Friday, December 31, 2021

KETERAMPILAN BERBICARA PADA ANAK USIA DINI

 

A. Pendahuluan

Salah satu aspek pengembangan pada anak usia dini adalah kemampun berbahasa. Menurut Meggit (2013:7) Bahasa adalah system terstruktur yang mentransmisikan makna. Bahasa biasanya dikomunikasikan melalui lisan, tetapi juga dapat melalui tulisan atau isyarat. Lebih lanjut Meggit menjelaskan kemampuan berbahasa adalah salah satu aspek pengembangan anak usia dini, kemampuan berbahasa dapat berkembang bila dirangsang melalui berbicara, mendengarkan, membaca, menulis, berdiskusi dan bercerita.

Salah satu komponen kemampuan berbahasa yang termasuk dalam lingkup perkembangan mengungkapkan bahasa ialah keterampilan berbicara. Keterampilan berbicara merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang harus dimiliki oleh anak karena berbicara sebagai salah satu komponen kemampuan berbahasa mempunyai peran yang sangat penting dalam berkomunikasi terutama komunikasi secara lisan. Sebagaimana dikemukakan oleh Hurlock (1978:176) berbicara adalah bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi atau kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan maksud.

Berbicara adalah bagian dari kemampuan berbahasa. Dhieni et al. (2008:3.4) menjelaskan bahwa perkembangan bahasa anak meliputi menyimak, berbicara, membaca, menulis. Karena itu keterampilan berbicara perlu dikuasai oleh anak usia dini. Menurut Dhieni et al. (2008:46), ada beberapa faktor yang dapat dijadikan ukuran kemampuan berbicara seseorang, yang terdiri dari aspek kebahasaan dan non kebahasaan. Aspek kebahasaan meliputi :

1.      Ketepatan ucapan

2.      Penempatan tekanan, nada, sendi dan durasi yang sesuai

3.      Pilihan kata

4.      Ketepatan sasaran

Aspek non kebahasaan meliputi :

1.      Sikap tubuh, pandangan, bahasa, bahasa tubuh, dan mimik yang tepat

2.      Kesediaan menghargai pembicaraan maupun gagasan orang lain

3.      Kenyaringan suara dan kelancaran bicara

4.      Relevansi, penalaran dan penguasaan terhadap topik tertentu.

Pengembangan berbicara anak sangat penting untuk dikembangkan, karena perkembangan bahasa dan perilaku yang dilakukannya dapat diketahui dengan mengamati perkembangan berbicara anak. Pengembangan bicara merupakan suatu hal yang esensial dan sangat dibutuhkan oleh anak, sebab pengembangan bicara itu sangat berguna bagi anak untuk memperlancar kemampuan dan keterampilan berbicara anak itu sendiri.

Pada anak usia dini khususnya anak Taman Kanak-Kanak, kemampuan berbahasa yang umum dan efektif digunakan adalah berbicara. Hal ini selaras dengan karakteristik umum kemampuan bahasa pada anak usia tersebut. Karakteristik ini meliputi kemampuan anak untuk dapat berbicara dengan baik, melaksanakan tiga perintah lisan secara berurutan dengan benar, mendengarkan dan menceritakan kembali cerita sederhana dengan urutan yang mudah dipahami, membandingkan dua hal, memahami konsep timbal balik, menyusun kalimat, mengucapkan lebih dari tiga kalimat, dan mengenal tulisan sederhana (Dhieni, 2005: 3-7).

Anak usia Taman Kanak-Kanak mempunyai karakteristik khusus dalam kemampuan berbahasa atau berbicara, antara lain sudah dapat bicara lancar dengan kalimat sederhana, mengenal sejumlah kosakata, menjawab dan membuat pertanyaan sederhana, serta menceritakan kembali isi cerita. Nurbiana Dhieni (2005: 3.8) menyebutkan bahwa untuk mengembangkan keterampilan berbicara anak membutuhkan reinforcement (penguat), reward (hadiah, pujian), stimulasi, dan model atau contoh yang baik dari orang dewasa agar keterampilan berbicaranya dapat berkembang secara maksimal.

