Menurut Handoyo (2008:19)
nama jumputan berasal dari kata “jumput”, kata ini mempunyai makna berhubungan
dengan cara pembuatan kain yang dicomot (ditarik) atau dijumput (dalam Bahasa
Jawa). Batik menggunakan teknik tutup celup ini sudah dikenal diberbagai
belahan dunia. Batik Indonesia, terutama batik Jawa memiliki keunggulan pada
desain dan komposisi warnanya yang sangat kaya.
Kata jumputan berasal
dari bahasa Jawa. Menjumput berarti memungut atau mengambil dengan semua ujung
jari tangan. Cara pembuatan kain jumputan sederhana dan mudah dilakukan karena
tidak menggunakan lilin dan canting. Sesuai dengan namanya, jumputan dibuat
dengan cara menjumput kain yang diisi biji-bijian sesuai dengan motif yang
dikehendaki, dilanjutkan mengikat, dan terakhir melakukan pencelupan ke dalam
pewarna (Rini Ningsih, 2001:1).
Banu Arsana (2007:3) menyebutkan bahwa jumputan adalah
salah satu teknik membuat pola dengan cara mengikat kain dengan tali pada zat
warna. Oleh karena itu jumputan juga dikenal dengan teknik celup ikat. Dalam
membatik, bagian yang tertutup oleh malam atau lilin ketika dicelup ke dalam
cat warna tidak akan dikenai warna. Namun dalam membuat jumputan, fungsi malam
atau lilin diganti dengan ikatan tali pada kain sebelum dicelup, sehingga
membuat jumputan menjadi lebih mudah dan sederhana. Meskipun dengan cara
sederhana, hasil kain jumputan tidak kalah indah dengan jenis kain motif yang
lain.
Batik jumputan disebut
juga batik celup ikat telah dikenal di masyarakat. Proses pembuatannya berbeda
dengan batik tulis atau batik cap, yaitu dengan cara mengikat di beberapa
bagian kain yang ingin diberi motif (Murtono, 2011:10).
Teknik jumputan berasal
dari Tiongkok kemudian berkembang sampai India dan wilayah nusantara. Istilah
tersebut sudah digunakan berabad-abad untuk menggunakan cara membuat desain
pada kain, yang disebut jumputan (Muamalah, 2017:4).
Berdasarkan pengertian
di atas menjumput berarti memungut atau mengambil dengan semua ujung jari
tangan. Cara pembuatan kain jumputan sederhana dan mudah dilakukan karena tidak
menggunakan lilin dan canting. Sesuai dengan namanya, jumputan dibuat dengan
cara menjumput kain yang diisi biji-bijian sesuai dengan motif yang
dikehendaki, dilanjutkan mengikat, dan terakhir melakukan pencelupan ke dalam
pewarna.
Batik jumputan merupakan
suatu karya seni yang mempunyai nilai budaya dan nilai ekonomi tinggi.
Kreativitas dalam melipat dan mengikat kain diperlukan dalam membuat pola.
Semakin banyak variasi pola yang diinginkan, semakin banyak pula pola yang
dihasilkan. Ikat celup/jumputan juga memiliki beranekaragam motif tergantung
dengan bagaimana kita menggunakan pengikat atau menggunakan alat untuk
menimbulkan corak-corak jumput pada kain tersebut.
Berbeda dari kebanyakan
jumputan tercipta dari kreativitas pengrajin yang tidak pernah berhenti
berinovasi. Jumputan dikerjakan dengan teknik ikat celup untuk menciptakan
gradasi warna yang menarik. Teknik celup rintang, yakni menggunakan tali untuk menghalangi
bagian tertentu pada kain agar tidak menyerap warna sehingga terbentuklah
sebuah motif. Untuk menciptakan motif yang beragam pada kain ini, digunakanlah
teknik jahit.
Cara membuat jumputan
terbagi menjadi dua cara sebagai berikut :
a) Jumputan dengan Teknik Jahitan
Teknik ini dilakukan dengan cara kain digambar pola
terlebih dahulu menggunakan pensil atau kapur jahit. Langkah selanjutnya kain
dijahit atau dijelujur pada garis warna dengan menggunakan benang nilon atau
benang jeans, lalu benang ditarik kuat sehingga kain berkerut serapat mungkin.
Pada waktu dicelup benang yang rapat akan menghalangi warna masuk ke dalam
kain. Hasil jumputan teknik jelujur berupa titik-titik yang membentuk suatu
pola, dapat berupa bunga bentuk geometris dan lain sebagainya sesuai motif yang
dikehendaki.
b) Pembuatan Jumputan dengan Teknik Ikat
Teknik ikat merupakan teknik menjumput dengan
cara ikatan, artinya media yang diikat akan menimbulkan motif. Cara mengikatnya
dengan melilit-lilitkan tali, karet, rafia, atau benang sekencang mungkin agar
pada saat pencelupan tidak terkena warna, sehingga setelah ikatannya dilepas
akan terbentuk gambarnya. Teknik ikat dilakukan dengan memegang permukaan kain
dengan ujung jari, lalu permukaan kain tersebut diikat dengan jelas, baik
dengan ikatan tunggal maupun jamak. Teknik mengikat dapat dilakukan tanpa isi
maupun dengan isi seperti kelereng, batu/kerikil, manik-manik, koin dan
sebagainya. Bagian-bagian kain yang hendak dibiarkan tidak kena warna diikat,
kemudian kain yang sudah diikat-ikat dicelupkan kedalam air dinginlalu diperas
kemudian masukkan ke dalam larutan pewarna pakaian sampai terbenam seluruhnya.
Kain dibiarkan dalam larutan pewarna selama satu jam kemudian diangkat dan
dicuci sampai bersih lalu dijemur hingga kering
No comments:
Post a Comment