Saturday, August 12, 2017

Makalah Perkembangan Motorik Anak Usia Dini

BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah
      Anak usia dini berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat, baik fisik maupun mental (Suyanto, 2005:5). Maka tepatlah bila dikatakan bahwa usia dini adalah usia emas (golden age), di mana anak sangat berpotensi mempelajari banyak hal dengan cepat. Penyelenggaraan sekolah Taman Kanak–kanak (TK) atau Raudhatul Athfal (RA) menurut Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Tahun 2004 berfokus pada peletakan dasar–dasar pengembangan sikap, pengetahuan, ketrampilan, dan daya cipta sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak (Megawangi, 2005:82). Maka sebaiknya pendidikan Taman Kanak–kanak (TK) janganlah dianggap sebagai pelengkap saja, karena kedudukannya sama penting dengan pendidikan yang diberikan jauh di atasnya.
Masa kanak-kanak merupakan fase yang fundamental dalam mempengaruhi perkembangan individu. Setiap individu mempunyai potensi yang dapat dikembangkan di dalam dirinya. Begitu pula pada anak usia Taman Kanak-kanak yang merupakan usia yang sangat efektif untuk mengembangkan berbagai macam potensi yang ada dalam diri anak. Salah satunya potensi yang berhubungan dengan perkembangan motorik anak.
Pendidikan anak usia dini adalah usaha sadar dalam memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani sejak lahir sampai usia 6 tahun yang dilakukan melalui penyediaan pengalaman-pengalaman dan stimulus yang bersifat mengembangkan secara terpadu agar anak dapat berkembang sehat optimal sesuai dengan norma dan harapan (UU No. 20 tahun 2003).
Aspek yang dikembangkan dalam pendidikan anak usia dini adalah aspek pengembangan perilaku dengan pembiasaan meliputi sosial, emosi, kemandirian, nilai moral dan agama, serta pengembangan kemampuan dasar, yang meliputi pengembangan bahasa, kognitif, seni, dan fisik motorik Usia dini merupakan masa keemasan (golden age). Oleh karena itu, pendidikan pada masa ini merupakan pendidikan yang sangat fundamental dan sangat menentukan perkembangan anak selanjutnya.
            Anak akan mempelajari sesuatu tidak dengan cara duduk tenang, mendengarkan keterangan-keterangan dari orang tua maupun guru, tetapi anak akan mempelajari sesuatu hal dengan cara bermain. Dalam kegiatannya saat bermain tersebut anak akan menemukan hal-hal baru yang sebelumnya tidak dia ketahui. Sesuai dengan karakteristik anak usia dini yang bersifat aktif melakukan berbagai kegiatan bermain, maka proses pembelajarannya adalah pada aktivitas anak dalam bentuk belajar sambil bermain. Program belajar mengajar bagi anak usia dini dirancang dan dilaksanakan sebagai suatu sistem yang dapat menciptakan dan memberi kemudahan bagi anak usia dini untuk belajar sambil bermain melalui berbagai aktivitas dan sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan serta kehidupan anak usia dini.
            Setiap metode yang digunakan diharapkan dapat menjadikan situasi kegiatan belajar mengajar yang efektif kepada anak. Guru memberikan pengalaman kepada para anak, sebagai pengayom, sebagai tempat bertanya, sebagai pengarah, sebagai pembimbing, sebagai fasilitator dan sebagai organisator dalam belajar. Guru harus memperlakukan anak didik dengan penuh kasih sayang, membimbing anak didik ke arah selalu ingin tahu dan tidak lekas puas dengan hasil yang dicapai. Guru harus memberikan kesempatan yang cukup kepada anak didik untuk belajar melakukan sendiri, merasakan sendiri, berpikir bebas, mencari aturan-aturan dalam kegiatan bersama anak (Moeschlihatoen, 2004:19).
Perkembangan anak usia dini sifatnya holistik, yaitu dapat berkembang optimal apabila sehat badannya, cukup gizinya dan didik secara baik dan benar. Anak berkembang dari berbagai aspek yaitu berkembang fisiknya, baik motorik kasar maupun halus, berkembang aspek kognitif, aspek sosial dan emosional. Keterampilan motorik kasar pada anak diperlukan untuk mengendalikan seluruh gerak tubuhnya, sehingga anak mampu untuk melakukan gerak lari, jalan, melompat dan sebagainya. Sedangkan motorik halus merupakan kegiatan yang menggunakan bagian kecil dari tubuh terutama tangan, seperti menulis, menggunting, meniru bentuk, meniru gerakan orang lain dan sebagainya.
Perkembangan motorik kasar pada anak perlu adanya bantuan dari para pendidik di lembaga pendidikan usia dini yaitu dari sisi apa yang dibantu, bagaimana membantu yang tepat (appropriate), bagaimana jenis latihan yang aman bagi anak sesuai dengan tahapan usia dan bagaimana kegiatan fisik motorik kasar yang menyenangkan anak. Kemampuan melakukan gerakan dan tindakan fisik untuk seorang anak terkait dengan rasa percaya diri dan pembentukan konsep diri. Oleh karena itu, perkembangan motorik kasar sama pentingnya dengan aspek perkembangan yang lain untuk anak usia dini.
Pada umumnya pembelajaran di TK untuk aspek perkembangan fisik/motoriknya lebih banyak difokuskan ke perkembangan motorik halus, sedangkan motorik kasar kurang diperhatikan. Padahal pengembangan motorik kasar anak usia dini juga memerlukan bimbingan dari pendidik. Perkembangan motorik kasar untuk anak usia TK antara lain melempar dan menangkap bola, berjalan di atas papan titian (keseimbangan tubuh), berjalan dengan berbagai variasi (maju mundur di atas satu garis), memanjat dan bergelantungan (berayun), melompati parit atau guling, dan sebagainya.

