Dalam
pembelajaran orang dewasa banyak metode yang diterapkan. Untuk memberhasilkan
pembelajaran semacam ini, apapun metode yang diterapkan seharusnya
mempertimbangkan faktor sarana dan prasarana yang tersedia untuk mencapai
tujuan akhir pembelajaran, yakni agar peserta dapat memiliki suatu pengalaman
belajar yang bermutu. Merupakan suatu kekeliruan besar bilamana dalam hal ini,
pembimbing secara kurang wajar menetapkan pemanfaatan metode hanya karena
faktor pertimbangannya sendiri yakni menggunakan metode yang dianggapnya paling
mudah, atau hanya disebabkan karena keinginannya dikagumi oleh peserta di kelas
itu ataupun mungkin ada kecenderungannya hanya menguasai satu metode tertentu
saja.
Penetapan
pemilihan metode seharusnya guru mempertimbangkan aspek tujuan yang ingin
dicapai, yang dalam hal ini mengacu pada garis besar program pengajaran yang
dibagi dalam dua jenis:
1.
Rancangan proses untuk
mendorong orang dewasa mampu menata dan mengisi pengalaman baru dengan
memmedomani masa lampau yang pernah dialami, misalnya dengan latihan
keterampilan, melalui tanya jawab, wawancara, konsultasi, latihan kepekaan, dan
lain-lain, sehingga mampu memberi wawasan baru pada masing-masing individu
untuk dapat memanfaatkan apa yang sudah diketahuinya.
2.
Proses pembelajaran
yang dirancang untuk tujuan meningkatkan transfer pengetahuan baru, pengalaman
baru, keterampilan baru, untuk mendorong masing-masing individu orang dewasa
dapat meraih semaksimal mungkin ilmu pengetahuan yang diinginkannya, apa yang
menjadi kebutuhannya, keterampilan yang diperlukannya, misalnya belajar
menggunakan program komputer yang dibutuhkan di tempat ia bekerja.
Sejalan
dengan itu, orang dewasa belajar lebih efektif apabila ia dapat mendengarkan
dan berbicara. Lebih baik lagi kalau di samping itu ia dapat melihat pula, dan
makin efektif lagi kalau dapat juga mengerjakan.
Fungsi bicara hanya sedikit terjadi pada waktu tanya jawab. Untuk metode diskusi bicara dan mendengarkan adalah seimbang. Dalam pendidikan dengan cara demonstrasi, peserta sekaligus mendengar, melihat dan berbicara. Pada saat latihan praktis peserta dapat mendengar, berbicara, melihal dan mengerjakan sekaligus, sehingga dapat diperkirakan akan menjadi paling efektif,
Fungsi bicara hanya sedikit terjadi pada waktu tanya jawab. Untuk metode diskusi bicara dan mendengarkan adalah seimbang. Dalam pendidikan dengan cara demonstrasi, peserta sekaligus mendengar, melihat dan berbicara. Pada saat latihan praktis peserta dapat mendengar, berbicara, melihal dan mengerjakan sekaligus, sehingga dapat diperkirakan akan menjadi paling efektif,
Usaha-usaha
ke arah penerapan teori andragogi dalam kegiatan pendidikan orang dewasa telah
dicobakan oleh beberapa ahli, berdasarkan empat asumsi dasar orang dewasa
seperti telah dijelaskan di atas yaitu: konsep diri, akumulasi pengalaman,
kesiapan belajar, dan orientasi belajar. Asumsi dasar tersebut dijabarkan dalam
proses perencanaan kegiatan pendidikan dengan langkah-langkah sehagai berikut:
1.
Menciptakan
suatu struktur untuk perencanaan bersama. Secara ideal struktur semacam ini
seharusrwa melibatkan semua pihak yang akan terkenai kegiatan pendidikan yang
direncanakan, yaitu termasuk para peserta kegiatan belajar atau siswa, guru
atau fasilitator, wakil-wakil lembaga dan masyarakat.
2.
