Seni batik termasuk
dalam seni kriya (Seni kerajinan) atau seni rupa terapan dua dimensi, batik
hampir terdapat dan dikenal di seluruh daerah nusantara. Oleh karena itu, seni
batik diangkat sebagai karya seni nusantara atau budaya nasional (Kartono,
2007: 157).
Kesenian batik adalah
kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayan
keluarga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya
terbatas di dalam keraton saja untuk menjadi pakaian para raja, keluarga serta
para pengikutnya (Nenden, 2008:2).
Kata “batik” berasal
dari bahasa Jawa, dari kata “amba” yang berarti menggambar dan “tik” yang
berarti kecil. Seperti misalnya terdapat dalam kata-kata Jawa lainnya yakni
“klitik” (warung kecil), “bentik” (persinggungan kecil antara dua benda),
“kitik” (kutu kecil) dan sebagainya (Teguh Suwarto, dkk, 1998: 8).
Menurut terminologinya
batik adalah gambar yang dihasilkan dengan menggunakan alat canting atau
sejenisnya dengan bahan lilin sebagai penahan masuknya warna. Batik adalah
gambaran atau hiasan pada kain atau bahan dasar lain yang dihasilkan melalui
proses tutup-celup dengan lilin yang kemudian diproses dengan cara tertentu
(Suyanto, 2002:2).
Membatik adalah sebuah teknik menahan warna dengan
lilin malam secara berulang-ulang di atas kain. Lilin malam digunakan sebagai
penahan untuk memecahkan agar warna tidak menyerap ke dalam serat kain di
bagian-bagian yang tidak dikehendaki (Pandana, 2013:3).
Menurut Asti M. dan Ambar B. Arini (2011: 1)
berdasarkan etimologi dan terminologinya, batik merupakan rangkaian kata mbat
dan tik. Mbat dalam bahasa Jawa dapat diartikan sebagai ngembat atau melempar
berkali-kali, sedangkan tik berasal dari kata titik. Jadi, membatik artinya
melempar titik berkali-kali pada kain.
Sebagaimana
yang dijelaskan oleh Nian S Djumena: “Membatik pada dasarnya sama dengan
melukis di atas sehelai kain putih. Sebagai alat melukis dipakai canting dan
sebagai bahan melukis dipakai cairan malam. Canting terdiri dari mangkok kecil
yang mempunyai carat dengan tangkai dari bambu. Carat mempunyai berbagai
ukuran, tergantung dari besar kecilnya titiktitik dan tebal halusnya
garis-garis yang hendak dilukis. Kegunaan mangkok kecil adalah sebagai tempat
cairan malam. Sesudah kain yang dilukis atau ditulisi dengan malam, lalu
dihilangkan atau dilorod, maka bagian yang tertutup malam akan tetap putih,
tidak menyerap warna. Ini disebabkan karena malam berfungsi sebagai perintang
warna (cat). Karena itu cara pembuatan ini didunia pertekstikan dinamakan
dengan teknik resist dye atau pencelupan rintang. Teknik resist dye sudah lama
dikenal diberbagai negara. Pada umumnya sebagai bahan perintang warna dipakai
berbagai jenis bubur terbuat dari gandum, beras ketan dan parafin, dan sebagai
alat melukis dipakai berbagai bentuk alat, antara lain kuas (Djumena, 2010:1).
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa batik merupakan suatu seni menghias kain dengan menggambar
pola-pola tertentu di atas kain dengan menggunakan malam
No comments:
Post a Comment