengenai perkembangan perilaku anak usia dini yang sedikit mengkhawatirkan dengan berbagai problemanya, maka hendaknya para orang tua dapat memberikan suri tauladan kepada putra-putrinya. Karena anak melihat orang tua sebagai model mereka untuk berperilaku, hendaknya orang tua dapat menjaga perilaku dengan baik pula. Anak juga perlu diajari bagaimana bersikap dan berinteraksi dengan baik, bagaimana bersikap bila bertemu orang lain, bagaimana bermain dengan teman, mau berbagi dengan orang lain.
Berdasarkan hal tersebut maka pada makalah ini dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.      Apa teori perkembangan pada anak usia dini?
2.      Apa hakekat perilaku anak usia dini?
3.      Bagaimana pengertian dan cakupan kemampuan dasar anak usia dini ?
4.      Bagaimana urgensi pengembangan kemampuan dasar anak usia dini ?
5.      Bagaimana teori perkembangan sosial pada anak usia dini ?


6.       
BAB II
PEMBAHASAN


A.     Teori Perkembangan
Menurut Santrock (1998) dalam Hildayani (2007:1.3) dikatakan bahwa perkembangan merupakan pola perubahan yang dimulai pada saat konsepsi dan berlanjut di sepanjang rentang kehidupannya.  Menurut para pakar perkembangan (Papalia, dkk, 2008), ada dua jenis proses perubahan perkembangan, yaitu perkembangan kuantitatif dan kualitatif. Perubahan kuantitatif adalah perubahan dalam angka atau jumlah, seperti tinggi, berat kosa kata, perilaku agresif atau frekuensi komunikasi.
Sedangkan perubahan kualitatif yaitu perubahan yang berkaitan dengan jenis, struktur, atau organisasi. Namun, menurut Gessel dkk dalam Hurlock (1991:5) kemajuan perkembangan anak terjadi secara bertahap dan beberapa tahapan ini ditandai juga oleh keseimbangan ketika anak menjadi pusat perhatian, yang oleh karena itu dapat diatur. Lalu tahapan yang lainnya adalah ditandai oleh ketidakseimbangan ketika anak tidak menjadi pusat perhatian yang membuat anak sulit untuk diatur.
Jadi, perkembangan bila disimpulkan dari beberapa pemahaman di atas adalah perubahan manusia yang mengalami perkembangan secara alami, dapat pula dipengaruhi oleh faktor latihan dan lingkungan yang membentuknya. Adapun tokoh-tokoh teori perkembangan seperti yang dikemukakan oleh Crain (2007):  teori Preformasionisme abad pertengahan dengan tokohnya Aries (1960) yang menyatakan bahwa anak-anak merupakan miniatur orang dewasa, John Locke memberikan penolakan dengan teori environmentalismenya yang menyatakan bahwa anak-anak tidak dilahirkan sebagai manusia dewasa, melainkan menjadi dewasa lantaran pengasuhan dan pendidikan yang anak terima.
Rousseau dengan teori Naturalismenya yang menyatakan bahwa anak-anak bukanlah wadah kosong yang bisa diisi begitu saja oleh orang dewasa, namun anak mempunyai perasaan dan pemikiran sendiri yang berbeda dengan cara pandang orang dewasa. Rousseau tidak percaya dengan kekuatan lingkungan. Ia lebih percaya kepada alam yang akan menuntun seorang anak menuju pertumbuhannya. Teori etologis dari Darwin, Lorenz, dan Bowlby, teori Montessori dengan masa pekanya. teori komparatif dan organismik dari Werner, Teori kognitif Piaget, teori perkembangan moral Kohlberg, teori pembelajaran Bandura, Pavlov, Watson dan Skinner, teori sosial kognitif Vygotsky, teori psikoanalitik Freud, teori pentahapan Erikson, dan masih banyak lagi para tokoh teori perkembangan dunia.
Perkembangan merupakan suatu proses yang bersifat kumulatif, artinya perkembangan terdahulu akan menjadi dasar bagi perkembangan selanjutnya. Oleh sebab itu, apabila terjadi hambatan pada perkembangan terdahulu maka perkembangan selanjutnya cenderung akan mendapat hambatan (Jamaris dalam Sujiono, 2009:54).
Anak usia dini berada dalam masa keemasan di sepanjang rentang usia perkembangan manusia. Montessori dalam Hainstock (1999:10-11) mengatakan bahwa masa ini merupakan periode sensitif, selama masa inilah anak secara khusus mudah menerima stimulus-stimulus dari lingkungannya. Pada masa ini anak siap melakukan berbagai kegiatan dalam rangka memahami dan menguasai lingkungannya.
Selanjutnya Montessori menyatakan bahwa usia keemasan merupakan masa di mana anak mulai peka untuk menerima berbagai stimulasi dan berbagai upaya pendidikan dari lingkungannya baik disengaja maupun tidak disengaja. Pada masa inilah terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis sehingga anak siap merespons dan mewujudkan semua tugas-tugas perkembangan yang diharapkan muncul pada pola perilakunya sehari-hari (Hainstock dalam Sujiono, 2009:54).  
Awal masa kanak-kanak merupakan periode yang bahagia dalam kehidupan. Kalau tidak, kebiasaan tidak bahagia dengan mudah akan berkembang, dan sekali ini terjadi akan sulit dirubah. Berikut merupakan tugas-tugas perkembangan untuk anak usia dini (Hurlock, 1991: 140).
a.    Awal masa kanak-kanak yang berlangsung dari dua sampai enam tahun, oleh  orang tua disebut sebagai usia yang problematis, menyulitkan atau mainan; oleh para pendidik dinamakan sebagai usia prasekolah; dan oleh ahli psikologi sebagai usia prakelompok, penjelajah atau usia bertanya.
b.    Perkembangan fisik berjalan lambat tetapi kebiasaan fisiologis yang dasarnya diletakkan pada masa bayi, menjadi cukup baik.
c.    Awal masa kanak-kanak dianggap sebagai saat belajar untuk mencapai pelbagai keterampilan karena anak senang mengulang, hal mana penting untuk belajar keterampilan; anak pemberani dan senang mencoba hal-hal baru; dan karena hanya memiliki beberapa keterampilan maka tidak mengganggu usaha penambahan keterampilan baru.
d.   Perkembangan berbicara berlangsung cepat, seperti terlihat dalam perkembanganya pengertian dan berbagai keterampilan berbicara. Ini mempunyai dampak yang kuat terhadap jumlah bicara dan isi pembicaraan.
e.    Perkembangan emosi mengikuti pola yang dapat diramalkan, tetapi terdapat keanekaragaman dalam pola ini karena tingkat kecerdasan, besarnya keluarga, pendidikan anak dan kondisi-kondisi lain.