Menciptakan
iklim belajar yang mendukung untuk orang dewasa belajar. Adalah sangat penting
menciptakan iklim kerjasama yang menghargai antara guru dan siswa. Suatu iklim
belajar orang dewasa dapat dikembangkan dengan pengaturan lingkungan phisik
yang memberikan kenyamanan dan interaksi yang mudah, misalnya mengatur kursi
atau meja secara melingkar, bukan berbaris-berbaris ke helakang. Guru lebih
bersifat membantu bukan menghakimi.
3.
Diagnosa
sendiri kebutuhan belajamya. Diagnosa kebutuhari harus melibatkan semua pihak,
dan hasilnya adalah kehutuhan bersama.
4.
Formulasi
tujuan. Agar secara operasional dapat dikerjakan maka perumusan tujuan itu
hendaknya dikerjakan bersama-sama dalam deskripsi tingkah laku yang akan
dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut diatas.
5.
Mengembangkan
model umum. ini merupakan aspek seni dan perencanaan program, dimana harus disusun
secara harmonis kegiaan belajar dengan membuat kelompok-kelompok belajar baik
kelompok besar maupun kelompok kecil.
6.
Perencanaan
evaluasi. Seperi halnya dalam diagnosa kebutuhan, dalam evaluasi harus sejalan
dengan prinsip-prinsip orang dewasa, yaitu sebagai pribadi dan dapat
mengarahkan diri sendiri. Maka evaluasi lebih bersifat evaluasi sendiri atau
evaluasi hersama.
Aplikasi
yang diuaraikan di atas sebenamya lebih bersifat prinsip-prinsip atau
rambu-rambu sebagai kendali tindakan membelajarkan orang dewasa. Oleh karena
itu, keberhasilannya akan lebih benyak bergantung pada setiap pelaksanaan dan
tentunya juga tergantung kondisi yang dihadapi. Tapi, implikasi pengembangan
teknologi atau pendekatan andragogi dapat dikaitkan terhadap penyusunan kurikulum
atau cara mengajar terhadap mahasiswa. Namun, karena keterikatan pada sistem
lembaga yang biasanya berlangsung, maka penyusunan program atau kurikulum
dengan menggunakan andragogi akan banyak lebih dikembangkan dengan menggunakan
pendekatan andragogi ini.
Pendidikan atau belajar adalah sebagai proses menjadi
dirinya sendiri (process of becoming)
bukan proses untik dibentuk (proces of
beings Imped) nunurut kehendak orang lain, maka kegiatan belajar harus
melihatkan individu atau client dalam proses pemikiran apa yang mereka
inginkan, mencari apa yang dapat dilakukan untuk memenuhi keinginan itu,
menentukan tindakan apa yang harus dilakukan, dan merencanakan serta melakukan
apa saja yang perlu dilakukan untuk mewujudkan keputusan itu.
Dapat dikatakan disini tugas pendidik pada umumnya adalah
menolong orang belajar bagaimana memikirkan diri mereka sendiri, mengatur
urusan kehidupan mereka sendiri dan mempertimhangkan pandangan dan interest
orang lain. Dengan singkat menolong orang lain untuk berkemhang dan matang.
Dalam andragogi, keterlibatan orang dewasa dalam proses helajar jauh lehih
besar, sebab sejak awal harus diadakan suatu diagnosa kebutuhan, merumuskan
tujuan, dan mengevaluasi hasil belajar serta mengimplementasikannya secara
bersama-sama.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmuddiputra, Enuh, & Atmaja, Bisar,
Suyatna. (1986). Pendidikan Orang Dewasa.
Jakarta: Karunika.
Arif, Zainuddin. (1994). Andragogi. Bandung: Angkasa.
Lunandi, A, G. (1987). Pendidikan orang dewasa. Jakarta:
Gramedia.
Kartono, Kartini. (1992 ). Pengantar Ilmu Mendidik Teoritis: Apakah
Pendidikan Masih Diperlukun?. Bandung: Mandar Maju
No comments:
Post a Comment