Tidak seperti orang dewasa yang dapat menguasai keterampilan berbicara dalam waktu cepat, anak-anak perlu waktu lebih lama untuk dapat membiasakan telinganya mendengar, membiasakan mulutnya mengucapkan kata-kata baru, serta membiasakan menggunakan bahasa tubuh dan mimik muka yang tepat ketika berbicara. Hal ini berkaitan pula dengan masing-masing kemampuan anak dan faktor luar sebagai pendukung anak dalam meningkatkan keterampilan berbicara.

Sayangnya keterampilan berbicara kurang mendapatkan perhatian dalam proses belajar mengajar. Kebanyakan pengajar lebih memfokuskan pada keterampilan membaca dan menulis. Akibatnya perbendaharaan kata anak masih terbatas dan kurang mampu mengungkapkan ide dan gagasan ketika menjawab pertanyaan guru. Tidak jarang anak juga merasa belum paham dengan apa yang dibicarakannya, serta berbicara tanpa disertai dengan mimik muka yang tepat.

 

B. Pembahasan

1. Pengertian Berbicara

Berbicara merupakan tuntutan kebutuhan manusia dalam menjalani kehidupannya. Berbicara secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud (ide, pikiran,gagasan, atau isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain (Depdikbud dalam Suhartono, 2005:20).

Pengertian berbicara secara khusus banyak dikemukakan oleh pakar. Tarigan (1985:15) mengemukakan, bicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Lebih jauh lagi berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neorologis, semantik dan linguistic sedemikian ekstensif secara luas sehingga dapat dianggap sebagai alat manusia yang paling penting bagi kontrol sosial. Sementara itu menurut Hurlock (1991:176) bicara adalah bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi atau kata-kata untuk menyampaikan maksud.

Berbicara merupakan salah satu keterampilan perkembangan bahasa yang berkembang dalam kehidupan anak. Aktivitas berbicara pada anak dimulai melalui keterampilan menyimak sejak masih bayi, dimulai dengan mengucapkan bunyi-bunyi dan menirukan kata-kata yang didengarnya. Linguis (Tarigan, 2008:3) mengatakan bahwa “speaking is language”, karena berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada masa tersebutlah kemampuan bicara dipelajari.

Lebih lanjut Satriana (Darujannah,2011:4) mengemukakan :

Berbicara merupakan proses dalam mengekspresikan keinginan atau menyampaikan informasi melalui suara kepada orang lain, yang mempunyai unsur fonologi, morfologi, sintaksis, semantic dan progmatik bahasa.

         Hariyadi dan Zamzam (Suhartono, 2005:20) menambahkan, berbicara pada hakikatnya merupakan suatu proses berkomunikasi, sebab di dalamnya terdapat pesan dari suatu sumber ke tempat lain.

         Dari beberapa pengertian di atas dapat diartikan bahwa berbicara adalah sarana komunikasi paling efektif dalam menyampaikan maksud seseorang baik secara lisan maupun non lisan supaya dapat dipahami orang lain. Karena penulisan ini memfokuskan kepada kemampuan berbicara anak, maka yang dimaksud bicara anak adalah suatu penyampaian maksud tertentu dengan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa supaya bunyi tersebut dapat dipahami oleh orang yang ada dan mendengar disekitarnya. Perkembangan berbicara pada anak dapat dilihat dari pengucapan kosa katanya yang terus bertambah, berbicara dalam bentuk percakapan yang lebih panjang dan terarah sesuai dengan apa yang dibicarakan.

      2. Perkembangan Bicara Anak

         Proses perkembangan terus berlangsung sepanjang hayat. Ada lima tahap perkembangan bicara anak menurut Zuchdi dan Budiasih (Suhartono, 2005:41).

1.      Mengucapkan satu kalimat satu kata, anak berumur kira-kira satu tahun;

2.      Mengucapkan satu kalimat dua kata, yaitu anak berumur dua tahun;

3.      Mengucapkan satu kalimat dengan lebih dari dua kata, anak yang lebih dari tiga tahun keatas;

4.      Kalimat yang diucapkan pendek dan jenisnya berbeda beda;

5.      Membuat kalimat panjang dengan berbagai variasi, setelah anak memasuki taman kanak-kanak.

         Bayi mulai memperoleh bahasa ketika berumur kurang dari satu tahun, sebelum dapat mengucapkan satu kata, atau anak bisa bicara kalimat dalam satu kata. Mereka memperhatikan muka orang dewasa dan menanggapi orang dewasa, meskipun sebenarnya belum memahami apa yang diucapkan oleh orang dewasa tersebut. Bahkan anak belum dapat membedakan kelas kata seperti kata sifat, kata benda, kata kerja dan sebagainya.

