Saturday, August 7, 2021

Pendidikan Kewirausahaan di Lingkungan Sekolah


Pendidikan kewirausahaan, dilihat dari siapa yang bertanggung jawab banyak pendapat

mengatakan bahwa pendidikan kewirausahaan menjadi tanggung jawab bersama antara

keluarga, masyarakat dan pemerintah, karena itu pendidikan berlangsung seumur hidup

dan dilaksanakan di dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat (Guruvalah

2003 :1).

Pendidikan kita terdiri atas tiga bagian. Pertama, pendidikan informal (keluarga),

formal (sekolah) dan nonformal (masyarakat). Dilihat dari sasaran yang ingin dicapai,

sasaran pendidikan kita adalah pembentukan aspek kognitif (intelektual), afektif (sikap

mental atau moral) dan psikomotorik (skill/keterampilan). Pada umumnya sekolah

sebagai lembaga pendidikan dan merupakan pusat kegiatan belajar mengajar dijadikan

tumpuan dan harapan orang tua, keluarga, masyarakat, bahkan pemerintah. Karena itu,

sekolah senantiasa memberikan pelayanan pendidikan, pengajaran, dan pelatihan yang

bersifat ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), pembentukan sikap dan keterampilan

bagi peserta didik termasuk sikap mental wirausaha. Dalam praktik di sekolah, untuk

menanamkan nilai-nilai kewirausahaan pada peserta didik ada beberapa hal yang

dapat dilakukan antara lain:

1) Pembenahan dalam Kurikulum

Pembenahan kurikulum dalam rangka menginternalisasikan nilai-nilai

kewirausahaan yang mampu membentuk karakter wirausaha pada peserta didik

dapat dilakukan dengan cara melengkapi materi kurikulum yang telah ada dengan

bidang studi kewirausahaan khususnya di SMK, dan mengintegrasikan nilai-nilai

wirausaha kedalam silabus dan RPP. (Lihat contoh Silabus dan RPP dalam

lampiran 1 dan 2).

2) Peningkatkan Peran Sekolah dalam Mempersiapkan Wirausaha.

Hakikat persiapan manusia wirausaha adalah dalam segi penempaan karakter

wirausaha. Dengan perkataan lain, persiapan manusia wirausaha terletak pada

penempaan semua daya kekuatan pribadi manusia itu untuk menjadikannya dinamis

dan kreatif, di samping mampu berusaha untuk hidup maju dan berprestasi.

Manusia yang semacam itu yang menunjukkan ciri-ciri wirausaha. Seperti telah

dikemukakan pada paparan di atas bahwa salah satu ciri manusia wirausaha adalah

memiliki ciri-ciri kepribadian yang kuat. Untuk dapat menginternalisasikan nilainilai

kewirausahaan pada diri peserta didik diperlukan peran sekolah secara aktif.

Misal, guru akan menerapkan integrasi nilai kreatif, inovatif, dan berani

menanggung resiko dalam pembelajaran KD produksi, konsumsi, dan distribusi.

3) Pembenahan dalam Pengorganisasian Proses Pembelajaran

Pembelajaran di Indonesia telah mengalami berbagai macam pembaharuan,

termasuk juga dalam pengorganisasian pengalaman belajar peserta didik. Agar

peserta didik mengalami perkembangan pribadi yang integratif, dinamis dan kreatif,

ada pembenahan lebih lanjut dalam hal pengorganisasian pengalaman belajar

peserta didik. Hal ini tidak berarti bahwa pengorganisasian yang sudah berlaku di

sekolah itu harus ditinggalkan. Pengorganisasian yang sudah ada biar berlangsung

terus, yang penting perlu dicari cara pengorganisasian lain untuk menunjang proses

pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk aktif belajar

dari pengalaman hidup sehari-hari di dalam masyarakat. Selain itu alternatif lain

untuk mengembangkan organisasi pengalaman belajar peserta didik adalah

pelaksanaan pembelajaran yang berbasis unit produksi. Sebagai contoh pada

pembelajaran materi produksi, anak dilatih keterampilan untuk memproduksi.

Selanjutnya, hasil produksi dititipan dalam unit produksi di sekolah untuk

digunakan sebagai latihan menjual pada saat penyampaian materi distribusi. Bentuk

ini bukanya mengganti pengorganisasian yang sudah ada melainkan sebagai variasi

pengalaman belajar peserta didik.

4) Pembenahan Proses Kelompok

Hubungan pribadi antar peserta didik di dalam kelas mempunyai pengaruh terhadap

belajar mereka. Aktivitas belajar anak dapat dipengaruhi oleh perasaannya tentang

diri sendiri dalam hubungannya dengan guru-guru serta temantemannya.

Pertumbuhan anak banyak tergantung pada suasana emosional dari

kelompok kelasnya. Proses-proses kelompok di kelas bukan hanya mempengaruhi

perasaan dan sikap para peserta didik, tetapi juga mempengaruhi hasil belajar

mereka. Hal ini guru dituntut untuk berusaha mengadakan modifikasi-modifikasi

terhadap proses-proses kelompok peserta didik di dalam kelas agar tumbuh

kembang nilai-nilai kewirausahaan pada diri peserta didik. Contoh: pembentukan

diskusi kelompok memperlihatkan heterogenitas di dalam kelompok. Setiap

kelompok sebaiknya terdiri dari peserta didik yang banyak bicara, peserta didik

yang diam, peserta didik yang banyak ide, dan peserta didik yang pasif, sehingga

akan terjadi perpaduan dalam pengalaman belajar.

5) Pembenahan pada Diri Guru

Sebelum guru melaksanakan pembelajaran di kelas dengan mengintegrasikan nilainilai

kewirausahaan, terlebih dahulu guru juga dilatih kewirausahaan terutama yang

terkait dengan penanaman nilai-nilai dan ketrampilan/skill wirausaha. Akan lebih

baik lagi jika guru juga memiliki pengalaman empiris di dalam mengelola bisnis

usaha Pendidikan kewirausahaan juga bisa dilaksanakan melalui kegiatan

ekstrakurikuler, yang melatih peserta didik mengembangkan usaha yang terkait

dengan bakat dan minat peserta didik. Peran guru adalah mengkomunikasikan

potensi dan cita-cita secara jelas sehingga dapat menginspirasi setiap peserta didik

untuk dapat melihat jiwa kewirausahaan dalam dirinya.

No comments:

Post a Comment

Mekanisme Kontraksi Otot

  Pada tingkat molekular kontraksi otot adalah serangkaian peristiwa fisiokimia antara filamen aktin dan myosin.Kontraksi otot terjadi per...

Blog Archive