B. Rumusan Masalah
            Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah yang dapat diangkat dalam kajian ini adalah: “Bagaimana Perkembangan Motorik yang terjadi pada anak usia dini?”, dengan rincian rumusan masalahnya  sebagai berikut :
  1. Apa saja jenis perkembangan motorik yang terjadi pada anak usia dini ?
  2. Apa prinsip dalam perkembangan motorik pada anak usia dini ?
  3. Hal-hal apa saja yang mempengaruhi perkembangan motorik pada anak usia dini ?
  4. Hal-hal apa yang perlu diperhatikan dalam mempelajari keterampilan Motorik pada anak usia dini ?
  5. Apa fungsi keterampilan motorik pada anak usia dini ?
  6. Apa saja bahaya dalam perkembangan motorik ?

C. Tujuan Penulisan
         Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah ingin mengetahui perkembangan motorik pada anak usia dini. Secara rinci tujuan dimaksud adalah sebagai berikut :
1.        Untuk mengetahui jenis perkembangan motorik yang terjadi pada anak usia dini.
2.        Untuk mengetahui prinsip dalam perkembangan motorik pada anak usia dini.
3.        Untuk mengetahui hal-hal yang mempengaruhi perkembangan motorik pada anak usia dini
4.        Untuk mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mempelajari keterampilan motorik pada anak usia dini
5.        Untuk mengetahui fungsi keterampilan motorik pada anak usia dini
6.        Untuk mengetahui bahaya dalam perkembangan motorik



 



BAB II

PEMBAHASAN



Usia 0-6 tahun merupakan masa keemasan (the golden age) bagi seorang anak dimana perkembangan dan pertumbuhan anak dimasa depan sangat dipengaruhi oleh kehidupan pada usia tersebut. Masa ini akan memberikan kontribusi besar pada perkembangan selanjutnya. Salah satu yang sangat penting untuk diperhatikan adalah sejauh mana anak dalam menguasai keterampilan motorik. Hal ini disebabkan karena penguasaan keterampilan motorik di masa anak-anak akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan selanjutnya. Usia emas dalam perkembangan motorik adalah middle childhood atau masa anak-anak.
Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak. Perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi (Hurlock, 1978). Pengendalian berasal dari perkembangan refleksi dan kegiatan massa yang ada pada waktu lahir. Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus. Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ otak. Otaklah yang mensetir setiap gerakan yang dilakukan anak. Semakin matangnya perkembangan system syaraf otak yang mengatur otot memungkinkan berkembangnya kompetensi atau kemampuan motorik anak.

