A. Pendahuluan
Salah satu aspek pengembangan pada anak usia dini adalah
kemampun berbahasa. Menurut Meggit (2013:7) Bahasa adalah system
terstruktur yang mentransmisikan makna. Bahasa biasanya dikomunikasikan melalui
lisan, tetapi juga dapat melalui tulisan atau isyarat. Lebih lanjut Meggit
menjelaskan kemampuan berbahasa adalah salah satu aspek pengembangan anak usia
dini, kemampuan berbahasa dapat berkembang bila dirangsang melalui berbicara,
mendengarkan, membaca, menulis, berdiskusi dan bercerita.
Salah satu komponen kemampuan
berbahasa yang termasuk dalam lingkup perkembangan mengungkapkan bahasa ialah
keterampilan berbicara. Keterampilan berbicara merupakan salah satu kemampuan
berbahasa yang harus dimiliki oleh anak karena berbicara sebagai salah satu
komponen kemampuan berbahasa mempunyai peran yang sangat penting dalam
berkomunikasi terutama komunikasi secara lisan. Sebagaimana dikemukakan oleh
Hurlock (1978:176) berbicara adalah bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi
atau kata-kata yang digunakan untuk menyampaikan maksud.
Berbicara adalah bagian dari
kemampuan berbahasa. Dhieni et al. (2008:3.4)
menjelaskan bahwa perkembangan bahasa anak meliputi menyimak, berbicara,
membaca, menulis. Karena itu keterampilan berbicara perlu dikuasai oleh anak
usia dini. Menurut Dhieni et al.
(2008:46), ada beberapa faktor yang dapat dijadikan ukuran kemampuan berbicara
seseorang, yang terdiri dari aspek kebahasaan dan non kebahasaan. Aspek
kebahasaan meliputi :
1. Ketepatan
ucapan
2. Penempatan
tekanan, nada, sendi dan durasi yang sesuai
3. Pilihan
kata
4. Ketepatan
sasaran
Aspek non kebahasaan meliputi :
1. Sikap
tubuh, pandangan, bahasa, bahasa tubuh, dan mimik yang tepat
2. Kesediaan
menghargai pembicaraan maupun gagasan orang lain
3. Kenyaringan
suara dan kelancaran bicara
4. Relevansi,
penalaran dan penguasaan terhadap topik tertentu.
Pengembangan berbicara anak sangat penting untuk
dikembangkan, karena perkembangan bahasa dan perilaku yang dilakukannya dapat
diketahui dengan mengamati perkembangan berbicara anak. Pengembangan bicara merupakan
suatu hal yang esensial dan sangat dibutuhkan oleh anak, sebab pengembangan
bicara itu sangat berguna bagi anak untuk memperlancar kemampuan dan
keterampilan berbicara anak itu sendiri.
Pada anak usia dini khususnya anak Taman Kanak-Kanak, kemampuan
berbahasa yang umum dan efektif digunakan adalah berbicara. Hal ini selaras
dengan karakteristik umum kemampuan bahasa pada anak usia tersebut.
Karakteristik ini meliputi kemampuan anak untuk dapat berbicara dengan baik,
melaksanakan tiga perintah lisan secara berurutan dengan benar, mendengarkan
dan menceritakan kembali cerita sederhana dengan urutan yang mudah dipahami,
membandingkan dua hal, memahami konsep timbal balik, menyusun kalimat,
mengucapkan lebih dari tiga kalimat, dan mengenal tulisan sederhana (Dhieni,
2005: 3-7).
Anak usia Taman Kanak-Kanak mempunyai karakteristik khusus
dalam kemampuan berbahasa atau berbicara, antara lain sudah dapat bicara lancar
dengan kalimat sederhana, mengenal sejumlah kosakata, menjawab dan membuat
pertanyaan sederhana, serta menceritakan kembali isi cerita. Nurbiana Dhieni
(2005: 3.8) menyebutkan bahwa untuk mengembangkan keterampilan berbicara anak
membutuhkan reinforcement (penguat), reward (hadiah, pujian), stimulasi, dan
model atau contoh yang baik dari orang dewasa agar keterampilan berbicaranya
dapat berkembang secara maksimal.
