Thursday, December 17, 2020

Pembelajaran Humanistik


Jiwa manusia, termasuk peserta didik terdiri atas berbagai potensi psikologis, baik dalam domain kognitif maupun dalam domain afektif dan konatif (psikomotorik). Teori belajar humanisme memandang kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang melibatkan potensi psikis yang bersifat kognitif, afektif, dan konatif.

Peserta didik pun memiliki dorongan untuk menjadi dirinya sendiri, karena di dalam dirinya terdapat kemampuan untuk mengerti dirinya sendiri, menentukan hidupnya sendiri, dan menangani sendiri masalah yang dihadapinya. Belajar dipandang sebagai fungsi keseluruhan pribadi. Mereka berpendapat bahwa belajar yang sebenarnya tidak dapat berlangsung bila tidak ada keterlibatan intelektual maupun emosional peserta didik. Oleh karena itu, menurut teori belajar humanisme bahwa motivasi belajar harus bersumber pada diri peserta didik. Itulah sebabnya dalam proses pembelajaran hendaknya diciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik secara aktif mengaktualisasi dirinya.

Kemampuan sosial dan personal siswa dikembangkan melalui pendidikan. Pendidikan adalah membangun dan mengorganisasikan kembali pengalaman yang mampu memberikan makna terhadap kehidupan siswa dan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi di masa yang akan datang.

Pembelajaran humanistik ini adalah pembelajaran yang memanusiakan manusia. Pembelajaran yang bertujuan untuk mengaktualisasi diri si pembelajar. Guru harus menyadari bahwa siswa adalah makhluk yang berbakat dan berkembang. Pengajaran beralih ke arah penyelenggaraan sekolah progresif, sekolah kerja, sekolah pembangunan, dan sekolah yang menggunakan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif).

Materi disesuaikan dengan pengetahuan dasar yang dimiliki siswa. Guru hendaknya mengenal, menyelami kehidupan jiwa siswa dan menyadari bahwa ia mengajarkan sesuatu kepada manusia-manusia yang berharga dan berkembang. Proses belajar ditujukan untuk memanusiakan manusia itu sendiri, maksudnya adalah mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri orang yang belajar secara optimal. Hal ini sesuai dengan pandangan pembelajaran humanistik progresif.

Perkembangan Kewirausahaan

 


 

a.      Kewirausahaan sebelum abad pertengahan

Pada masa ini, wirausaha adalah contractor, yaitu pemborong/orang yang melakukan kesepakatan kerja atas sejumlah pekerjaan yang ditentukan sebelumnya dengan kompensasinya, yaitu sejumlah uang dengan segala risiko yang ditanggung oleh penerima kontrak. Oleh sebab itu, wirausaha di masa ini disebut risk taker (pengambil risiko) atas sebuah kesepakatan.

Karakteristik kewirausahaan pada masa ini mengandung tiga hal pokok, yaitu sebagai berikut.

1)      Bersifat kesepakatan kerja dengan uang sebagai kompensasinya.

2)      Ada unsur risk taker (pengambilan risiko) karena situasi dan kondisi juga belum diketahui sebelumnya. Pada saat itu, tempat, keadaan, cara menuju ke suatu tempat, dan transportasi bersifat baru dan belum diketahui oleh pengambil risiko.

3)      Hasilnya dijual ke pihak yang menyepakati kontrak. Jadi ada unsur untung bila hasilnya besar dan rugi bila hasilnya tidak sesuai serta ada unsur spekulasi di dalamnya.

 

 

b.      Kewirausahaan pada abad pertengahan (sebelum abad 17)

Abad pertengahan merupakan era agro (pertanian massal). Pada masa ini, wirausaha adalah orang yang mampu mengendalikan, mengatur, dan mengoptimalkan sumber daya dalam sebuah proyek yang dikuasai untuk mendapatkan suatu imbalan tertentu dalam konsep produksi. Sebelum abad pertengahan belum ada konsep produksi sedangkan pada abad pertengahan sudah ada konsep produksi. Inilah yang membedakan kewirausahaan pada abad pertengahan dengan masa sebelumnya.

