Friday, June 5, 2020

MAKALAH PENTINGNYA MENANAMKAN SIKAP JUJUR PADA ANAK SEJAK DINI



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Di zaman  modern ini, manusia sudah begitu dimanjakan oleh teknologi yang serba canggih, serba mudah, dan cepat. Perkembangan teknologi yang semakin pesat berdampak pada pola pikir yang serba cepat dan instan. keadaan ini memang baik karena menandakan semakin majunya dunia terutama di bidang teknologi. Tetapi, di sisi lain ada dampak negatif yang sedang melanda dunia, termasuk negara Indonesia. Bencana tersebut yaitu semakin marak pula korupsi, kolusi, nepotisme (KKN).
Korupsi adalah salah satu masalah terberat yang kini sedang melanda Indonesia. Dari pejabat yang jabatannya masih rendah sampai yang berjabatan tinggi rasanya sudah tidak asing dengan kasus ini. Mereka (para koruptor) berlomba-lomba menyejahterakan keluarga dan dirinya dengan uang yang bukan haknya. Mereka rampas hak-hak masyarakat kecil. Mereka habiskan tanpa merasa peduli dan bersalah pada Negara dan masyarakat Indonesia. Korupsi kini telah merusak  Negara Indonesia.
Salah satu penyebab terjadinya korupsi ialah karena tidak adanya sikap jujur dari dalam diri para pejabat pemerintahan, yang serba instan membuat sikap jujur jarang diterapkan. Menerapkan sikap jujur sebenarnya tidaklah sulit. Dimulai dengan niat yang sungguh-sungguh dan dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari, maka sifat itu akan tertanam pada diri kita dengan sendirinya.
Kalau masalah ini terus dibiarkan, entah bagaimana nasib Negara tercinta ini. Maka dari itu penulis memilih materi pentingnya menanamkan sikap jujur pada anak sejak dini. Seperti yang telah kita ketahui bahwa anak-anak sekaranglah generasi yang akan memajukan negeri ini, mereka generasi bangsa. Untuk itu, marilah kita tanamkan sikap jujur pada anak-anak sejak dini demi masa depan bangsa yang gemilang.






1.2  Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan sikap jujur ?
1.2.2 Apa pentingnya menanamkan sikap jujur pada anak?
1.2.3 Pemeran penting dalam proses menanamkan nilai kejujuran pada anak ?
1.2.4 Bagaimana cara menerapkan nilai kejujuran pada anak?
1.2.5 Apa kendala dalam menerapkan nilai kejujuran pada anak?
 1.2.6 Apa hubungan antara kejujuran dan kepercayaan?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Mengetahui Apa yang dimaksud dengan sikap jujur.
1.3.2 Mengetahui  pentingnya menanamkan sikap jujur pada anak.
1.3.3 Mengetahui Pemeran penting dalam proses menanamkan nilai kejujuran pada anak .
1.3.4 Megetahui Cara menerapkan sikap jujur pada anak.
1.3.5 Mengetahui kendala dalam menerapkan nilai kejujuran pada anak.
1.3.6 Mengetahui hubungan antara kejujuran dan kepercayaan.










BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Sikap Jujur
Tidak ada orangtua yang mendambakan buah hatinya menjadi seorang pembohong. Jujur sebagaimana bohong bukan merupakan sifat bawaan, tetapi lahir dari proses belajar dan pembiasaan. Anak belajar kejujuran dari lingkungan tempat mereka tumbuh, mereka akan jujur apa bila lingkungan disekitar memelihara kejujuran. Sebaliknya mereka akan menjadi tidak jujur manakala lingkungannya sarat dengan nilai-nilai kebohongan.
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI), jujur adalah lurus hati, tidak berbohong, tidak curang, tulus ikhlas.  Sedangkan kejujuran adalah sifat jujur, ketulusan hati, kelurusan hati. Oleh karena itu pengertian kejujuran atau jujur adalah mengatakan atau memberikan informasi yang sebenarnya atau sesuai dengan kenyataan, kejujuran merupakan investasi yang sangat berharga, karena dengan kejujuran akan sangat memberikan manfaat bagi diri kita baik sekarang maupun di waktu yang akan datang.
“Kejujuran adalah dasar dari komunikasi yang efektif dan hubungan yang sehat  (Kelly, 2003/2005). Hal ini membuktikan bahwa kejujuran sangat penting agar hubungan anak dan keluarga dapat terjalin dengan harmonis. Kejujuran juga akan menciptakan komunikasi yang baik antara orang tua dan anak, sehingga dapat menciptakan rasa saling percaya. Namun pada kenyataannya nilai kejujuran pada anak sangatlah kurang, banyaknya anak yang suka berbohong untuk membela dirinya sendiri, baik di dalam keluarga maupun di lingkungan masyarakat.
Lebih memprihatinkan lagi banyaknya anak yang tidak jujur di lingkungan sekolah, seperti banyaknya murid yang menyontek pada saat ulangan maupun ujian, hal ini mereka lakukan karena mereka malas atau enggan untuk belajar. Banyak juga diantara mereka yang membolos dari sekolah, dari rumah berpamitan pada orang tua untuk ke sekolah ternyata mereka tidak sampai ke sekolah ada yang berkeliaran di pasar dan juga di tempat umum lainnya, hingga waktu pulang sekolah hal ini menunjukan bahwa tingkat kejujuran di kalangan generasi muda sangatlah kurang.


Sebagai solusi dari permasalahan diatas maka guru berperan penting dalam mengembangkan nilai kejujuran pada anak sejak usia dini, memberikan pelajaran agama dan pendidikan moral di sekolah, disamping itu juga memberikan sanksi terhadap murid yang bertindak tidak jujur saat ujian berlangsung. Dengan demikian, dapat melatih anak untuk bersikap lebih disiplin dan bertindak jujur, serta mengetahui bahwa bersikap tidak jujur dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang lain.
Disamping peranan guru orang tua juga memegang peranan yang penting dalam mengembangkan nilai kejujuran pada anak. “Seluruh Etika Kejujuran dan Intrgritas di mulai sejak dini”  (Kelly 2003/2005). Oleh karena itu peran orang tua dalam menanamkan nilai kejujuran pada anak sejak usia dini sangat penting, pada saat anak-anak mulai bisa berbicara kita harus mengajarkan pada anak untuk selalu jujur, hal tersebut juga harus selalu di dukung dengan contoh atau perilaku yang jujur secara langsung dari orang tua sehingga anak bisa mencontoh hal yang baik dari orang tuanya, dengan demikian anak akan tumbuh dengan nilai kejujuran yang tinggi dan memiliki rasa tanggung jawab yang akan berguna bagi dirinya baik di masa sekarang maupun yang akan datang.
B.    Pentingnya Menanamkan Sikap Jujur Pada Anak Sejak Dini
 “Kejujuran adalah dasar dari komunikasi yang efektif dan hubungan yang sehat” (Kelly, 2003/2005). Ini membuktikan bahwa kejujuran sangat penting, supaya hubungan anak dan keluarga dapat terjalin dengan harmonis. Kejujuran juga akan menciptakan komunikasi yang baik antara orang tua dan anak dan akan terciptanya rasa kepercayaan. Anak adalah pribadi yang masih bersih dan peka terhadap ransangan-ransangan yang berasal dari lingkungan luar. Dengan demikian, pada masa anak sangat ideal untuk orang tua menanamkan nilai kejujuran pada anak-anaknya. Selain itu, anak-anak adalah generasi penerus bangsa. Kalau mereka sudah terbiasa dengan sikap jujur, besar kemungkinan mereka  akan amanah di masa depan.
C.    Pemeran Penting Dalam Menanamkan Nilai Kejujuran Pada Anak Sejak Dini
Mengembangkan nilai kejujuran pada anak, orang tua dan guru sangat berperan penting. Orang tua dan guru adalah orang yang paling dekat dan paling mempengaruhi pertumbuhan anak.