B. Hakikat Perilaku Anak Usia Dini
1. Definisi Perilaku
Perilaku adalah cerminan kepribadian seseorang yang tampak dalam perbuatan dan interaksi terhadap orang lain dalam lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, masa usia dini adalah masa yang peka untuk menerima pengaruh dari lingkungan.
Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan, baik disadari maupun  tidak. Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi. Sering tidak disadari bahwa interaksi tersebut amat kompleks sehingga kadang-kadang kita tidak sempat memikirkan penyebab seseorang menerapkan perilaku tertentu. Oleh karena itu amat penting untuk dapat menelaah alasan dibalik perilaku individu, sebelum ia mampu mengubah perilaku tersebut.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara aktivitas otak dengan perilaku dan dengan pengalaman.  Hal ini dibuktikan dengan timbulnya berbagai reaksi tertentu, misalnya rasa senang atau sakit, ketika ada rangsangan, dan reaksi ini diprogram pada daerah tertentu yang berada dalam otak.
Perilaku manusia ada yang dapat diamati secara langsung maupun tidak. Tersenyum, menangis, makan, berjalan, dan berbicara, merupakan perilaku instrumental yang dapat diamati. Sebagian besar perilaku ini dilakukan berdasarkan pada kesadaran. Terjadinya perilaku tertentu manusia dipengaruhi oleh proses mental, yang berupa berbagai cara untuk mentranformasikan masukan inderawi, membubuhi kode-kode pada masukan tersebut dan menyimpan kode-kode ini ke dalam ingatan serta mengambil kembali untuk digunakan ketika diperlukan. Dengan demikian, terjadi persepsi, pembentukan image, pemecahan masalah, ingatan dan berpikir.
Seseorang bebas untuk memilih dan menentukan tindakannya sendiri, karena itulah setiap orang bertanggung jawab atas tindakannya sendiri, terutama dalam kebebasan berkehendak dan dorongan untuk aktualisasi diri. Individu adalah pemeran yang mampu melakukan kontrol atas dirinya sendiri dan lingkungan di sekelilingnya. Dengan demikian, dorongan utama timbulnya perilaku individu adalah kecenderungan untuk tumbuh dan mengaktualisasikan dirinya.
2. Cakupan Perilaku Anak Usia Dini
Aspek-aspek pengembangan yang membantu mengembangkan perilaku anak adalah:
a. Moral
1). Definisi moral
- Moral berasal dari bahasa latin yaitu mores yang artinya tata cara kebiasaan, adat.
- Perilaku moral adalah perilaku sesuai dengan standar moral dari kelompok tertentu.
2). Konsep moral
- Terbentuk dari perilaku yang menjadi kebiasaan
- Konsep moral menentukan perilaku
3). Moralitas dalam arti yang sesungguhnya
- Lebih mementingkan pada kepentingan
- Perilaku yang sesuai dengan standar nasional
4). Tahapan perkembangan moral
- Menurut Piaget
a. Tahapan realisme moral
b. Tahap moralitas ekonomi
- Menurut Kohiberg
a. Moralitas pra konvensional
b. Moralitas konvensional
c. Moralitas pasca konvensional
5). Fase perkembangan moral
- Perkembangan moral dipelajari dengan:
a. Coba & ralat
b. Pendidikan langsung
c. identifikasi
6). Tahap perkembangan agama pada anak
- Tahap ini terbagi menjadi 3 yaitu;
a. The fairy tale stage (tingkat dongeng)
b. The realistic stage (tingkat kenyataan)
c. The individual stage (tingkat individu)
7). Faktor yang mempengaruhi sikap beragama
- Faktor yang mempengaruhi sikap beragama ada 2 faktor yaitu:
a. Faktor internal (Faktor jasmaniah, Faktor psikologis)
b. Faktor eksternal (Faktor sosial, Faktor budaya)
8). Bentuk dan sifat agama pada anak
- Bentuk dan sifat agama ada lima bagian yaitu:
a. Unreflective
b. Egosentris
c. Anthromortis
d. Verbalis dan ritualis
e. imitatif
9). Perkembangan sosial merupakan suatu proses pemerolehan kemampuan untuk perilaku yang sesuai dengan keinginan diri seseorang.
10). Emosi  sesuatu  yang  mendorong terhadap  sesuatu/dengan  perkataan  emosi sebagai suatu keadaan penyesuaian diri.

