Tuesday, March 13, 2018

PENERAPAN ANALISIS KEBUTUHAN INSTRUKSIONAL




A. Konsep Kebutuhan Pembelajaran
Kesenjangan adalah sebuah permasalahan yang harus dipecahkan karena itu kesenjangan dijadikan suatu kebutuhan dalam merancang pembelajaran, sehingga pembelajaran yang dilaksanakan merupakan solusi terbaik. Bila kesenjangan tersebut dan menimbulkan efek yang besar, maka perlu diprioritaskan dalam pengatasan masalah (Dick and Carey : 1990,15 – 27 ), mencampuradukkan antara kebutuhan dan keinginan diidentikkan adalah hal yang keliru sebab menurut M. Atwi Suparman (2001 : 63) kebutuhan adalah kesenjangan antara keadaan sekarang dengan yang seharusnya dalam redaksi yang berbeda tapi sama. Morrison (2001: 27), mengatakan bahwa kebutuhan (need) diartikan sebagai kesenjangan antara apa yang diharapkan dengan kondisi yang sebenarnya, keinginan adalah harapan ke depan atau cita-cita yang terkait dengan pemecahan terhadap suatu masalah. Sedangkan analisa kebutuhan adalah alat untuk mengidentifikasi masalah guna menentukan tindakan yang tepat. (Morrison, 2001: 27)
Oleh karena itu Kaufman (1982) mengajak kita meyakini betul apa masalah yang kita hadapi (M. Atwi Suparman: 2001-63), maka jika kita mengajar hendaknya kita mengajukan kepada diri kita suatu pertanyaan apakah pemberian pembelajaran itu dapat memecahkan masalah? Pertanyaan- pertanyaan senada antara lain:
1. Apa kebutuhan yang dihadapi.
2. Apakah kebutuhan tersebut merupakan masalah.
3. Apa penyebabnya.
4. Apakah pemberian pelajaran merupakan cara yang tepat untuk memecahkan masalah.
Morrison (2001: 27) membagi fungsi analisa kebutuhan sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi kebutuhan yang relevan dengan pekerjaan atau tugas sekarang yaitu masalah apa yang mempengaruhi hasil pembelajaran.
2. Mengidentifikasi kebutuhan mendesak yang terkait dengan finansial, keamanan atau masalah lain yang menggangu pekerjaan atau lingkungan pendidikan
3. Menyajikan prioritas-prioritas untuk memilih tindakan.
4. Memberikan data basis untuk menganalisa efektifitas pembelajaran.
Ada enam macam kebutuhan yang biasa digunakan untuk merencanakan dan mengadakan analisa kebutuhan (Morrison, 2001: 28-30).
1. Kebutuhan Normatif
Membandingkan peserta didik dengan standar nasional, misal, Ebtanas, UMPTN, dan sebagainya.
2. Kebutuhan Komperatif, membandingkan peserta didik pada satu kelompok dengan kelompok lain yang selevel. Misal, hasil Ebtanas SLTP A dengan SLTP B.
3. Kebutuhan yang dirasakan, yaitu hasrat atau kinginan yang dimiliki masing-masing peserta didik yang perlu ditingkatkan. Kebutuhan ini menunjukan kesenjangan antara tingkat ketrampilan/kenyataan yang nampak dengan yang dirasakan. Cara terbaik untuk mengidentifikasi kebutuhan ini dengan cara interview.
4. Kebutuhan yang diekspresikan, yaitu kebutuhan yang dirasakan seseorang mampu diekspresikan dalam tindakan. Misal, siswa yang mendaftar sebuah kursus.
5. Kebutuhan Masa Depan, Yaitu mengidentifikasi perubahan-perubahan yang akan terjadi dimasa mendatang. Misal, penerapan teknik pembelajaran yang baru, dan sebagainya.
6. Kebutuhan Insidentil yang mendesak, yaitu faktor negatif yang muncul di luar dugaan yang sangat berpengaruh. Misal, bencana nuklir, kesalahan medis, bencana alam, dan sebagainya.

B. Melakukan Analisis Kebutuhan   
Ada empat tahap dalam melakukan analisa kebutuhan yakni perencanaan, pengumpulan data, analisa data dan menyiapkan laporan akhir.
Perencanaan : yang perlu dilakukan; membuat klasifikasi siswa, siapa yang akan terlibat dalam kegiatan dan cara pengumpulannya. (Morrison, 2001 : 32)
Pengumpulan data : perlu mempertimbangkan besar kecilnya sampel dalam penyebarannya (distribusi) (Morrison,2001 : 33).
Analisa data : setelah data terkumpul kemudian data dianalisis dengan pertimbangan : ekonomi, rangking, frequensi dan kebutuhan (ibid).
Membuat laporan akhir : dalam sebuah laporan analisa kebutuhan mencakup empat bagian; analisa tujuan, analisa proses, analisa hasil dengan table dan penjelasan singkat, rekomendasi yang terkait dengan data. (Morrison, 2001: 33-34).
Membicarakan tentang analisis tujuan tidak bisa dipisahkan dengan input yang terkait dengan masalah dan proses analisa kebutuhan.