       Peran orang tua.
Peran orang tua dalam keluarga sangat penting dalam mengembangkan atau meningkatkan nilai kejujuran. “Seluruh etika kejujuran dan integritas dimulai sejak dini” (Kelly, 2003/2005). Oleh karena itu, peran orang tua dalam mengembangkan nilai kejujuran pada anak sejak usia dini sangat penting dan itu akan mempengaruhi sikapnya pada usia remaja bahkan hingga dewasa. Selain dapat meningkatkan nilai kejujuran, anak juga akan memiliki integritas yang tinggi dalam hidupnya. Orang tua harus menerapkan kejujuran dalam lingkungan keluarga dan harus memberi contoh atau panutan terhadap anak-anak mereka. Dengan demikian anak akan tumbuh dengan nilai kejujuran yang tinggi dan memiliki rasa tanggung jawab yang besar.
            Menurut Kelly (2003/2005), orang tua harus mendorong dan mendukung anak untuk berkata jujur, dan tidak meminta anak untuk berkata tidak jujur demi kepentingan orang tua. Selain itu, orang tua juga tidak boleh memanggil anaknya dengan sebutan pembohong karena akan membuat anak bertumbuh menjadi pembohong.
       Peran guru 
Peran guru di sekolah juga penting dalam mengembangkan nilai kejujuran pada anak sejak usia dini. Misalnya memberi sanksi terhadap murid yang bertindak tidak jujur saat ujian berlangsung. Dengan demikian dapat melatih anak untuk disiplin dan bertindak jujur. Anak tahu kalau berlaku tidak jujur akan merugikan dirinya sendiri. Guru juga dapat memberikan ajaran-ajaran mengenai arti dan manfaat kejujuran kepada anak murid.
D.    Cara Menanamkan Nilai Kejujuran Pada Anak Sejak Dini
       Membentuk Kejujuran dengan Kisah
Perkembangan anak merupakan masa-masa yang kaya dengan imajinasi dan fantasi. Oleh sebab itu mereka senang jika diperdengarkan berbagai macam cerita, mereka akan menikmatinya dengan penuh minat dan kegembiraan. Begitu nikmatnya, kadang anak-anak merasa terlibat dan membayangkan diri mereka menjadi tokoh yang ada dalam cerita tersebut. Seringkali hal ini terbawa kedalam dunia nyata anak-anak biasanya ingin tampil mewakili tokoh cerita yang mereka kagumi.
Cerita memang merupakan wahana yang cukup efektif dalam upaya menumbuhkan sikap dan nilai-nilai dalam diri anak, apakah sikap dan nilai-nilai itu positif atau negatif. Tentunya sangat bergantung pada orangtua, sudah barang tentu mereka akan berupaya agar ahlak yang baiklah yang berkembang dalam pribadi anak. Orang tua bias memilih kisah para nabi dan


sahabatnya sebagai bahan cerita dalam rangka ikhtiar memahatkan kejujuran itu kedalam jiwa anak. Ceritakan kisah Rasullulah yang mendapat julukan Al-Amin karena kejujurannya. Dan maish banyak kisah lain yang bisa mendorong tumbuhnya prilaku jujur.
       Memberikan Pujian dan Penghargaan Secara Terbuka
Kalau anak mengakui kesalahannya dengan jujur sebaiknya perhatian orangtua lebih tertuju pada kejujurannya dari pada terhadap kesalahannya, apalagi jika kemudian memojokan dan mempermalukanya dihadapan orang lain. Berilah dia pujian yang tulus dan wajar secara terbuka.  Kalau seandainya  harus memberi hukuman sebagai konsekuensi perbuatan salahnya, usahakan agar penghargaan yang diberikan lebih terasa dibandingkan hukuman itu sendiri. Hal ini mengingat pada dasarnya setiap anak lebih menyenangi pujian dari pada hukuman dan mereka cenderung mengulangi prilaku yang membuat mereka dihargai.
       Menyikapi Kesalahan Anak dengan Bijak
Seorang anak cenderung akan berbohong ketika melakukan perbuatan salah, apa bila orangtuanya menyikapi dengan emosional, apalagi disertai dengan tindakan kekerasan, seperti dalam bentuk pukulan. Ia akan berlindung di balik kebohongannya agar selamat dari kemarahan dan hukuman dari orang tuanya. Oleh karena itu, tidaklah bijak menyikapi kesalahan anak dengan amarah, terlebih lagi kalau kesalahannya itu adalah hal yang sepele. Apapun bentuknya akan lebih baik kalau prilaku salah anak dihadapi dengan sikap arif.
Beritahukan kesalahannya  dengan lemah lembut bahwa yang dilakukanya itu salah kemudian tunjukan apa yang seharusnya diperbuat agar kesalahan tersebut tidak terulang lagi. Menghukum anak dengan dorongan amarah memang dapat menghilangkan rasa kesal dalam sekejap namun dampaknya bagi perkembangan jiwa anak akan sangat patal. Dr. Malak Jenjis dalam bukunya “Mengapa Anak-Anak Berbohong” Menurut hasil penelitian para ahli psikologi bahwa 70% anak dari berbagai macam tingkah laku anak yang bersifat bohong berpangkal pada kekuatan terhadap hukuman dan tiadanya prasangka baik dari orang-orang dewasa.
       Memberikan Pemahaman dengan Lembut
Pada usia tertentu yaitu antara empat dan lima tahun berbohong pada anak jamak terjadi. Kebohongan pada usia ini disebabkan daya khayal anak yang cukup tinggi. Mereka belum bisa membedakan antara dunia maya dan alam nyata, apa yang mereka alami dalam mimpi atau didengar dari cerita akan terbawa kedalam dunia nyata. Misalnya seorang anak mengaku telah dipukuli oleh pembantunya, padahal anak itu hanya dipukuli dalam mimpi.