3. Pemodelan Perilaku
Pemodelan atau meniru model sering disebut sebagai imitasi. Pada masa kanak-kanak, meniru meniru memegang peranan penting selama masa perkembangan. Ada dua teori meniru, yaitu pembawaan dan pengalaman. Akan tetapi, berdasarkan pada beberapa penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa meniru lebih cenderung berasal dari pembawaan, meskipun  pengalaman dapat mengambil peranan dalam terpeliharanya pembawaan meniru.
Menurut Bandura, terdapat empat tahap dalam proses peniruan tersebut, yaitu:
1). Tahap pemilikan (acquisition). Dalam tahap ini subyek mengamati, dan perilaku yang diamati menambah perbendaharaan perilaku. Makin jelas dan makin intensif  pengamatan, pemilikan perilaku semakin cepat. Akan tetapi, meskipun pengamatan tidak intensif,  namun kejadian timbul berulang-ulang, dapat memperkenalkan perilaku yang ditiru. Pengamatan akan lebih efisien apabila tidak ada hal lain yang mengalihkan perhatian dan dalam situasi sosial tertentu, individu belajar jauh lebih cepat hanya dengan mengamati tingkah laku orang lain.  Jika perilaku baru dicapai hanya melalui pengamatan, maka proses semacam ini dapat dikatakan bersifat kognitif. Pengamatan juga mengajarkan kepada anak sejumlah konsekuensi yang memungkinkan dari sebuah tingkah laku baru ketika seseorang mempraktekkan.
2).  Tahap pengelolaan ingatan (retention). Pada tahap ini, peniru mengelola informasi yang didapatkan, sehingga bagi calon peniru yang cukup cerdas, perhatian akan lebih sepenuhnya bila perilaku yang diamati dibicarakan, diartikan, diberi nama atau label.
3).  Tahap pelaksanaan (performance). Pada tahap ini peniru akan melakukan perilaku yang telah dipelajari dari teladan atau model. Peniruan ini dapat hanya berbentuk representasi, artinya tidak sungguh-sungguh, maupun berbentuk latihan-latihan. Makin banyak tuntutan kehidupan untuk benar-benar melakukan  perilaku meniru yang telah disimpan dalam ingatan, makin sering peniru melakukannya. Sebaliknya, apabila perilaku yang ditiru ini tidak dapat dilaksanakan (mungkin karena sukar, tidak adanya kesempatan, atau tidak adanya fasilitas), perilaku itu tidak terpakai.
4).  Tahap pengukuhan (reinforcement). Perilaku yang ditiru ini membawa akibat. Bila akibat ini positif bagi peniru, maka perilaku ini akan ditiru lagi. Pengukuhan sendiri dapat bersifat positif maupun negatif. Pengukuhan yang bersifat positif biasanya berbentuk hadiah atau penghargaan, sedangkan penguatan negatif bersifat hukuman, yang berfungsi terutama untuk mengendalikan atau menghilangkan perilaku yang dianggap negatif atau tidak sesuai. Penggunaan jenis-jenis pengukuhan ini tergantung pada budaya setempat, karena perilaku yang dianggap positif atau negatif cenderung berbeda antara satu budaya dan budaya yang lainnya.
Individu yang biasanya dijadikan model adalah individu yang dianggap memiliki ”kelebihan” tertentu, misalnya berpengalaman, memiliki sesuatu yang dikagumi, dianggap menjadi figur sosial, dan sebagainya. Pada anak, tidak jarang segala macam perilaku orang dewasa ditiru begitu saja. Dalam lembaga pendidikan anak usia dini, orang dewasa yang menjadi model utama biasanya adalah pendidik, karena dekat, sering bertemu dan berinteraksi dengan anak. Di samping itu, pendidik merupakan model nyata yang tidak terlalu rumit untuk dicontoh oleh anak.

