Prof. Dr. Nurcholish Madjid
Prof. Dr. Nurcholish Madjid (lahir di Jombang, Jawa Timur,
17 Maret 1939 – meninggal di Jakarta, 29 Agustus 2005 pada umur 66
tahun) atau populer dipanggil Cak Nur, adalah seorang pemikir Islam,
cendekiawan, dan budayawan Indonesia. Pada masa mudanya sebagai aktivis &
kemudian Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Ia menjadi satu-satunya
tokoh yang pernah menjabat sebagai ketua Umum HMI selama dua periode. Ide dan
gagasannya tentang sekularisasi dan pluralisme pernah menimbulkan kontroversi
dan mendapat banyak perhatian dari berbagai kalangan masyarakat. Nurcholish
pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Penasihat Ikatan Cendekiawan Muslim
Indonesia, dan sebagai Rektor Universitas Paramadina, sampai dengan wafatnya
pada tahun 2005.
Karya buku :
·
The
issue of modernization among Muslim in Indonesia, a participant point of view dalam Gloria Davies, ed. What is Modern
Indonesia Culture (Athens, Ohio, Ohio University, 1978)
·
“Islam
In Indonesia: Challenges and Opportunities” dalam Cyriac K. Pullabilly, Ed. Islam in Modern World
(Bloomington, Indiana: Crossroads, 1982)
·
“Islam
Di Indonesia: Tantangan dan Peluang” dalam Cyriac K. Pullapilly, Edisi, Islam dalam Dunia
Modern (Bloomington, Indiana: Crossroads, 1982)
·
Khazanah
Intelektual Islam (Jakarta, Bulan
Bintang, 1982)
·
Islam,
Kemoderanan dan Keindonesiaan, (Bandung: Mizan, 1987, 1988)
·
Islam,
Doktrin dan Peradaban, (Jakarta,
Paramadina, 1992)
·
Islam,
Kerakyatan dan KeIndonesiaan, (Bandung: Mizan, 1993)
·
Pintu-pintu
menuju Tuhan, (Jakarta, Paramdina,
1994)
·
Islam,
Agama Kemanusiaan, (Jakarta,
Paramadina, 1995)
·
Islam,
Agama Peradaban, (Jakarta,
Paramadina, 1995)
·
"In
Search of Islamic Roots for Modern Pluralism: The Indonesian Experiences" dalam Mark Woodward ed., Toward a new
Paradigm, Recent Developments in Indonesian Islamic Thoughts (Tempe, Arizona:
Arizona State University, 1996)
·
Dialog
Keterbukaan, (Jakarta, Paradima,
1997)
·
Cendekiawan
dan Religious Masyarakat,
(Jakarta: Paramadina, 1999)
·
Pesan-pesan
Takwa (kumpulan khutbah Jumat di Paramadina) (Jakarta:Paramadina, --)
Yusuf al-Qaradawi
Yusuf al-Qaradawi (lahir di Shafth Turaab, Kairo, Mesir, 9
September 1926; umur 90 tahun) adalah seorang cendekiawan Muslim yang berasal
dari Mesir. Ia dikenal sebagai seorang Mujtahid pada era modern ini.Selain
sebagai seorang Mujtahid ia juga dipercaya sebagai seorang ketua majelis fatwa.
Banyak dari fatwa yang telah dikeluarkan digunakan sebagai bahan Referensi atas
permasalahan yang terjadi. Namun banyak pula yang mengkritik fatwa-fatwanya.
Lahir di sebuah desa kecil di Mesir bernama Shafth Turaab di
tengah Delta Sungai Nil, pada usia 10 tahun, ia sudah hafal al-Qur'an.
Menamatkan pendidikan di Ma'had Thantha dan Ma'had Tsanawi, Qardhawi terus
melanjutkan ke Universitas al-Azhar, Fakultas Ushuluddin. Dan lulus tahun 1952.
Tapi gelar doktornya baru ia peroleh pada tahun 1972 dengan disertasi
"Zakat dan Dampaknya Dalam Penanggulangan Kemiskinan", yang kemudian
disempurnakan menjadi Fiqh Zakat. Sebuah buku yang sangat komprehensif membahas
persoalan zakat dengan nuansa modern.
Sebab keterlambatannya meraih gelar doktor, karena dia
sempat meninggalkan Mesir akibat kejamnya rezim yang berkuasa saat itu. Ia
terpaksa menuju Qatar pada tahun 1961 dan di sana sempat mendirikan Fakultas
Syariah di Universitas Qatar. Pada saat yang sama, ia juga mendirikan Pusat
Kajian Sejarah dan Sunnah Nabi. Ia mendapat kewarganegaraan Qatar dan
menjadikan Doha sebagai tempat tinggalnya.
Dalam perjalanan hidupnya, Qardhawi pernah mengenyam
"pendidikan" penjara sejak dari mudanya. Saat Mesir dipegang Raja
Faruk, dia masuk bui tahun 1949, saat umurnya masih 23 tahun, karena
keterlibatannya dalam pergerakan Ikhwanul Muslimin. Pada April tahun 1956, ia
ditangkap lagi saat terjadi Revolusi Juni di Mesir. Bulan Oktober kembali ia
mendekam di penjara militer selama dua tahun.