Dengan sendirinya kebohongan ini akan hilang, biarkan anak mengembangkan daya hayalnya namun memberikan arahan dengan penuh kelembuatan dan kesabaran tetap diperlukan. Berikan pengertian bahwa antara khayalan dan kenyataan jauh berbeda. Jangan sekali-kali kita menuduhnya pembual, sebab cap semisal itu dapat memberikan konsep kepada diri si anak bahwa dirinya memang pembohong.
       Memberikan Perhatian dan Kasih Sayang
Setiap anak mendambakan kasih dan perhatian yang penuh. Mereka akan bahagia bila mendapatkanya dan akan berusaha dengan berbagai macam cara untuk mendapatkanya termasuk berbohong. Perlu di ingatkan bahwa kasih sayang dan perhatian tidak identik dengan uang. Anak-anak tidak hanya butuh uang tetapi juga perhatian sebagai tempat berbagi rasa yang dapat mendengarkan dan tempat berlabuh saat mereka kelelahan. Berbohong, walau dengan alasan untuk merebut perhatian, tetap tidak dibenarkan. Jika dibiarkan berkelanjutan, bisa berdampak tidak baik bagi kesehatan akhlaq anak.
       Menanamkan kejujuran Melalui diskusi
Diskusi bagi anak bisa menjadi saran untuk sharing (tukar menukar) bersama kedua orangtuanya, baik itu tentang rasa, pengalaman, atau masalah yang dihadapinya. Sementara itu orangtua juga dapat memanfaatkan diskusi dengan media untuk menanamkan budi pekeriti yang baik. Dalam suasana yang rilek (santai) kita bisa mengangkat kejadian dan prilaku keseharian sebagai topik perbincangan. Tentu saja yang ada kaitanya dengan kejujuran kita coba kemukakan beberapa contoh kejadian dan prilaku jujur kemudian si anak diminta menanggapinya. Setelah itu, kita bawa si anak pada kesimpulan bahwa kejujuran walau sebagaimana pahitnya, melahirkan ketenangan hati, menumbuhkan rasa percaya diri, dan membuat orang lain percaya pada kita.
       Membiasakan Berkata dan Bersikap Jujur Kepada Anak
Orangtua merupakan tempat identifikasi anak, apa yang mereka ucapkan dan lakukan akan diserap dan direkam dalam memori anak untuk kemudian ditirunya. Berpijak pada kenyataan ini orang tua dituntut untuk senantiasa menjaga nilai-nilai kejujuran dalam seluruh kata dan perbuatan. Biasakan untuk berkata dan bersikap jujur kepada anak kapan dan dimanapun. Jawab pertanyaan-pertanyaan anak dengan jujur, iklas dan wajar. Jika kita perlu dijawab, berikan alasan yang jujur mengapa kita tidak bias menjawabnya. Tentunya dengan bahasa yang mudah difahami anak.