C. Pengertian dan Cakupan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini
1. Kemampuan Dasar Anak Usia Dini
          Menurut Piaget anak usia dini mengalami perkembangan kognitif dalam empat tahap yaitu : (1) tahap sensorimotorik (lahir – 2 tahun), (2) tahap praoperasional (2-7 tahun), (3) tahap operasional konkrit (7-11 tahun), dan (4) tahap operasional formal (11-16 tahun). Semua anak akan melalui keempat tahapan tersebut dengan urutan yang sama. Hal ini terjadi karena masing-masing tahapan berasal dari pencapaian tahap sebelumnya (Wahyudin dan Agustin, 2010:2).
          Anak dipahami secara utuh sebagai pribadi yang berinteraksi dengan lingkungannya. Anak tumbuh kembang melalui partisipasi aktif dalam lingkungan sosio-kultural. Tumbuh kembang secara kualitatif sungguh terjadi secara historis atau melintasi waktu, bertahap berkelanjutan dalam interaksi yang terus-menerus dengan situasi sosial yang juga terus berubah (Nusa Putra dan Dwilestari, 2012:103).
          Menurut Coughlin (dalam Sujiono dan Sujiono, 2010:24) ciri-ciri umum anak dalam rentang usia 3-6 tahun, diantaranya:
1)   Anak-anak pada usia tersebut menunjukkan perilaku yang bersemangat, menawan, dan sekaligus tampak kasar pada saat-saat tertentu.
2)   Anak mulai berusaha untuk memahami dunia di sekeliling mereka walaupun mereka masih sulit untuk membedakan antara khayalan dan kenyataan.
3)   Pada suatu situasi tertentu anak tampak sangat menawan dan dapat bekerja sama dengan teman dan orang lain tetapi pada saat yang lain mereka menjadi anak yang pengatur dan penuntut.
4)   Anak mampu mengembangkan kemampuan berbahasa dengan cepat, mereka seringkali terlihat berbicara sendiri dengan suara keras ketika mereka memecahkan masalah atau menyelesaikan suatu kegiatan, serta
5)   Secara fisik, anak memiliki tenaga yang besar tetapi rentang konsentrasinya pendek sehingga cenderung berpindah dari satu kegiatan ke kegiatan lain.
           Anak yang berada pada usia 3-4 tahun apabila ditinjau dari klasifikasi usianya maka termasuk kategori anak yang berada pada masa usia dini. Anak yang tidak mendapatkan lingkungan yang merangsang pertumbuhan otak/tidak mendapatkan stimulasi psikososial akan mengalami keterlambatan perkembangannya. Rangsangan stimulasi pendidikan harus diberikan untuk membantu anak mencapai tahapan perkembangan.
2. Cakupan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini
Cakupan kemampuan dasar anak usia 3-4 tahun meliputi pengembangan sebagai berikut:
1). Fisik
Kuhlen dan Thomson (Hurlock, 1956) mengemukakan bahwa perkembangan fisik seorang anak meliputi 4 aspek yaitu:
a)    System saraf di otak yang mempengaruhi kecerdasan emosi
b)   Otot-otot yang mempengaruhi perkembangan motorik
c)    Kelenjer endokrin yang mempengaruhi tingkah laku
d)   Struktur tubuh /fisik meliputi tinggi proporsi
e)    Di bawah ini adalah pengaruh kelenjer endokrin terhadap perkembangan manusia adalah:
(1) Pituitary
(2) Thyroid
(3) Testes
(4) Ovarium
(5) Adrenal