Tidak seperti orang dewasa yang dapat menguasai keterampilan
berbicara dalam waktu cepat, anak-anak perlu waktu lebih lama untuk dapat
membiasakan telinganya mendengar, membiasakan mulutnya mengucapkan kata-kata
baru, serta membiasakan menggunakan bahasa tubuh dan mimik muka yang tepat
ketika berbicara. Hal ini berkaitan pula dengan masing-masing kemampuan anak
dan faktor luar sebagai pendukung anak dalam meningkatkan keterampilan berbicara.
Sayangnya keterampilan
berbicara kurang mendapatkan perhatian dalam proses belajar mengajar.
Kebanyakan pengajar lebih memfokuskan pada keterampilan membaca dan menulis.
Akibatnya perbendaharaan kata anak masih terbatas dan kurang mampu mengungkapkan
ide dan gagasan ketika menjawab pertanyaan guru. Tidak jarang anak juga merasa
belum paham dengan apa yang dibicarakannya, serta berbicara tanpa disertai
dengan mimik muka yang tepat.
B. Pembahasan
1. Pengertian Berbicara
Berbicara
merupakan tuntutan kebutuhan manusia dalam menjalani kehidupannya. Berbicara
secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud (ide, pikiran,gagasan,
atau isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan
sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain (Depdikbud dalam
Suhartono, 2005:20).
Pengertian
berbicara secara khusus banyak dikemukakan oleh pakar. Tarigan (1985:15)
mengemukakan, bicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau
kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan
dan perasaan. Lebih jauh lagi berbicara merupakan suatu bentuk perilaku manusia
yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neorologis, semantik dan
linguistic sedemikian ekstensif secara luas sehingga dapat dianggap sebagai
alat manusia yang paling penting bagi kontrol sosial. Sementara itu menurut
Hurlock (1991:176) bicara adalah bentuk bahasa yang menggunakan artikulasi atau
kata-kata untuk menyampaikan maksud.
Berbicara
merupakan salah satu keterampilan perkembangan bahasa yang berkembang dalam
kehidupan anak. Aktivitas berbicara pada anak dimulai melalui keterampilan
menyimak sejak masih bayi, dimulai dengan mengucapkan bunyi-bunyi dan menirukan
kata-kata yang didengarnya. Linguis (Tarigan, 2008:3) mengatakan bahwa “speaking is language”, karena berbicara
adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak yang
hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada masa tersebutlah kemampuan
bicara dipelajari.
Lebih lanjut
Satriana (Darujannah,2011:4) mengemukakan :
Berbicara merupakan proses dalam mengekspresikan keinginan
atau menyampaikan informasi melalui suara kepada orang lain, yang mempunyai
unsur fonologi, morfologi, sintaksis, semantic dan progmatik bahasa.
Hariyadi
dan Zamzam (Suhartono, 2005:20) menambahkan, berbicara pada hakikatnya
merupakan suatu proses berkomunikasi, sebab di dalamnya terdapat pesan dari
suatu sumber ke tempat lain.
Dari
beberapa pengertian di atas dapat diartikan bahwa berbicara adalah sarana
komunikasi paling efektif dalam menyampaikan maksud seseorang baik secara lisan
maupun non lisan supaya dapat dipahami orang lain. Karena penulisan ini
memfokuskan kepada kemampuan berbicara anak, maka yang dimaksud bicara anak
adalah suatu penyampaian maksud tertentu dengan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa
supaya bunyi tersebut dapat dipahami oleh orang yang ada dan mendengar
disekitarnya. Perkembangan berbicara pada anak dapat dilihat dari pengucapan
kosa katanya yang terus bertambah, berbicara dalam bentuk percakapan yang lebih
panjang dan terarah sesuai dengan apa yang dibicarakan.
2. Perkembangan Bicara Anak
Proses
perkembangan terus berlangsung sepanjang hayat. Ada lima tahap perkembangan
bicara anak menurut Zuchdi dan Budiasih (Suhartono, 2005:41).
1. Mengucapkan
satu kalimat satu kata, anak berumur kira-kira satu tahun;
2. Mengucapkan
satu kalimat dua kata, yaitu anak berumur dua tahun;
3. Mengucapkan
satu kalimat dengan lebih dari dua kata, anak yang lebih dari tiga tahun
keatas;
4. Kalimat
yang diucapkan pendek dan jenisnya berbeda beda;
5. Membuat
kalimat panjang dengan berbagai variasi, setelah anak memasuki taman
kanak-kanak.