A. Jenis Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik anak dibagi menjadi dua:
1. Motorik kasar
Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Keterampilan motorik kasar seperti berjalan, berlari, melompat, naik turun tangga. Sekitar usia 3 tahun anak sudah dapat berjalan secara otomatis, bahkan pada alas yang tidak rata anak sudah dapat berjalan tanpa kesukaran. Sekitar 4 tahun anak hampir menguasai cara berjalan orang dewasa. Kesukaran yang ada pada belajar berjalan berhubungan dengan kekuatan badannya, yaitu untuk dapat menyandarkan seluruh berat badannya pada satu kaki. Bila anak sudah dapat berjalan maka ia akan mencoba untuk berjalan dengan berbagai variasi, misalnya berjalan mundur (± sekitar 17 bulan) dan berjalan di atas tumit (± sekitar 30 bulan). Sekitar bulan ke 18 anak mencoba untuk lari, tetapi gayanya masih menyerupai gaya berjalan.
Pada usia 2 atau 3 tahun anak betul-betul dapat berlari, tetapi ia belum mampu untuk berhenti dengan cepat atau untuk membalik. Pada usia 4 sampai 5 tahun anak sudah dapat lari, berhenti dan berputar membalik. Sesudah dapat berjalan dengan baik, anak juga belajar untuk berjalan memanjat dan menuruni tangga. Memanjat tangga berlangsung dengan setiap kali menapakkan sebelah kakinya ke muka dan menarik kaki yang satunya disamping. Sekitar 2 atau 3 tahun anak juga belajar meloncat-loncat, berjingkat-jingkat, dan berbagai variasi jalan. Sekitar 29 bulan anak dapat berdiri di atas sebelah kaki. Anak usia 3 tahun masih mempunyai kesukaran untuk menangkap bola atau untuk memukul bola dengan tongkat (Monks, 2004).
2. Motorik halus
Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak bisa berkembang dengan optimal. Keterampilan motorik halus atau keterampilan manipulasi seperti menulis, menggambar, memotong, melempar dan menagkap bola serta memainkan benda-benda atau alat-alat mainan (Curtis,1998; Hurlock, 1957 dalam Yusuf 2005).
Pada usia 3 tahun, kemampuan anak-anak masih timbul dari kemampuan bayi untuk menempatkan dan memegang benda-benda. Walaupun mereka telah mampu untuk memegang benda-benda berukuran kecil di antara ibu jari dan jari telunjuk, tetapi mereka masih agak kikuk. Mereka dapat secara mengejutkan membangun menara tinggi yang terbuat dari balok, setiap balok disusun secara hati-hati walau seringkali tidak berada pada satu garis yang benar-benar lurus.
Pada usia 4 tahun, koordinasi motorik halus anak-anak telah semakin meningkat dan menjadi lebih tepat. Pada usia 5 tahun, koordinasi motorik halus anak-anak semakin meningkat. Tangan, lengan, dan tubuh bergerak bersama di bawah komando yang lebih baik dari mata (Santrock, 1995).

B. Prinsip Perkembangan Motorik
Menurut Hurlock (2001) terdapat lima prinsip perkembangan, yaitu:
1.        Perkembangan motorik bergantung pada kematangan otot dan syaraf
2.        Belajar ketrampilan motorik tidak terjadi sebelum anak matang.
3.        Perkembangan motorik mengikuti pola yang dapat diramalkan.
4.        Dimungkinkan menentukan norma perkembangan motorik.
5.        Perbedaan individu dalam laju perkembangan motorik.
Teori yang menjelaskan secara detail tentang sistematika motorik anak adalah Dynamic System Theory yang dikembangkan Thelen & Whiteneyerr. Teori tersebut mengungkapkan bahwa untuk membangun kemampuan motorik anak harus mempersepsikan sesuatu di lingkungannya yang memotivasi mereka untuk melakukan sesuatu dan menggunakan persepsi mereka tersebut untuk bergerak. Kemampuan motorik merepresentasikan keinginan anak.
Selain berkaitan erat dengan fisik dan intelektual anak, kemampuan motorik pun berhubungan dengan aspek psikologis anak. Damon & Hart, 1982 (dalam Yusuf, 2005) menyatakan bahwa kemampuan fisik berkaitan erat dengan self-image anak. Anak yang memiliki kemampuan fisik yang lebih baik di bidang olah raga akan menyebabkan ia dihargai teman-temannya. Hal tersebut juga seiring dengan hasil penelitian yang dilakukan Ellerman, 1980 (Yusuf, 2005) bahwa kemampuan motorik yang baik berhubungan erat dengan self-esteem.