2). Bahasa
Badudu menyatakan bahwa bahasa adalah alat penghubung/komunikasi antar anggota masyarakat yang terdiri dari individu yang menyatakan pikiran, perasaan, dan keinginan. Bromley (1992) menyebutkan empat macam bentuk bahasa yaitu menyimak, berbicara, menulis, membaca.
a. Kognitif
Kognitif diartikan sebagai kecerdasan/cara berpikir. Patmodewono (2000) kognitif adalah mengenal cara berpikir dan mengamati.
Piaget membagi perkembangan kognitif dalam 4 tahap yaitu:
(1) Tahap sensorimotor yang berlangsung usia 0-2 tahun
(2) Tahap praoperasional yang berlangsung usia 2-7 tahun
(3) Tahap operasional konkrit yang berlangsung usia 7-12 tahun
(4) Tahap operasional formal yang berlangsung usia 12 tahun sampai usia dewasa
b. Seni
Pengembangan seni pada anak usia 3-4 tahun mengarah pada pelaksanaan kegiatan yang mengasyikkan. The art in education meliputi aspek:
(1) Seni adalah dasar untuk berkomunikasi
(2) Seni membantu membangun kreativitas anak
(3) Seni memantu memahami pengetahuan lain
(4) Melalui seni anak dapat mempelajari peradaban mansia.
Untuk melengkapi pembahasan di atas mengenai tugas perkembangan anak usia 3-4 tahun dalam aneka macam aspek perkembangan (fisik, motorik, bahasa, kognitif, moral adalah):
1. Mulai dapat bergiliran dan berbagi
2. Dapat bermain dengan anak lain
3. Senang berlari berkeliling
4. Dapat menghitung 2-3 benda
5. Senang memasangkan benda

D. Urgensi Pengembangan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini
Menurut Hurlock (1996), urgensi pengembangan kemampuan dasar anak usia dini sebagai berikut:
a)        Hasil belajar dan pengalaman semakin memainkan peran dalam perkembangan usia
b)        Dasar awal pengembangan kemampuan anak
c)        Dengan bertambahnya usia, ciri bawaan yang tidak disukai.

1.        Prinsip Pengembangan Kognitif
Minett ( 1994) mendeskripsikan bahwa pengembangan kognitif seorang anak yang telah berusia lebih dari satu tahun dapat dilakukan dengan memberikan kesempatan pada anak untuk berbicara prinsip-prinsip pengembangan kognitif sebagai berikut:
a)        Menyediakan banyak kesempatan bagi anak untuk mempelajari ketrampilan
b)        Memberikan dukungan dan semangat ketika anak memerlukannya.
c)        Katakan kepada anak apa yang terjadi dan bantu mereka merencanakan aktivitas
2. Prinsip Pengembangan Bahasa
Prinsip pengembangan bahasa antara lain;
a. Berbicaralah dengan melibatkan anak
b. Bacakan bacaan bercerita
c. Semangati anak menceritakan pengalamannya
d. Kunjungi perpustakaan secara teratur
3. Prinsip Pengembangan Fisik/Jasmani
Prinsip pengembangan fisik antara lain;
a.    Rencanakan aktivitas fisik anak setiap hari
b.    Ciptakan aktivitas harian yang mencakup banyak kesempatan untuk mengembangkan potensi anak
c.    Siapkan lingkungan outdoor
d.   Siapkan beragam peralatan
4. Prinsip Pengembangan Seni
Prinsip pengembangan seni antara lain:
a. Terimalah anak sesuai dengan tingkat perkembangan
b. Sediakan lingkungan yang nyaman bagi anak
c. Sediakan peralatan yang layak dengan usia anak
d. Jadilah sebagai fasilitator