C. Strategi Penilaian Kebutuhan.
Untuk memahami suatu kebutuhan termasuk masalah atau perlu penilaian terlebih dahulu terhadap kebutuhan yang teridentifikasi yang disebut need assessment.
Rasset menekankan pentingnya pengumpulan informasi tentang penilaian kebutuhan secara langsung dari siswa baik orang dewasa maupun siswa umum. la mengidentifikasi lima tipe pertanyaan yang berbeda-beda kelima pertanyaan tersebut:
1. Tipe pertanyaan untuk mengidentifikasi masalah siswa atau ‘leaner’ tentang seperti masalah yang sedang dihadapi.
2. Tipe  pertanyaan  yang  menanyakan  kepada  siswa  untuk mengungkapkan prioritas-prioritas diantara ketrampilan-ketrampilan yang mungkin dapat dimasukkan dalam pelajaran. Contoh : ketrampilan apa yang dibutuhkan ?
3. Tipe   pertanyaan   yang   meminta   kepada   siswa   untuk mendemonstrasikan ketrampilan tertentu. Contoh : tulislah pertanyaan dengan kalimat yang pendek
4. Tipe pertanyaan mencoba untuk mengungkapkan perasaan dan kesan siswa tentang suatu pelajaran tertentu. Contoh : apa yang menarik dari pelajaran tersebut ?
5. Tipe pertanyaan yang memberikan kepada siswa untuk menentukan pemecahan sendiri secara baik. Contoh : apa yang paling baik dilakukan untuk … ?
Harles (1975) menggambarkan partisipasi pihak-pihak yang mempunyai hubungan kerja sama untuk mengidentifikasikan kebutuhan pembelajaran yaitu siswa, pendidik, masyarakat dalam bentuk segitiga.
Atwi Suparman (2001 : 65-72) ada 8 langkah dalam mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran sebagai berikut:
Langkah 1.
Mengidentifikasi kesenjangan hasil prestasi saat ini dengan yang diidealkan. Untuk memperoleh data tersebut menggunakan cara ; membaca laporan tertulis observasi, wawancara, angket dan dokumen.
Langkah 2.
Sebelum mengambil tindakan pemecahan masalah, kesenjangan tersebut harus dinilai terlebih dahulu dari segi:
- Tingkat signifikasi pengaruhnya.
- Luas ruang lingkup.
- Pentingnya peranan kesenjangan terhadap masa depan lembaga atau program.
Langkah 3.
Yang dilakukan dalam langkah ini:
a.  Menganalisis kemungkinan penyebab kesenjangan melalui observasi,wawancara, analisa logis.
b. Memisahkan kemungkinan penyebab yang tidak berasal dari kekurangan pengetahuan, ketrampilan dan sikap untuk diserahkan penyelesaiannya kepada pihak lain.
c. Mengelompokkan kemungkinan penyebab yang berasal dari kekurangan pengetahuan ketrampilan dan sikap tertentu untuk diteruskan ke langkah 4.
Langkah 4.
Menginterview siswa untuk memisahkan antara yang sudah pernah dan yang belum memperoleh pendidikan, bagi yang sudah berpendidikan melanjutkan ke-langkah 5 dan bagi yang belum meneruskan ke-langkah 8.
Langkah 5
Bagi peserta yang sudah berpendidikan pada langkah ini dikelompokkan lagi mejadi peserta yang sering mengikuti pendidikan menuju ke-langkah 6 dan jarang mengikuti pendidikan melanjutkan ke-langkah 7.
Langkah 6.
Kelompok yang sudah sering mendapat pendidikan diberi umpan balik atas kekurangannya dan diminta untuk mempraktekkan kembali sampai dapat melakukan tugasnya seperti yang diinginkan.
Langkah 7.
Bagi kelompok yang masih jarang mengikuti pendidikan diberi kesempatan lebih banyak untuk berlatih kembali, ini perlu disupervisi dari dekat agar mencapai hasil yang diinginkan.
Langkah 8.
Untuk kelompok peserta yang belum pernah memperoleh pendidikan perlu dibuatkan intruksional yang mencakup pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan untuk diketahui peserta.
Setelah selesai pada tahapan ini dilanjutkan analisis pembelajaran, agar sistematis dan prosedural perlu diurutkan tujuan pembelajaran dari yang bersifat abstrak umum kepada tujuan yang kongkrit operasional. Langkah-langkah untuk melakukan pembelajaran ada 3 yaitu : Analisis pembelajaran, identifakasi perilaku dan karakteristik siswa.
Tulisan ini membahas:
1. Konsep dan prosedur penjabaran prilaku yang ada dalam TPU(Tujuan Pembelajaran Umum) menjadi subprilaku yang lebih kecil.
2. Mengidentifikasi hubungan antara subprilaku yang satu dengan yang lain.

Ketrampilan melakukan analisis pembelajaran penting bagi kegiatan pembelajaran, karena pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang harus diberikan lebih dulu dibanding yang lain, ini berarti pengajaran terhindar dari pemberian isi pelajaran yang tidak relevan dengan TPU (Tujuan Pembelajaran Umum)

No comments:

Post a Comment

Mekanisme Kontraksi Otot

  Pada tingkat molekular kontraksi otot adalah serangkaian peristiwa fisiokimia antara filamen aktin dan myosin.Kontraksi otot terjadi per...

Blog Archive