Sejak bergulirnya kurikulum 1994, konsep tentang pendekatan
terpadu atau disebut juga pendekatan tematik sudah mulai direkomendasikan
penerapannya terutama dalam pembelajaran bahasa Indonesia dan bahasa Inggri di
jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama
(SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Tetapi di TK dan SD pendekatan
tersebut bukan hanya yang terkait dengan bahasa, tetapi juga dengan bidang
studi lain. Penekanan penggunaan pendekatan tersebut muncul kembali pada
kurikulum 2004 dan akhirnya menjadi ketetapan dalam Standar Isi yang harus
diterapkan terutama dalam pembelajaran di kelas rendah (kelas I s.d III).
Penetapan pendekatan tematik dalam pembelajaran di kelas
rendah oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) ini tidak lepas dari
perkembangan akan konsep dari pendekatan terpadu itu sendiri. Menilik
perkembangan konsep pendekatan terpadu di Indonesia, pada saat ini model
pembelajaran yang dipelajari dan berkembang adalah model pembelajaran terpadu
yang dikemukakan oleh Fogarty.
Adapun karakteristik
dari pembelajaran tematik ini menurut Tim Pengembang PGSD (1997:3-4) adalah :
a.
Holistik
Suatu gejala atau peristiwa yang menjadi pusat
perhatian dalam pembelajaran tematik diamati dan dikaji dari beberapa bidang
studi sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak. Pembelajaran
tematik memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena dari segala sisi. Pada
gilirannya nanti, hal ini akan membuat siswa menjadi lebih arif dan bijak di
dalam
menyikapi atau menghadapi kejadian yang
ada di hadapan mereka.
b.
Bermakna
Pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek,
memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antar skemata yang dimiliki oleh
siswa, yang pada gilirannya nanti, akan memberikan dampak kebermaknaan dari
materi yang dipelajari. Kegiatan belajar mengajar menjadi lebih fungsional dan
siswa mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah-masalah
yang nyata di dalam kehidupannya.
c.
Otentik
Pembelajaran tematik memungkinkan siswa memahami
secara langsung konsep dan prinsip yang ingin dipelajari. Hal ini dikarenakan
mereka dalam belajarnya melakukan kegiatan secara langsung. Mereka memahami
dari hasil belajarnya sendiri, hasil dari interaksinya dengan fakta dan
peristiwa secara langsung, bukan sekedar hasil pemberitahuan guru. Informasi
dan pengetahuan yang diperoleh sifatnya menjadi lebih otentik. Guru lebih bersifat
sebagai fasilitator dan katalisator, sedang siswanya bertindak sebagai aktor
pencari informasi dan pengetahuan.
d.
Aktif
Pembelajaran tematik pada dasarnya dikembangkan
dengan berdasar kepada pendekatan diskoveri inkuiri. Siswa perlu terlibat
secara aktif dalam proses pembelajaran,
mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga proses evaluasi. Pembelajaran
tematik pada dasarnya dilaksanakan dengan mempertimbangkan hasrat, minat dan
kemampuan siswa. Keterlibatan siswa dalam penyusunan rencana, pelaksanaan dan
proses evaluasi mampu mewadahi pertimbanganpertimbangan di atas. Hal ini
memungkinkan siswa termotivasi untuk secara terus menerus belajar.
Model pembelajaran tematik merupakan model
pembelajaran yang pengembangannya dimulai dengan menentukan topik tertentu
sebagai tema atau topik sentral, setelah tema ditetapkan maka selanjutnya tema
itu dijadikan dasar untuk menentukan dasar sub-sub tema dari bidang studi lain
yang terkait (Fogarty,
1991 : 54). Apabila tema sudah ditentukan maka
selanjutnya tema ini dipakai sebagai dasar semua pelajaran (BSNP,2006)
Penentuan tema dapat dilakukan oleh guru melalui
tema konseptual yang cukup umum tetapi produktif. Dapat pula ditetapkan dengan
negosiasi antara guru dengan siswa, atau dengan cara diskusi sesama siswa. Alwasilah,
dkk (1998:16) menyebutkan bahwa tema dapat diambil dari konsep atau pokok
bahasan yang ada disekitar lingkungan siswa, karena itu tema dapat dikembangkan
berdasarkan minat dan kebutuhan siswa yang bergerak dari lingkungan terdekat
siswa dan selanjutnya beranjak ke lingkungan terjauh siswa.
Berikut ini beberapa syarat yang harus diperhatikan
dalam menentukan tema yang akan dijadikan payung, yaitu :
a.
Bersifat ‘fertil’ artinya tema tersebut memiliki kemungkinan keterkaitan
yang kaya dengan konsep lain. Tema yang bersifat fertil ini biasanya berupa
pola atau siklus.
b.
Tema sebaiknya dikenal oleh siswa atau bersifat familiar, sehingga siswa dapat
dengan mudah menemukan kebermaknaan dari hubungan antar konsepnya.
c.
Tema memungkinkan untuk dilakukannya eksplorasi dari objek atau kejadian nyata
dan dekat dengan lingkungan keseharian siswa sehingga pengembangan pengetahuan
dan keterampilan dapat dilakukan. Selain itu juga, tema yang diambil dari dunia
nyata memungkinkan siswa melakukan penerapan konsep serta memperoleh pengalaman
nyata.
Setelah tema tersebut disepakati, dikembangkan
sub-sub temanya dengan memperhatikan kaitannya dengan bidang-bidang studi.
Menurut BSNP (2006) setelah ditemukan tema yang berfungsi sebagai pemersatu
atau payung antar bidang studi yang dipadukan, dilakukan pemetaan dengan
membagi habis semua kompetensi dasar dan indikator berdasarkan hasil analisis
terhadap standar kompetensi dasar dan kompetensi dasar yang telah dilakukan
sebelumnya. Kemudian dibuat diagram kaitan (jaringan) antara tema dengan
kompetensi dasar dan indikator dari setiap mata pelajaran. Jaringan tema ini
selanjutnya dijabarkan dalam satuan pembelajaran yang memuat aktivitas belajar
siswa.
Pembelajaran terpadu
model berbagi (shared) dapat diterapkan pada tingkat SD sebagai alternatif
pembelajaran. Hal ini dimungkinkan karena peran guru di tingkat SD merupakan
guru kelas, yang dapat mengatur sendiri cara menyajikan beberapa pelajaran
disesuaikan dengan keterbatasan alat pelajaran, waktu, bahan ajar dan kondisi
minta dan kemampuan sisiwa. Guru dapat memilih mata pelajaran yang memiliki
tema yang sesuai dan dapat dipadukan. Tidak semua mata pelajaran dapat
dipadukan, karena guru kelas harus melakukan perencanaan yang matang dalam
melaksanakan pembelajaran model berbagi.
Pelaksanaan
pembelajaran terpadu bertolak pada topik tertentu yang dikembangkan oleh guru
dan siswa, yang dilengkapi dengan alat peraga dan lembar kerja siswa (LKS).
Sedangkan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Dalam pembelajaran terpadu model
berbagi ini berorientasi paa siswa dengan variasi sehingga kegiatan terpadu
model shared mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor yang mentujukan
pada pemahaman dan pengembangan konsep, sikap, dan ketrampilan agar lebih
bermakna dalam kegiatan evaluasi digunakan lingkungan sebagai sumber belajar.
No comments:
Post a Comment