E.   Teori Perkembangan Perilaku Sosial
Menurut Bandura (Crain, 2007:301)  bahwa di dalam situasi sosial kita belajar menangani masalah lewat pengimitasian, yaitu pemahaman yang penuh dari pembelajaran imitatif yang mensyaratkan sejumlah konsep baru. Schneider, Minet, dan Rakhmatunissa dalam Sujiono dan Syamsiatin (2003:61) mengatakan:
1.        Sosialisasi adalah suatu proses mental dan tingkah laku yang mendorong seseorang untuk menyelesaikan diri sesuai dengan keinginan  yang berasal dari dalam diri sesuai dengan keinginan yang berasal dari dalam diri sendiri.
2.        Perkembangan sosial adalah suatu proses kemampuan belajar dari tingkah laku keluarganya serta mengikuti contoh-contoh serupa yang ada di seluruh dunia.

Sujiono juga menjelaskan (2003:61) setiap anak akan melalui sebuah proses panjang dalam perkembangan sosialnya yang akhirnya seorang anak akan mempunyai nilai–nilai sosial yang ada dalam dirinya yang disebut proses imitasi, identifikasi dan internalisasi.
           




Adapun tokoh-tokoh teori perkembangan perilaku sosial adalah Vygotsky (1896- 1934) dengan teori sosial historisnya yang memadukan dua garis utama perkembangan dengan garis alamiah yang muncul dari dalam diri manusia dan garis sosial  historis  yang mempengaruhi manusia sejak kecil tanpa bisa dihindari. Tokoh teori perkembangan perilaku sosial berikutnya adalah Erikson dengan teori 8 tahapan psikososial individu yang dalam hal ini penulis hanya akan menuliskannya 1 tahap saja yaitu tahap ke 3 sesuai dengan pembahasan tahapan perkembangan usia    3–4 tahun. Menurut Erikson (Papalia : 2008: 41 ) anak usia  3 sampai 6 tahun berada dalam tahapan inisiatif versus perasaan bersalah. Pada usia ini anak mengembangkan inisiatif ketika mencoba aktifitas baru dan tidak terlalu terbebani oleh perasaan bersalah.




BAB III
KESIMPULAN


Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak. Perilaku dapat bersifat verbal maupun non verbal.
1.        Perilaku merupakan hasil interaksi antara pembawaan dan lingkungan.
2.        Lingkungan yang mempengaruhi perilaku dapat bersifat fisik maupun sosial budaya.
3.        Dalam proses belajar, anak melakukan peniruan atau imitasi terhadap segala bentuk perilaku orang dewasa.
4.        Proses peniruan dipengaruhi oleh perkembangan persyarafan otak anak.
5.        Semakin baik perkembangan persarafan, semakin mudah dan cepat anak melakukan proses ini.
Terdapat empat tahap dalam proses peniruan atau pemodelan perilaku, yaitu tahap pemilikan (acquisition), pengelolaan ingatan (retention), pelaksanaan (performance), pengukuhan (reinforcement).



DAFTAR PUSTAKA



Bandura. (1962). Social Learning Through Imitation. Dalam M.R Jones (Ed.), Nebraska Symposium on Motivation. University of Nebraska Press. Lincoln.

Crain, William. (2007). Teori Perkembangan Konsep dan Aplikasi, Jogjakarta: Pustaka Pelajar.

Hildayani, Rini. (2007). Psikologi Perkembangan Anak, Jakarta: UT.

Hurlock, Elizabeth. (1991). Perkembangan  Anak, Jilid 1, alih bahasa Meitasari Chandra, Jakarta: Erlangga.

Putra, N dan Dwilestari, N. (2012). Penelitian Kualitatif PAUD. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Papalia, Diane E, dkk. (2008).  Human Development, alih bahasa oleh A.K .Anwar , Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sujiono, Yuliani Nurani, Eriva Syamsiatin. (2003). Perkembangan Perilaku Anak Usia Dini, Jakarta: Pudiani Press.

Sujiono, Y. (2009). Konsep Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks.

Sujiono, Y.N dan Sujiono, B. (2010). Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak.  Jakarta: Indeks.

Wahyudin, U. dan Agustin, M. (2011). Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini. Bandung: Refika Aditama.


No comments:

Post a Comment

Simbol Bilangan atau Angka

  a. Pengertian Angka Memahami suatu angka dapat membantu manusia untuk melakukan banyak perhitungan mulai dari yang sederhana maupaun y...

Blog Archive