C. Hal-hal Yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik
Hurlock (2001) menyatakan beberapa kondisi yang mempengaruhi laju perkembangan motorik anak, antara lain:
1.       Sifat dasar genetik, termasuk bentuk tubuh dan kecerdasan mempengaruhi laju perkembangan.
2.       Awal kehidupan pascalahir tidak ada hambatan pada kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan, semakin aktif janin semakin cepat perkembangan motorik anak.
3.       Kondisi pra lahir yang menyenangkan (gizi makanan sang ibu) lebih mendorong perkembangan motorik yang lebih cepat pada masa pascalahir.
4.       Kelahiran yang sukar, apabila ada kerusakan pada otak akan memperlambat perkembangan motorik.
5.       Adanya rangsangan, dorongan, dan kesempatan untuk menggerakkan semua bagian tubuh akan mempercepat perkembangan motorik.
6.       Perlindungan yang berlebihan akan melumpuhkan persiapan berkembangnya kemampuan motorik.
7.       Kelahiran sebelum waktunya biasanya memperlambat perkembangan motorik.
8.       Cacat fisik, seperti buta akan memperlambat perkembangan motorik.
9.       Dalam perkembangan motorik, perbedaan jenis kelamin, warna kulit, dan sosial ekonomi lebih banyak disebabkan oleh perbedaan motivasi dan metode pelatihan anak ketimbang karena perbedaan bawaan.

D. Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Mempelajari Keterampilan Motorik
Beberapa hal penting dalam mempelajari keterampilan motorik menurut Hurlock (2001), meliputi:
1.       Kesiapan belajar
2.       Kesempatan belajar
3.       Kesempatan berpraktek
4.       Model yang baik
5.       Bimbingan
6.       Motivasi
7.       Setiap keterampilan motorik harus dipelajari secar individu
8.       Keterampilan sebaiknya dipelajari satu persatu.
Masa kecil sering disebut sebagai “saat ideal” untuk mempelajari keterampilan motorik karena beberapa alasan, antara lain:
  1. Tubuh anak lentur dibanding tubuh remaja atau orang dewasa sehingga anak lebih mudah menerima semua pelajaran.
  2. Anak belum banyak memiliki keterampilan yang akan berbenturan dengan keterampilan yang baru dipelajarinya maka bagi anak mempelajari keterampilan yang baru lebih mudah.
  3. Anak lebih berani pada waktu kecil ketimbang telah besar.
  4. Para remaja dan orang dewasa merasa bosan mengalami pengulangan tetapi tidak untuk anak, mereka malah menyenanginya.
  5. Anak memiliki tanggung jawab dan kewajiban yang lebih kecil ketimbang yang akan mereka miliki pada waktu mereka bertambah besar.