         Selanjutnya ketika berumur satu tahun, bayi mulai mengoceh, bermain dengan bunyi seperti halnya bermain dengan jari-jari tangan dan jari-jari kakinya. Bayi mulai dapat mengucapkan beberapa kata, bentuk ucapan yang digunakan hanya satu kata, kata-katanya sederhana yaitu mudah diucapkan dan memiliki arti kongkrit. Perkembangan fonolis mulai tampak pada periode ini, begitu juga perkembangan semantik yaitu pengenalan makna oleh anak.

         Perkembangan selanjutnya anak bisa mengucapkan kalimat dua kata. Kalimat dua kata ini muncul kira-kira ketika anak berumur dua tahun, setelah anak mengetahui kurang lebih lima puluh kata, kebanyakan anak mulai mencapai tahap kombinasi dua kata. Kata-kata yang diucapkan ketika mencapai tahap satu kata dikombinasikan dalam ucapan-ucapan pendek tanpa tahu kata petunjuk, kata depan, atau bentuk-bentuk lain yang seharusnya diucapkan. Contoh anak mengucapkan satu kalimat dua kata yaitu “Ma, makan” yang artinya mama saya minta makan.

         Pada waktu anak mulai masuk taman kanak-kanak, anak telah memiliki sejumlah besar kosa kata. Mereka sudah dapat membuat pertanyaan negative, kalimat majemuk, dan berbagai bentuk kalimat. Kematangan berbicara anak ada hubungannya dengan latar belakang orangtua anak dan perkembangan di taman kanak-kanak.

         Mieke Prok-Boerna (Tiel, 2008:177) membagi periode perkembangan bicara menjadi periode praverbal dan periode verbal. Periode praverbal menurutnya merupakan periode yang sangat penting, yang dibaginya menjadi beberapa periode diantaranya:

1. Minggu ke- 0-6 : menangis

2. Minggu ke- 6 hingga bulan ke- 4 : vokalisasi : ah, uh

3. Bulan ke- 4-8 : babbling (bunyian vocal terus menerus), misalnya : gagagagagaa, aaaaaa, tatatatata. Pada periode ini bunyi bahasa ibu juga diproduksinya. Anak akan mengikuti apa yang ibu ucapkan, sambil ia mengikuti ucapan ibu atau pengasuhnya, segera akan mengucapkan papa, mama.

4. Bulan ke- 8-12 : social babbling, yaitu mengoceh dengan cara dimana pola bunyian dan sekitarnya akan diambil alih, ia akan melakukan imitasi pola bunyi kalimat. Pola bunyian yang tidak termasuk bahasa ibu akan segera hilang. Kemudian anak akan mendengarkan, mengoceh dan mengikuti terus menerus hingga terjadilah pemahaman pola kata-kata dan penggunaan kata-kata. Setelah itu pemahaman kata akan dengan sendirinya diucapkan.

Periode verbal mempunyai beberapa fase yaitu :

1. Bulan ke- 2-15 : merupakan kalimat satu kata. Anak akan menanyakan nama-nama segala sesuatu dengan cara menunjuk dan dengan cara tertentu ia menyebutkannya kembali. Misalnya anak mengucapkan ‘mobil’ yang maksudnya adalah : “ saya minta sebuah mobil”.

2. Bulan ke- 15-2 tahun : fase kalimat dua kata. Anak usia 2 tahun biasanya sudah mempunyai 270 kata. Mulai bertanya dengan intonasi bertanya, menyangkal dengan kata-kata. Banyak kata-kata yang masih terpotong, misalnya ‘minum’ menjadi ‘mium”.