Bayi
mulai memperoleh bahasa ketika berumur kurang dari satu tahun, sebelum dapat
mengucapkan satu kata, atau anak bisa bicara kalimat dalam satu kata. Mereka memperhatikan
muka orang dewasa dan menanggapi orang dewasa, meskipun sebenarnya belum
memahami apa yang diucapkan oleh orang dewasa tersebut. Bahkan anak belum dapat
membedakan kelas kata seperti kata sifat, kata benda, kata kerja dan
sebagainya.
Selanjutnya
ketika berumur satu tahun, bayi mulai mengoceh, bermain dengan bunyi seperti
halnya bermain dengan jari-jari tangan dan jari-jari kakinya. Bayi mulai dapat
mengucapkan beberapa kata, bentuk ucapan yang digunakan hanya satu kata,
kata-katanya sederhana yaitu mudah diucapkan dan memiliki arti kongkrit.
Perkembangan fonolis mulai tampak pada periode ini, begitu juga perkembangan
semantik yaitu pengenalan makna oleh anak.
Perkembangan
selanjutnya anak bisa mengucapkan kalimat dua kata. Kalimat dua kata ini muncul
kira-kira ketika anak berumur dua tahun, setelah anak mengetahui kurang lebih
lima puluh kata, kebanyakan anak mulai mencapai tahap kombinasi dua kata.
Kata-kata yang diucapkan ketika mencapai tahap satu kata dikombinasikan dalam
ucapan-ucapan pendek tanpa tahu kata petunjuk, kata depan, atau bentuk-bentuk
lain yang seharusnya diucapkan. Contoh anak mengucapkan satu kalimat dua kata
yaitu “Ma, makan” yang artinya mama saya minta makan.
Pada
waktu anak mulai masuk taman kanak-kanak, anak telah memiliki sejumlah besar
kosa kata. Mereka sudah dapat membuat pertanyaan negative, kalimat majemuk, dan
berbagai bentuk kalimat. Kematangan berbicara anak ada hubungannya dengan latar
belakang orangtua anak dan perkembangan di taman kanak-kanak.
Mieke
Prok-Boerna (Tiel, 2008:177) membagi periode perkembangan bicara menjadi
periode praverbal dan periode verbal. Periode praverbal menurutnya merupakan
periode yang sangat penting, yang dibaginya menjadi beberapa periode
diantaranya:
1. Minggu
ke- 0-6 : menangis
2. Minggu
ke- 6 hingga bulan ke- 4 : vokalisasi : ah, uh
3. Bulan
ke- 4-8 : babbling (bunyian vocal
terus menerus), misalnya : gagagagagaa, aaaaaa, tatatatata. Pada periode ini
bunyi bahasa ibu juga diproduksinya. Anak akan mengikuti apa yang ibu ucapkan,
sambil ia mengikuti ucapan ibu atau pengasuhnya, segera akan mengucapkan papa,
mama.
4. Bulan
ke- 8-12 : social babbling, yaitu
mengoceh dengan cara dimana pola bunyian dan sekitarnya akan diambil alih, ia
akan melakukan imitasi pola bunyi kalimat. Pola bunyian yang tidak termasuk
bahasa ibu akan segera hilang. Kemudian anak akan mendengarkan, mengoceh dan
mengikuti terus menerus hingga terjadilah pemahaman pola kata-kata dan
penggunaan kata-kata. Setelah itu pemahaman kata akan dengan sendirinya
diucapkan.
Periode verbal mempunyai beberapa
fase yaitu :
1. Bulan
ke- 2-15 : merupakan kalimat satu kata. Anak akan menanyakan nama-nama segala
sesuatu dengan cara menunjuk dan dengan cara tertentu ia menyebutkannya
kembali. Misalnya anak mengucapkan ‘mobil’ yang maksudnya adalah : “ saya minta
sebuah mobil”.
2. Bulan
ke- 15-2 tahun : fase kalimat dua kata. Anak usia 2 tahun biasanya sudah
mempunyai 270 kata. Mulai bertanya dengan intonasi bertanya, menyangkal dengan
kata-kata. Banyak kata-kata yang masih terpotong, misalnya ‘minum’ menjadi
‘mium”.