c.       Kewirausahaan pada abad/era industri

James Watt telah merubah era pertanian ke era industri dengan ditemukannya mesin uap di Inggris. Wirausaha (entrepreneur) lain, yaitu Alexander Graham Bell, selain karyanya dalam teknologi komunikasi (telepon), ia juga menyumbangkan kemajuan penting dalam teknologi penerbangan dan hidrofoil. Kewirausahaan semakin berkembang setelah ditemukannya pesawat terbang oleh Wright bersaudara. Dalam era industri, wirausaha adalah orang yang berani mengambil risiko (risk taker) dan walaupun tidak punya modal uang (capital) tetap berani melakukan kesepakatan untuk mengerjakan proyek-proyek tertentu dengan memberdayakan semua sumber dayanya, bekerja sama dengan para pemilik modal. Hal inilah yang membedakan kewirausahaan pada era industri dengan abad pertengahan, yaitu pada aspek startegi dalam penyediaan modal. Pada masa ini, kewirausahaan disebut juga join venture capital di mana salah satu pihak sebagai intelectual capital (penyumbang ide/gagasan/pikiran) dan pihak lainnya sebagai equity capital (penyandang dana).

 

 

d.      Kewirausahaan pada abad 19 dan 20

Pada masa ini, wirausaha adalah orang yang mempunyai pengalaman, keahlian, dan kemampuan untuk mengorganisasikan sebuah usaha, baik dari awal atau yang sudah berjalan untuk tujuan pribadi, yaitu kemakmuran. Pada abad 20 terdapat unsur kemampuan dan keberanian menanggung semua risiko baik modal, waktu, dan nama baik yang tidak ada di era sebelumnya. Di era industri bersifat modal gabungan (venture capital) tetapi di abad 20 belum tentu demikian. Kewirausahaan dapat dilakukan sendiri/individu atau bersifat kerja sama (partnership.

 

 

 

e.      Kewirausahaan pada abad 21

Pada abad 21, kewirausahaan sudah lebih dari sekedar mengorganisasi, karena dapat terdiri dari pencipta (creator), pemodal (invetor), dan pelaku inovasi (inovator). Pada masa ini, kreativitas wirausaha menjadi tulang punggung sebuah bisnis.

           

Dengan demikian, dapat diuraikan dengan rinci bahwa kewirausahaan merupakan ilmu yang menggabungkan sumber daya yang dimiliki seperti pengalaman hidup, latar belakang pendidikan, jaringan pertemanan (network), informasi yang diterima, kejadian-kejadian setiap hari, dan dana baik itu berupa uang atau aset untuk dikelola dengan segala risiko yang diperhitungkan dengan matang oleh manajer risiko (risk manager), yang digunakan sebagai modal dalam berkreasi dan berinovasi serta menciptakan perubahan dan produk yang dapat berguna bagi dirinya dan masa depannya.

 

Pengertian Kewirausahaan Menurut Para Ahli


 

Agar lebih memahami apa arti kewirausahaan, maka kita dapat merujuk pada pendapat para ahli berikut ini:

1. Drs. Joko Untoro

 

Menurut Drs. Joko Untoro, pengertian kewirausahaan adalah suatu keberanian untuk melakukan berbagai upaya untuk memenuhi kebutuhan hidup yang dilakukan oleh seseorang, berdasarkan kemampuan dengan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.

2. Eddy Soeryanto Soegoto

 

Menurut Eddy Soeryanto Soegoto, pengertian kewirausahaan adalah usaha kreatif yang dilakukan berdasarkan inovasi untuk menghasilkan sesuatu yang baru, memiliki nilai tambah, memberikan manfaat, menciptakan lapangan kerja dan hasilnya berguna bagi orang lain.

3. Ahmad Sanusi

 

Menurut Ahmad Sanusi, definisi kewirausahaan  adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis.

4. Soeharto Prawiro

 

Menurut Soeharto Prawiro, pengertian kewirausahaan adalah suatu nilai yang dibutuhkan untuk memulai usaha dan mengembangkan usaha.

Karakteristik wirausaha

 

Karakteristik wirausaha dapat diartikan sebagai sesuatu yang berhubungan dengan ciri khas, watak, perilaku, tabiat, serta sikap orang terhadap perjuangan hidup untuk mencapai kebahagiaan lahir dan batin. Karakteristik wirausaha pada umumnya terlihat pada waktu ia berkomunikasi dalam rangka mengumpulkan informasi saat menjalin hubungan dengan para relasi bisnisnya.

