Anak Usia Taman Kanak-kanak menurut
Garnida (2011) adalah individu yang sedang mengalami atau menjalani suatu
proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan fundamental, salah
satu aspek perkembangan yang akan dikembangkan adalah perkembangan kognitif.
Sedangkan Kognitif menurut Garnida
(2011) adalah suatu istilah yang digunakan oleh psikolog untuk menjelaskan
semua aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan, dan
pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan,
memecahkan masalah, dan merencanakan masa depan, atau semua proses psikologis
yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari, memperhatikan, mengamati,
membayangkan, menilai, dan memikirkan lingkungannya.
Kognitif sering disebut juga intelek.
Pengertian kognitif menurut Chaplin dalam Mohammad Asrori (2007:47) diartikan
sebagai:
1. Proses
kognitif, proses berpikir, daya menghubungkan, kemampuan menilai, dan kemampuan
mempertimbangkan.
2. Kemampuan
mental atau inteligensi.
Menurut
Gagne dalam Maelani (2010:12) “kognitif adalah proses terjadinya secara
internal di dalam pusat susunan syaraf pada waktu manusia sedang
berpikir".
Tahapan perkembangan kognitif
menurut Jean Piaget dalam Sriningsih (2009:30) antara lain: (1) Sensorimotorik
(0-2 Tahun), (2) Praoperasional (2-7 Tahun), (3) Operasional kongkrit (7-12
Tahun), (4) Operasional formal (12 Tahun ke atas). Menurut pendapat tersebut,
pada tahap sensori motorik (0-2 Tahun), anak memperoleh pengalaman tentang
matematika melalui berbagai kontak fisik dan eksplorasi terhadap lingkungan.
Sedangkan pada tahap praoperasional (2-7 Tahun), anak sudah mampu menggunakan
simbol-simbol dalam pikirannya untuk mempresentasikan benda atau kejadian.
Lebih lanjut Santrock dalam Erawati
(2010) menegaskan, pada tahap praoperasional anak belum mampu memahami
peraturan tertentu atau operasi. Pada tahap ini anak belum mampu berfikir
secara operasional. Anak 3-5 tahun termasuk kedalam tahap praoperasional dimana
pada tahap ini diajarkan dengan menggunakan benda-benda kongkrit.
Teori Dienes dalam Erawati (2010:18)
konsep matematika termasuk bilangan akan berhasil di pelajari apabila
dipelajari dalam tahap-tahap tertentu. Dalam teori ini dikemukakan 6 tahapan,
yaitu: permainan bebas (free flay),
permainan yang disertai aturan (games),
persamaan kesamaan sifat (suarching for
communities), representasi (representation), simbulasi (symbolization) dan formalisasi (formalization).
Teori Piaget dipengaruhi aliran
konstuktif dimana hal ini terlihat dari pandangan Piaget bahwa anak membangun
kemampuan kognitif melalui interaksi dengan dunia sekitarnya.
Tokoh lain yang melakukan studi
terhadap ini secara mendalam ialah Bruner dalam Maelani (2010:12) ia membagi
proses perkembangan kognitif kedalam tiga periode:
1. Enactive stage,
merupakan proses yang sangat operasional tidak menggunakan citra (bayangan)
maupun kata-kata tetapi langsung bentuk tindakan (action) dan dapat diamati,
tahap ini mirip dengan sensor motor dari Piaget.
2. Iconic stage,
merupakan bayangan atau imajinasi, meskipun belum menggunakan bahasa, dan banyak tergantung pemanfaatan pengamatan
visual atau alat indera yang lain dalam melukiskan konsep tanpa
mengidentifikasikannya yang mendekati kepada tahap operasi kongkrit dari
Piaget.
3. Symbolic stage,
merupakan proses yang lebih dari tindakan dan imajinasi, merujuk dan mengarah
pada proses berfikir yang lebih abstrak dan luwes, memungkinkan seseorang untuk
terlibat dalam proses berfikir mendalam (reflektif thinking) dengan cara
menyusun pernyataan, mencari contoh, dan menyusun konsep-konsep dalam suatu
susunan yang hierarkis (berurutan), yang juga mendekati kepada cirri fase
oprasi formal dari Piaget.
Usia
dini merupakan usia yang paling tepat untuk menstimulasi berbagai hal, termasuk
memstimulasi perkembangan kemampuan metematika anak. Masa ini merupakan masa
peka yang dapat diberikan pengetahuan
beragam secaraa nyata sesuai dengan tahap perkembangan anak. Seperti
diungkapkan oleh Frobel dalam Solehudin (2007:27) bahwa:
Masa anak itu merupakan Fase yang sangat
berharga dan dapat dibentuk dalam kehidupan manusia (a noble and malleable
phase of human life). Karenanya masa anak dalah masa emas bagi penyelenggara
pendidikan. Masa anak merupakan fase yang sangat fundamental bagi perkembangan
individu karena pada fase inilah terjadi peluang yang sangat besar untuk
pembentukan dan perkembangan pribadi seseorang (Frobel:1993).
No comments:
Post a Comment