3. Usia
2-3 tahun merupakan fase kalimat dengan banyak kata. Kalimat terdiri dari kata
benda dan kata kerja. Apa yang diucapkan lebih ke arti atau maksud kalimat yang
diucapkan, namun belum dalam bentuk kalimat yang benar. Mulai menggunakan
bentuk kamu dan saya dan kadang ia masih menggunakan bentuk kamu ketika berkata
pada dirinya sendiri, misalnya “mana bonekamu?”, padahal maksudnya “dimana
boneka itu saya simpan?”.
4. Usia
3-4 tahun : anak mulai mengerti berbagai hal, dan banyak bercerita. Ia sudah
bisa mengucapkan bunyi berbagai huruf kecuali s dan r. masih ada beberapa
kesalahan dengan pengucapan kata sambung, tetapi sudah bisa berbicara dengan
aturan sebuah kalimat termasuk urutan kata, imbuhan dan pemotongan kalimat.
Kata jamak juga bisa dibentuk.
5. Usia
4-6 tahun : anak-anak semakin baik mengucapkan berbagai huruf, juga untuk
huruf-huruf yang sulit seperti r dan s. ia juga semakin baik dengan aturan
pembuat kalimat, termasuk penggunaan kata penghubung; dan, tapi atau sebab.
Dalam usia ini anak mulai menyampaikan pemikiran dari abstraksinya.
Dari beberapa
pemaparan diatas menunjukan bahwa setiap anak dengan rentang usia yang berbeda
memiliki karakteristik kemampuan berbicara yang berbeda. Semua kemampuan
berbicara tersebut dapat berkembang dengan baik bila mendapatkan stimulasi yang
baik sejak usia dini. Latihan dan lingkungan yang mendukung membuat kemampuan
berbicara anak berkembang baik seperti yang ditegaskan oleh Hurlock (1990:183)
bahwa keterampilan berbicara dapat dipelajari melalui metode pelatihan (training), metode coba dan ralat (trial and error). Selain itu Hurlock (1990:185) menegaskan bahwa :
Cara yang paling baik untuk membimbing belajar berbicara
adalah pertama menyediakan model yang baik, kedua mengatakan kata-kata dengan perlahan
dan cukup jelas sehingga anak dapat memahaminya, dan ketiga memberikan bantuan
mengikuti model tersebut dengan membetulkan setiap kesalahan yang mungkin
dibuat anak dalam meniru model tersebut.
3. Tujuan Berbicara
Tujuan utama dari
berbicara adalah untuk berkomunikasi agar dapat menyampaikan pikiran secara
efektif, maka seyogyanyalah sang pembicara memahami makna segala sesuatu yang
ingin dikomunikasikan. Pembicara harus mampu mengevalusai efek komunikasinya
terhadap pendengarnya dan pembicara harus mengetahui prinsip-prinsip yang
mendasari segaala situasi pebicaraan, baik secara umum maupun secara
perorangan.
Secara umum
tujuan pengembangan bicara anak usia dini yaitu agar anak mampu mengungkapkan
isi hatinya (pendapat,sikap) secara lisan dengan lafal yang tepat utuk
kepentingan berkomunikasi (Suhartono, 2005:123)
Tarigan (2008:16)
mengemukakan “tujuan umum berbicara yaitu memberitahukan, melaporkan, menjamu,
menghibur, membujuk, mengajak, mendesak dan meyakinkan”, selain itu tujuan umum
berbicara yaitu :
a. Sebagai
pemuas kebutuhan dan keinginan. Dengan berbicara anak mudah untuk menjelaskan
kebutuhan dan keinginannya tanpa harus menunggu orang lain mengerti tangisan,
gerak tubuh atau ekspresi wajahnya. Dengan demikian kemampuan berbicara dapat
mengurangi frustasi anak yang disebabkan oleh orangtua atau lingkungannya yang
tidak mengerti dengan apa yang dimaksudkan anak.
b. Sebagai
alat untuk menarik perhatian orang lain. Dengan melalui keterampilan berbicara
anak dapat berpendapat bahwa perhatian orang lain terhadapnya mudah diperoleh
melalui berbagai pertanyaan yang diajukan kepada orangtua misalnya apabila anak
dilarang mengucapkan kata-kata yang tidak pantas. Di samping itu berbicara juga
dapat digunakan untuk menyampaikan berbagai ide, sekalipun seringkali tidak
masuk akal bagi orangtua dan bahkan dengan mempergunakan keterampilan berbicara
anak dapat mendominasi situasi sehingga terdapat komunikasi yang baik antara
anak dan teman bicaranya.