3. Usia 2-3 tahun merupakan fase kalimat dengan banyak kata. Kalimat terdiri dari kata benda dan kata kerja. Apa yang diucapkan lebih ke arti atau maksud kalimat yang diucapkan, namun belum dalam bentuk kalimat yang benar. Mulai menggunakan bentuk kamu dan saya dan kadang ia masih menggunakan bentuk kamu ketika berkata pada dirinya sendiri, misalnya “mana bonekamu?”, padahal maksudnya “dimana boneka itu saya simpan?”.

4. Usia 3-4 tahun : anak mulai mengerti berbagai hal, dan banyak bercerita. Ia sudah bisa mengucapkan bunyi berbagai huruf kecuali s dan r. masih ada beberapa kesalahan dengan pengucapan kata sambung, tetapi sudah bisa berbicara dengan aturan sebuah kalimat termasuk urutan kata, imbuhan dan pemotongan kalimat. Kata jamak juga bisa dibentuk.

5. Usia 4-6 tahun : anak-anak semakin baik mengucapkan berbagai huruf, juga untuk huruf-huruf yang sulit seperti r dan s. ia juga semakin baik dengan aturan pembuat kalimat, termasuk penggunaan kata penghubung; dan, tapi atau sebab. Dalam usia ini anak mulai menyampaikan pemikiran dari abstraksinya.

Dari beberapa pemaparan diatas menunjukan bahwa setiap anak dengan rentang usia yang berbeda memiliki karakteristik kemampuan berbicara yang berbeda. Semua kemampuan berbicara tersebut dapat berkembang dengan baik bila mendapatkan stimulasi yang baik sejak usia dini. Latihan dan lingkungan yang mendukung membuat kemampuan berbicara anak berkembang baik seperti yang ditegaskan oleh Hurlock (1990:183) bahwa keterampilan berbicara dapat dipelajari melalui metode pelatihan (training), metode coba dan ralat (trial and error). Selain itu Hurlock (1990:185) menegaskan bahwa :

Cara yang paling baik untuk membimbing belajar berbicara adalah pertama menyediakan model yang baik, kedua mengatakan kata-kata dengan perlahan dan cukup jelas sehingga anak dapat memahaminya, dan ketiga memberikan bantuan mengikuti model tersebut dengan membetulkan setiap kesalahan yang mungkin dibuat anak dalam meniru model tersebut.

 

3. Tujuan Berbicara

Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, maka seyogyanyalah sang pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan. Pembicara harus mampu mengevalusai efek komunikasinya terhadap pendengarnya dan pembicara harus mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segaala situasi pebicaraan, baik secara umum maupun secara perorangan.

Secara umum tujuan pengembangan bicara anak usia dini yaitu agar anak mampu mengungkapkan isi hatinya (pendapat,sikap) secara lisan dengan lafal yang tepat utuk kepentingan berkomunikasi (Suhartono, 2005:123)

Tarigan (2008:16) mengemukakan “tujuan umum berbicara yaitu memberitahukan, melaporkan, menjamu, menghibur, membujuk, mengajak, mendesak dan meyakinkan”, selain itu tujuan umum berbicara yaitu :

a.       Sebagai pemuas kebutuhan dan keinginan. Dengan berbicara anak mudah untuk menjelaskan kebutuhan dan keinginannya tanpa harus menunggu orang lain mengerti tangisan, gerak tubuh atau ekspresi wajahnya. Dengan demikian kemampuan berbicara dapat mengurangi frustasi anak yang disebabkan oleh orangtua atau lingkungannya yang tidak mengerti dengan apa yang dimaksudkan anak.

b.      Sebagai alat untuk menarik perhatian orang lain. Dengan melalui keterampilan berbicara anak dapat berpendapat bahwa perhatian orang lain terhadapnya mudah diperoleh melalui berbagai pertanyaan yang diajukan kepada orangtua misalnya apabila anak dilarang mengucapkan kata-kata yang tidak pantas. Di samping itu berbicara juga dapat digunakan untuk menyampaikan berbagai ide, sekalipun seringkali tidak masuk akal bagi orangtua dan bahkan dengan mempergunakan keterampilan berbicara anak dapat mendominasi situasi sehingga terdapat komunikasi yang baik antara anak dan teman bicaranya.