Qardhawi terkenal dengan khutbah-khutbahnya yang berani
sehingga sempat dilarang sebagai khatib di sebuah masjid di daerah Zamalik.
Alasannya, khutbah-khutbahnya dinilai menciptakan opini umum tentang ketidak
adilan rezim saat itu.
Qardhawi memiliki tujuh anak. Empat putri dan tiga putra.
Sebagai seorang ulama yang sangat terbuka, dia membebaskan anak-anaknya untuk
menuntut ilmu apa saja sesuai dengan minat dan bakat serta kecenderungan
masing-masing. Dan hebatnya lagi, dia tidak membedakan pendidikan yang harus
ditempuh anak-anak perempuannya dan anak laki-lakinya.Dilihat dari beragamnya
pendidikan anak-anaknya, orang-orang bisa membaca sikap dan pandangan Qardhawi
terhadap pendidikan modern. Dari tujuh anaknya, hanya satu yang belajar di Universitas
Darul Ulum Mesir dan menempuh pendidikan agama. Sedangkan yang lainnya,
mengambil pendidikan umum dan semuanya ditempuh di luar negeri. Sebabnya ialah,
karena Qardhawi merupakan seorang ulama yang menolak pembagian ilmu secara
dikotomis.
Syekh Ahmed Hussein
Deedat
Syekh Ahmed
Hussein Deedat (lahir 1 Juli 1918 – meninggal 8 Agustus 2005 pada
umur 87 tahun) atau Ahmed Deedat atau Ahmad Deedat adalah seorang cendikiawan
Muslim dalam bidang perbandingan agama. Ia juga merupakan seorang pengarang,
dosen, dan juga orator. Ia dikenal sebagai salah satu pembicara handal dalam
debat public tentang masalah keagamaan. Pada 1957, Deedat bersama dua orang
temannya, mendirikan Islamic Propagation Centre International (IPCI) dan ia
menjadi presiden hingga 1996. Deedat wafat pada 2005 akibat stroke yang telah
dideritanya sejak tahun 1996.
Buku The
Choice: Dialog Islam-Kristen adalah buku terlaris yang ditulis oleh Ahmed
Deedat. Buku ini menyebar luas dari Afrika Selatan hingga ke Eropa, Asia,
Oceania, bahkan Amerika Utara dan Selatan.
Ahmed Deedat
menemukan sebuah buku berjudul Izharul-Haq yang berarti mengungkapkan
kebenaran. Buku ini berisi materi debat dan keberhasilan usaha-usaha umat Islam
di India yang sangat besar dalam memberikan argumen balasan kepada para
misionaris Kristen yang melakukan misi penyebaran agama Kristen dibawah
otoritas Kerajaan Inggris dan pemerintahan India. Secara khusus, ide untuk
menangani debat telah berpengaruh besar dalam diri Ahmed Deedat.
Beberapa
minggu setelah itu, Ahmed Deedat membeli Injil pertamanya dan mulai melakukan
debat dan diskusi dengan siswa-siswa misionaris. Ketika siswa misionaris
tersebut mundur dalam menghadapi argumen balik Ahmed Deedat, ia secara pribadi
memanggil guru teologi mereka dan bahkan pendeta-pendeta di daerah tersebut.
Keberhasilan-keberhasilan
ini memacu Ahmed Deedat untuk berdakwah. Bahkan perkawinan, kelahiran anak, dan
persinggahan sebentar selama tiga tahun ke Pakistan sesudah kemerdekaannya
tidak mengurangi keinginannya untuk membela Islam dari
penyimpangan-penyimpangan yang memperdayakan dari para misionaris Kristen.
Dengan
semangatnya untuk menyebarkan agama Islam, Ahmed Deedat membenamkan dirinya
pada sekumpulan kegiatan lebih dari tiga dekade yang akan datang. Ia memimpin
kelas untuk pelajaran Injil dan memberi sejumlah kuliah. Ia mendirikan
As-Salaam (Kedamaian), sebuah institut untuk melatih para da'i Islam. Ahmed
Deedat, bersama-sama dengan keluarganya, hampir seorang diri mendirikan
bangunan-bangunan termasuk masjid yang masih dikenal sampai saat ini.
Ahmed Deedat
adalah anggota awal dari Islamic Propagation Centre International (IPCI) dan
menjadi presidennya, sebuah posisi yang dipegangnya sampai tahun 1996. Ia
menerbitkan lebih dari 20 buku dan menyebarkan berjuta-juta salinan gratis. Ahmed
Deedat mengirim beribu-ribu materi kuliah ke seluruh dunia dan mendebat
pengabar-pengabar Injil pada debat umum. Beberapa ribu orang telah menjadi
Islam sebagai hasil usahanya.
Sebagai
penghargaan yang pantas untuk prestasi yang bersejarah itu, ia mendapat
penghargaaan internasional dari Raja Faisal tahun 1986. Penghargaan bergengsi
yang sangat berharga dalam dunia Islam. Dalam buku ini Deedat mengupas tuntas
perbedaan antara Islam dan Kristen. Ia mengupas habis beberapa kesalahan yang
ia temukan dalam Alkitab baik Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
No comments:
Post a Comment