 

Berikut ini adalah macam-macam karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang wirausaha:

1. Berbudi pekerti luhur.

2. Kerja keras dan disiplin.

3. Mandiri dan realistis.

4. Berpikir positif dan bertanggung jawab.

5. Dapat mengendalikan emosi.

6. Berani menanggung resiko.

7. Tidak ingkar janji.

8. Berusaha mencari jalan keluar setiap permasalahan.

9. Belajar dari pengalaman.

 

 

 

 

 

 

Agar lebih jelas, berikut dikemukakan beberapa karakteristik seorang wirausaha menurut pendapat Bygrave yang dikenal dengna istilah 10D.

a. Dream (Mimpi)

Tidak ada wirausahawan yang tidak mempunyai mimpi, dan akan lebih sukses lagi bila mempunyai visi dan misi ke depan disertai dengan kemampuan untuk mewujudkan impiannya.

b. Decisivenes (Ketegasan)

Seorang wirausaha itu mempunyai hasrat ingin maju, tegas, energik, penuh semangat, dan tidak bekerja lambat. Setiap keputusan yang diambil selalu diperhitungkan. Kecepatan dan ketepatan merupakan faktor kunci dalam kesuksesan bisnisnya.

c. Doers (Bertindak)

Wirausahawan tidak suka menunda pekerjaan dan selalu menindaklanjuti keputusan yang telah dibuat, selalu mempunyai kecepatan dan tenaga ekstra dalam bertindak di bandingkan yang lain.

Seorang wirausaha tidak mau menunda-nunda kesempatan yang baik dalam bisnisnya.

d. Determination (Ketetapan Hati/ Kebulatan Tekad)

Seorang wirausaha mempunyai keteguhan hati serta rasa tanggung jawab yang tinggi, sehingga tidak pernah menyerah begitu saja ketika menghadapi persoalan, walaupun dihadapkan pada halangan dan rintangan yang tidak mungkin dapat diatasi.

e. Dedication (Pengabdian)

Seorang wirausaha yang cerdas itu mempunyai dedikasi yang tinggi terhadap bisnisnya, karena dedikasi yang tinddi maka kesuksesan akan selalu menghampirinya. Seorang wirausaha yang berdedikasi tinggi terhadap bisnisnya. Kadang-kadang mengorbankan kepentingan keluarga untuk sementara. Wirausahawan di dalam melaksanakan pekerjaanya tidak mengenal lelah.

f. Devotion (Kecintaan/ Kesetiaan)

Bisnis akan menyita banyak waktu, pikiran, tenaga, energy, focus, dan semangat seorang wirausaha sehingga ia harus mencintai pekerjaanya dan pandai membagi waktu.

g. Detail (Terperinci)

Untuk mencapai kesuksesan, seseorang wirausaha harus berpikir detail (terperinci) karena ketika menjalankan usaha, aspek keuangan dan perencanaan strategi memerlukan pemikiran secara detail.

h. Destiny (Nasib)

Wirausaha wan membutuhkan keberuntungan dan ia harus mulai beusaha untuk memprediksi kapan keberuntungan itu datang menghampirinya.

i. Dollars (Materi/ Uang)

Seorang wirausaha tidak mengutamakan pencapaian kekayaan. Motivasinya bukan karena masalah uang. Uang dianggap sebagai ukuran kesuksesan bisnisnya. Ia berasumsi jika berhasil dalam bisnis maka ia pantas mendapat laba, bonus, atau hadiah.

j. Distribute (Menyalurkan/ Mendistribusikan)

Wirausaha yang baik selalu berorientasi untuk member dan mendefinisikan kesuksesannya filosofinya, kepemilikannya, ilmunya, uang yang dimilikinya untuk kesejahteraan para karyawan, dan tentunya mendistribusikan kemempuan, ide, saran, dan inspirasi kreatifinya untuk membantu mengembangkan bisnis agar pelanggannya senantiasa setia dan selalu membeli barang dan jasa.

