Di sebuah
desa yang subur hiduplah seorang petani. Pak Rejo nama petani itu. Pak Rejo
memiliki beberapa petak sawah dan seekor kerbau yang membantunya membajak
sawah.
Suatu pagi
istri Pak Rejo mengeluh, karena kerbau yang dimilikinya kurus. “Pak, tukarkan
kerbau ini ke pasar saja!” kata Bu Rejo. “Memangnya kenapa, Bu?” jawab Pak
Rejo. “Kerbau ini yang membantuku membajak di sawah. Kalau kerbau ini kubawa ke
pasar, aku membajak sawah dengan apa?” kata Pak Rejo kemudian. “Tukarkan kerbau
kurus ini dengan kerbau yang lebih sehat!” kata Bu Rejo. “Baiklah, aku akan
membawanya ke pasar!” jawab Pak Rejo kemudian.
Pagi itu,
Pak Rejo membawa kerbaunya ke pasar. Di tengah jalan, Pak Rejo bertemu orang
yang membawa kambing. Pak Rejo berniat menukar kerbau miliknya dengan kambing
itu. “Ah, aku akan menukar kerbau ini dengan kambing itu. Kambing dapat beranak
lebih cepat dari kerbau dan aku tidak perlu kandang besar untuk memeliharanya,”
gumam Pak Rejo. “Bagaimana kalau aku menukar kambingmu dengan kerbau ini?” kata
Pak Rejo. “Tentu saja boleh!” balas pemilik kambing. Pak Rejo berpikir sejenak,
kemudian Pak Rejo meneruskan langkahnya ke pasar. Ia kemudian bertemu orang
yang membawa ayam. Pak Rejo berpikir, ayam akan menghasilkan banyak telur,
sehingga ia dapat makan telur ayam setiap hari. Apabila telur-telur itu
ditetaskan, pasti ia akan memiliki banyak ayam. Akhirnya Pak Rejo menukarkan
kambing yang dibawanya dengan ayam.
Pak Rejo
sangat senang dan ia pulang ke rumah. Sampai di rumah, ia menceritakan
perjalanannya dari rumah ke pasar pada istrinya. Istrinya marah dan berkata
bahwa Pak Rejo dungu. Tetapi Pak Rejo tidak menghiraukan istrinya, dan merawat
ayam itu. Suatu hari, ayam Pak Rejo bertelur. Setelah Pak Rejo pergi ke kandang
untuk mengambil telur ayam, Pak Rejo heran karena telur itu adalah telur emas.
Setiap hari ayam itu terus bertelur emas. Pak Rejo menukar telur emas itu
dengan perangkat rumah dan ia menjadi orang terkaya di kampungnya. Pak Rejo
beryukur pada Tuhan atas kemurahan-Nya.
No comments:
Post a Comment