E.    Kendala dalam Mendidik Anak untuk Jujur
Mendidik anak untuk selalu bersikap jujur pasti muncul kendala-kendala yang menghambat anak untuk bersikap jujur. Tidak sedikit kendala yang akan dialami oleh orang tua. Kendala-kendala itu dapat dibagi menjadi kendala internal dan kendala ekternal.
       Kendala internal 
Kendala internal yaitu kendala yang berasal dari dalam diri pribadi anak. Kendala-kendala itu dapat berupa sikap anak yang tidak mau dididik atau sikap melawan terhadap orang tua. Menurut Mulyadi (1997), perilaku anak yang berbohong juga dapat dilakukan anak dengan cara menambah atau mengurangi kata yang sebenarnya terjadi. Itu dilakukan karena anak ingin merasa aman atau melindungi diri dari ancaman.
       Kendala eksternal
Kendala eksternal yaitu kendala yang berasal dari luar diri pribadi anak. Kendala-kendala itu dapat berupa cara orang tua mendidik anak dengan keras atau orang tua yang tidak memberikan contoh yang baik kepada anak. Misalnya orang tua suka berkata tidak jujur atau berbohong kepada anak, sehingga anak juga menjadi terbiasa untuk berbohong. Jika orang tua mengetahui anaknya berbohong, hendaknya orang tua tidak memarahi atau menghukum anak, tetapi orang tua menasehati anak bahwa kebohongan itu tidak baik.
F.     Hubungan Kejujuran dengan Kepercayaan
Kejujuran sangat berkaitan dengan kepercayaan. Dalam hubungan apapun, kejujuran dan kepercayaan sulit bahkan tidak bisa dipisahkan. Sebuah kejujuran dapat menimbulkan rasa kepercayaan, demikian pula kepercayaan biasanya lahir dari adanya kejujuran. Oleh karena itu, hendaknya para orang tua sudah menanamkan nilai kejujuran pada anak sejak usia dini untuk menciptakan hubungan keluarga yang harmonis dan membuat anak bertumbuh menjadi pribadi yang bertanggung jawab.






BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Sikap jujur adalah yang terpuji, dengan bersikap jujur kita akan dipercaya dan dihargai oleh orang-orang disekitar kita. Jujurlah dalam bersikap, bertutur, dan berprilaku. Kejujuran itu akan membuahkan hasil yang manis. Sikap terpuji ini harus kita tanamkan sejak dini agar menjadi bagian dari karakter kita. Karakter jujur adalah karakter yang mulia. Sikap terpuji ini harus kita sebarkan kepada orang-orang di sekitar kita, terutama kepada anak-anak yang akan menjadi generasi bangsa.

3.2 Saran

Tanamkanlah nilai-nilai terpuji terutama nilai kejujuran pada anak-anak sejak dini agar mereka bisa menjadi manusia yang amanah, berguna, dan dipercaya di masa depan.











DAFTAR PUSTAKA

Husain Mazhahiri, Pintar Mendidik Anak, Panduan Lengkapbagi Orang-Tua, Guru dan Masyarakat Berdasarkan Ajaran Islam,  (Jakarta: Lentera Basritama, 1999), h. 219
[1][45] Kamrani Buseri, Op. Cit., h.5
[2][46] Ahmad Tafsir, Pendidikan Agama dalam Keluarga, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000, Cet. Ketiga), h. 100-101
[3][47] LH Santoso, Kamus Praktis Bahasa Indonesia, (Surabaya: Pustaka Agung Harapan, TP), h. 263
[4][48] Yuliansyah, Banjarmasin Post, Mimbar Opini, (Sabtu, 06 Oktober 2012), h. 26
[5][49] Yusuf Qardhawi, Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian  Islam, (Jakarta: Robbani Press, 2001), h. 293









No comments:

Post a Comment

Simbol Bilangan atau Angka

  a. Pengertian Angka Memahami suatu angka dapat membantu manusia untuk melakukan banyak perhitungan mulai dari yang sederhana maupaun y...

Blog Archive