E. Fungsi Keterampilan Motorik
Keterampilan motorik yang berbeda memainkan peran yang berbeda pula dalam penyesuaian sosial dan pribadi anak. Sebagai contoh, sebagian keterampilan berfungsi membantu anak dalam kemandiriannya, sedangkan sebagian lainnya berfungsi untuk membantu mendapatkan penerimaan sosial. Dikarenakan tidak mungkin mempelajari keterampilan motorik secara serempak, anak akan memusatkan perhatian untuk mempelajari keterampilan yang akan membantu mereka memperoleh bentuk penyesuaian yang penting pada sat itu. Misalnya, apabila anak merasa sangat ingin mandiri, mereka akan memusatkan perhatian untuk menguasai keterampilan yang memungkinkan mereka dapat mandiri.
Beberapa pengaruh perkembangan motorik terhadap perkembangan individu dipaparkan oleh Hurlock (1996) sebagai berikut:
  1. Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang. Seperti anak merasa senang dengan memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar dan menangkap bola atau memainkan alat-alat mainan.
  2. Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya pada bulan-bulan pertama dalam kehidupannya, ke kondisi yang independent. Anak dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan menunjang perkembangan rasa percaya diri.
  3. Melalui perkembangan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah. Pada usia prasekolah atau usia kelas-kelas awal Sekolah Dasar, anak sudah dapat dilatih menulis, menggambar, melukis, dan baris-berbaris.
  4. Melalui perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak dapat bermain atau bergaul dengan teman sebayannya, sedangkan yang tidak normal akan menghambat anak untuk dapat bergaul dengan teman sebayanya bahkan dia akan terkucilkan atau menjadi anak yang fringer (terpinggirkan).
  5. Perkembangan keterampilan motorik sangat penting bagi perkembangan self-concept atau kepribadian anak.
Pada tahun 2001, Hurlock membagi fungsi keterampilan motorik menjadi 4 kategori, meliputi:
1.                                       Keterampilan bantu diri (Self help)
Untuk mencapai kemandiriannya, anak harus mempelajari keterampilan motorik yang memungkinkan mereka mampu melakukan segala sesuatu bagi diri mereka sendiri. Keterampilan tersebut meliputi keterampilan makan, berpakaian, merawat diri, dan mandi.
2.      Keterampilan bantu sosial (Social help)
Untuk menjadi anggota kelompok sosial yang diterima di dalam keluarga, sekolah, dan tetangga, anak harus menjadi anggota yang kooperatif. Contoh keterampilan agar dapat memperoleh peneriman sosial antara lain membantu pekerjaan rumah atau mengerjakan pekerjaan sekolah.
3.      Keterampilan bermain
Untuk dapat menikmati kegiatn kelompok sebaya atau untuk dapat menghibur diri di luar kelompok sebaya, anak harus mempelajari keterampilan bermain bola, mengambar, melukis, dan memanipulasi alat bermain.
4.      Keterampilan sekolah
Pada tahun permulaaan sekolah, sebagian besar pekerjaan melibatkan keterampilan motorik seperti melukis, menulis, menggambar, membuat keramik, menari, dan bertukang kayu. Semakin banyak dan semakin baik keterampilan yang dimiliki, semakin baik pula penyesuaian sosial yang dilakukan semakin baik prestasi sekolahnya, baik dalam prestasi akademis maupun dalam prestasi yang bukan akademis

F. Bahaya dalam Perkembangan Motorik
Bahaya-bahaya yang perlu diperhatikan dalam perkembangan motorik, antara lain:
1.        Terlambatnya Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik berada di bawah norma anak. Akibatnya pada umur tertentu anak tidak menguasai tugas perkembangan yang diharapkan oleh kelompok sosialnya. Pengaruh perkembangan motorik yang terlambat berbahaya bagi penyesuaian sosial dan pribadi anak yang baik. Alasannya karena hal itu dapat menimbulakan akibat yang tidak menguntungkan konsep diri anak sehingga sering menimbulakan masalah perilaku dan emosi antara lain karena rasa putus asa dan adanya perasaan rendah diri. Selain itu, keterlambatan perkembangan motorik berbahaya karena tidak menyediakan landasan bagi keterampilan motorik sehingga mengalami kerugian pada sat mereka mulai bermain dengan anak lainnya.
2.        Harapan Keterampilan yang Tidak Realistik
Yaitu harapan yang lebih banyak didasarkan atas harapan dan keinginan ketimbang harapan atas potensi anak sendiri. Dalam bidang perkembangan keterampilan motorik, anak diharapkan dapat mengendalikan motorik dan mempelajari keterampilan tersebut sebelum mereka matang dan siap melakukannya. Sebagian harapan yang tidak realistis timbul dari orang tua, sebagian dari guru, dan sebagian lagi dari anak sendiri. Ketidakmampuan berbuat sesuai harapan, membuat anak merasa rendah diri dan tidak terampil sehingga peraasan ini akan merongrong kepercayaan diri dan melemahkan motivasi untuk mempelajari ketermapilan motorik yang lainnya. Selain itu, jika anak dikritik dan ditegur mereka akan kecewa dan menentang.