c. Sebagai
alat untuk membina hubungan sosial. Kemampuan anak berkomunikasi dengan orang
lain merupakan syarat penting untuk dapat menjadi bagian dari kelompok di
lingkungannya. Dengan keterampilan berkomunikasi anak-anak lebih mudah diterima
oleh kelompok sebayanya dan dapat memperoleh kesempatan lebih banyak untuk mendapatkan
peran sebagai pemimpin dalam suatu kelompok. Jika dibandingkan dengan anak yang
kurang terampil atau tidak memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik.
d. Sebagai
alat untuk mengevaluasi diri sendiri. Dari pernyataan orang lain anak dapat
mengetahui bagaimna perasaan dan pendapat orang tersebut terhadap sesuatu yang
telah dikatakannya. Di samping anak juga mendapat kesan bagaimana lingkungan
menilai dirinya. Dengan kata lain anak dapat mengevaluasi diri melalui orang
lain.
e. Untuk
dapat mempengaruhi pikiran dan perasaan orang lain. Anak yang suka berkomentar,
menyakiti atau mengucapkan sesuatu yang tidak menyenangkan tentang orang lain
dapat menyebabkan anak tidak popular atau tidak disenangi di lingkungannya.
Sebaliknya bagi anak yang suka mengucapkan kata-kata yang menyenangkan dapat
merupakan modal utama anak untuk dapat diterima dan mendapat simpati di
lingkungannya.
f. Untuk
mempengaruhi perilaku orang lain. Dengan kemampuan berbicara yang baik dan
penuh rasa percaya diri, anak dapat mempengaruhi orang lain atau teman
sebayanya yang berperilaku kurang baik menjadi teman yang bersopan santun.
Kemampuan dan keterampilan berbicara yang baik juga dapat merupakan modal utama
bagi anak untuk menjadi pemimpin di lingkungannya karena teman sebayanya
menaruh kepercayan dan akan bersimpati kepadanya.
Dari
beberapa pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa bagi anak berbicara bukan
hanya sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai alat untuk menjelaskan
kebutuhan dan keinginannya, sebagai alat untuk menarik perhatian, sebagai alat
untuk membina hubungan sosial, sebagai alat untuk menilai dirinya sendiri, dan
sebagai alat untuk mempengaruhi pikiran dan perasaan orang lain, serta
mempengaruhi perilaku orang lain.
C. Kesimpulan
Dari
pernyataan-pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa tahapan keterampilan
berbicara pada anak dimulai dari berceloteh, lalu mengucapkan kata-kata yang
anak masih belum mengetahui artinya, selanjutnya anak dapat mengucapkan
kata-kata yang anak mulai mengerti arti kata yang diucapkannya dan dapat
dimengerti orang lain, seperti anak berbicara “ibu guru aku mau minum” yang
berarti anak menginginkan meminum air dan memberitahukan keinginan tersebut
pada gurunya. Selanjutnya dengan sering anak berinteraksi dengan teman dan
gurunya,maka tahapan berbicara anak semakin kompleks.
.
DAFTAR PUSTAKA
Fazriah
Lia Laelatul. (2011). Penggunaan Media
Maket dengan Metode Bercerita Untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara
(Skripsi, Universitas Pendidikan Indonesia, 2011, tidak diterbitkan)
Hamalik.
(1995). Kurikulum dan Pembelajaran.
Jakarta: Bumi Aksara.
Harseno
Sofyan. (2010). Artikel Perkembangan
Berbicara (Bahasa) Pada Anak. [Online]. Tersedia: http://wdukasi kompasindoana.com.
Suhartono. (2005). Pengembangan
Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini. Jakarta: DIKTI
Suprayekti.
(2003). Interaksi Belajar Mengajar.
Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan
Suryani.
(2010). Makalah Perkembangan Berbicara
Pada Anak Usia Dini.[Online] Tersedia:http://www.adeirmasuryani.wordpress.com.
Tarigan.
(1985). Berbicara Sebagai Suatu
Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
Tarigan
& Tarigan (1988). Teknik Pengajaran
Keterampilan Berbicara. Bandung: Angkasa
Trigonalword.
(2013). Pengertian Menyimak, Berbicara
dan Membaca. www.trigonalword.com.
Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Wibowo,
Agus. (2012). Pendidikan Anak Usia Dini.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
No comments:
Post a Comment