c.       Sebagai alat untuk membina hubungan sosial. Kemampuan anak berkomunikasi dengan orang lain merupakan syarat penting untuk dapat menjadi bagian dari kelompok di lingkungannya. Dengan keterampilan berkomunikasi anak-anak lebih mudah diterima oleh kelompok sebayanya dan dapat memperoleh kesempatan lebih banyak untuk mendapatkan peran sebagai pemimpin dalam suatu kelompok. Jika dibandingkan dengan anak yang kurang terampil atau tidak memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik.

d.      Sebagai alat untuk mengevaluasi diri sendiri. Dari pernyataan orang lain anak dapat mengetahui bagaimna perasaan dan pendapat orang tersebut terhadap sesuatu yang telah dikatakannya. Di samping anak juga mendapat kesan bagaimana lingkungan menilai dirinya. Dengan kata lain anak dapat mengevaluasi diri melalui orang lain.

e.       Untuk dapat mempengaruhi pikiran dan perasaan orang lain. Anak yang suka berkomentar, menyakiti atau mengucapkan sesuatu yang tidak menyenangkan tentang orang lain dapat menyebabkan anak tidak popular atau tidak disenangi di lingkungannya. Sebaliknya bagi anak yang suka mengucapkan kata-kata yang menyenangkan dapat merupakan modal utama anak untuk dapat diterima dan mendapat simpati di lingkungannya.

f.       Untuk mempengaruhi perilaku orang lain. Dengan kemampuan berbicara yang baik dan penuh rasa percaya diri, anak dapat mempengaruhi orang lain atau teman sebayanya yang berperilaku kurang baik menjadi teman yang bersopan santun. Kemampuan dan keterampilan berbicara yang baik juga dapat merupakan modal utama bagi anak untuk menjadi pemimpin di lingkungannya karena teman sebayanya menaruh kepercayan dan akan bersimpati kepadanya.

      Dari beberapa pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa bagi anak berbicara bukan hanya sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai alat untuk menjelaskan kebutuhan dan keinginannya, sebagai alat untuk menarik perhatian, sebagai alat untuk membina hubungan sosial, sebagai alat untuk menilai dirinya sendiri, dan sebagai alat untuk mempengaruhi pikiran dan perasaan orang lain, serta mempengaruhi perilaku orang lain.

     

C. Kesimpulan

Dari pernyataan-pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa tahapan keterampilan berbicara pada anak dimulai dari berceloteh, lalu mengucapkan kata-kata yang anak masih belum mengetahui artinya, selanjutnya anak dapat mengucapkan kata-kata yang anak mulai mengerti arti kata yang diucapkannya dan dapat dimengerti orang lain, seperti anak berbicara “ibu guru aku mau minum” yang berarti anak menginginkan meminum air dan memberitahukan keinginan tersebut pada gurunya. Selanjutnya dengan sering anak berinteraksi dengan teman dan gurunya,maka tahapan berbicara anak semakin kompleks.

.

 

DAFTAR PUSTAKA

Fazriah Lia Laelatul. (2011). Penggunaan Media Maket dengan Metode Bercerita Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara (Skripsi, Universitas Pendidikan Indonesia, 2011, tidak diterbitkan)

Hamalik. (1995). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Harseno Sofyan. (2010).   Artikel Perkembangan Berbicara (Bahasa) Pada Anak. [Online]. Tersedia: http://wdukasi kompasindoana.com.

Suhartono. (2005). Pengembangan Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini. Jakarta: DIKTI

Suprayekti. (2003). Interaksi Belajar Mengajar. Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan

Suryani. (2010). Makalah Perkembangan Berbicara Pada Anak Usia Dini.[Online] Tersedia:http://www.adeirmasuryani.wordpress.com.

Tarigan. (1985). Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa

Tarigan & Tarigan (1988). Teknik Pengajaran Keterampilan Berbicara. Bandung: Angkasa

Trigonalword. (2013). Pengertian Menyimak, Berbicara dan Membaca. www.trigonalword.com.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Wibowo, Agus. (2012). Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

 

No comments:

Post a Comment

Mekanisme Kontraksi Otot

  Pada tingkat molekular kontraksi otot adalah serangkaian peristiwa fisiokimia antara filamen aktin dan myosin.Kontraksi otot terjadi per...

Blog Archive