3.        Tidak dapat Mempelajari Keterampilan Motorik yang Penting
Kegagalan mempelajari keterampilan motorik yang penting bagi diri anak atau bagi kelompok sebaya mereka, akan merugikan penyesuaian sosial dan pribadi anak.
4.        Kekakuan
Dipandang sebagai kaku atau canggung hanya jika pengendalian gerakan tubuhnya berada di bawah standar ynng diharapkan bagi tingkat umurnya. Sebagian anak mungkin kelihatan kaku karena dinilai dengan standar yang tidak sesuai, misalnya anak yang berumur 2 tahun dinilai kaku bila standar penilaian yang digunakan adalah standar untuk anak usia 3 tahun. Penyebab yang paling umum adalah terlambat matang, kondisi fisik yang jelek melemahkan motivasi melakukan latihan yang diperlukan untuk mengembangkan keterampilan motorik, bangun tubuh tertentu mempengaruhi motivasi anak untuk memperoleh ketermapilan tanpa melakukan latihan yang cukup, IQ yang sangat rendah disertai dengan keterlambatan perkembangan motorik, IQ yang sangat tinggi yeng lebih mendorong minat intelektual dibanding perkembangan motorik, kurangnya kesempatan dan motivasi untuk mengembangkan pengendalian otot, dan ketegangan emosional yang mengganggu kondisi otot. Kekakuan pada anak mebawa dampak psikologis yang lebih besar daripada dampak fisik.
Terdapat beberapa perbedaan individu dalam kekakuan yaitu:
a.    anak yang secara temporer tegang, gugup, dan terganggu emosionalnya lebih kaku ketimbang anak yang normal.
b.    selama periode pertumbuhan yang cepat dapat mengganggu terbentuknya pola koordinasi motorik.
c.    dalam situasi yang berbeda tingkat pengendalian motorik yang dilakukan anak juga berbeda.


BAB III
KESIMPULAN


Motorik adalah terjemahan dari kata “motor” yang menurut Gallahue adalah suatu dasar biologi atau mekanika yang menyebabkan terjadinya suatu gerak. Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya.
Kegiatan motorik kasar adalah menggerakkan berbagai bagian tubuh atas perintah otak dan mengatur gerakan badan terhadap macam-macam pengaruh dari luar dan dalam. Motorik kasar sangat penting dikuasai oleh seseorang karena bisa melakukan aktivitas sehari-hari, tanpa mempunyai gerak yang bagus akan ketinggalan dari orang lain, seperti: berlari, melompat, mendorong, melempar, menangkap, menendang dan lain sebagainya, kegiatan itu memerlukan dan menggunakan otot-otot besar pada tubuh seseorang.
Perkembangan fisik/motorik diartikan sebagai perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh. karena keterampilan motorik halus membutuhkan kemampuan yang lebih sulit misalnya konsentrasi, kontrol, kehati-hatian, dan koordinasi otot tubuh yang satu dengan yang lain.


DAFTAR PUSTAKA


Hurlock, Elizabeth B. (1980). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga

Hurlock, Elizabeth B. (2001). Perkembangan Anak Jilid 1. Jakarta: Erlangga

Megawangi, R., Dona, R., dkk. (2005). Pendidikan yang Patut dan Menyenangkan: Penerapan Teori Developmentally Appropriate Practices (DAP). Jakarta: Indonesia Heritage Foundation.

Monks, F. J dan Knoers, A. M. P dan Haditono, Siti R. (2001). Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Moeslichatoen. (2004). Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Rineka Cipta

Santrock. (1978). Life Span Development Jilid 1. Jakarta: Erlangga

Suyanto, S. (2005). Dasar–dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Hikayat.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Yusuf, S. (2005). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung:Remaja Rosdakarya



No comments:

Post a Comment

Mekanisme Kontraksi Otot

  Pada tingkat molekular kontraksi otot adalah serangkaian peristiwa fisiokimia antara filamen aktin dan myosin.Kontraksi otot terjadi per...

Blog Archive