 

Belajar

Belajar

Belajar adalah terjadinya perubahan pada diri orang belajar karena pengalaman (Darsono, dkk, 2000:4). Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih baik (Darsono, dkk, 2000:24). Ada beberapa definisi belajar menurut beberapa pakar psikologi pendidikan dalam Rosyid (2006:9) diantaranya Gagne (1977), belajar merupakan perubahan kecakapan yang berlangsung dalam periode tertentu yang bukan berasal dari proses pertumbuhan (fisik). Morgan, at.al (1986), belajar merupakan perubahan relatif permanen karena hasil praktek atau pengalaman. Slavein (1994), belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman (experience).

Menurut Slameto dalam Bahri (2002:13), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Skinner (1985) dalam Syah (2000:89), belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.

Habermas (Rene, 1996), belajar baru terjadi jika ada interaksi antara individu dengan lingkungannya. Lingkungan belajar yang dimaksud adalah lingkungan alam maupun lingkungan sosial sebab keduanya tidak dapat dipisahkan (Hatimah, dkk : 18). Wittaker dalam Soemanto (1999:104), belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia, dengan belajar manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktifitas dan prestasi hidup manusia adalah hasil dari belajar. Belajar adalah suatu proses bukan suatu hasil. Karena itu belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perubahan untuk mencapai suatu tujuan.

Berdasarkan pengertian di muka, belajar adalah kegiatan/proses manusia untuk berubah menjadi lebih baik, dari tidak tahu menjadi tahu. Kegiatan belajar terjadi terus menerus atau belajar sepanjang hayat. Memahami keadaan lingkungan itu juga merupakan kegiatan belajar. Lingkungan belajar mempunyai pengaruh yang besar terhadap hasil belajar siswa. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan alam dan lingkungan sosial. Keduanya tidak dapat dipisahkan karena saling mempengaruhi. 

Tuesday, December 8, 2020

Model Pembelajaran Langsung

 


1.        Pengertian Model Pembelajaran Langsung

       Pengajaran langsung menurut Kardi (1997: 3), dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktik, dan kerja kelompok. Pengajaran langsung digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa.

       Menurut Trianto (2016: 41), ”pengajaran langsung adalah suatu model pembelajaran yang bersifat teacher center”.

Dari kutipan tersebut peniliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang bersifat satu arah yang dapat dilakukan dengan kerja kelompok antar siswa.

Menurut Kardi dan Nur (Trianto, 2016: 43) ada beberapa sintaks pada kegiatan model pembelajaran langsung disajikan dalam 5 tahap, seperti ditunjukkan pada Tabel 2.2 berikut:

Tabel 2.2

Sintaks Model Pembelajaran Langsung

Fase

            Peran Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan  mempersiapkan siswa

Guru menjelaskan latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar.

Fase 2

Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan

Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap.

Fase 3

Membimbing pelatihan

Guru merencanakan dan menberi bimbingan awal

Fase 4

Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik

Mencek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, member umpan balik.

Fase 5

Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan.

Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari – hari.

 

2.        Langkah – langkah Pembelajaran Model Pengajaran Langsung

1.        Menyampaikan Tujuan dan Menyiapkan siswa

       Menarik dan memusatkan perhatian siswa, serta memotivasi mereka untuk berperan serta dalam  pelajaran itu.

2.        Menyampaikan Tujuan

       Penyampaian tujuan kepada siswa dapat dilakukan guru melalui rangkuman rencana pembelajaran dengan cara menuliskannya di papan tulis atau menempelkan informasi tertulis pada papan bulletin, yang berisi tahap – tahap dan  isinya, serta lokasi waktu yang disediakan untuk setiap tahap.

3.        Menyiapkan siswa

       Menarik perhatian siswa, memusatkan perhatian siswa pada pokok pembicaraan, dan mengingatkan kembali pada hasil belajar yang telah dimilikinya, yang relevan dengan pokok pembicaraan yang akan dipelajari.

4.        Presentasi dan Demostrasi

       Kunci untuk berhasil ialah mempresentasikan informasi sejelas mungkin dan mengikuti langkah – langkah demonstrasi yang efektif.

5.        Mencapai Kejelasan

       Kemampuan guru untuk memberikan informasi yang jelas dan spesifik kepada siswa, mempunyai dampak yang positif terhadap proses belajar siswa.

6.        Melakukan Demonstrasi

       Belajar dengan meniru tingkah laku orang lain dapat menghemat waktu, menghindari siswa dari belajar melalui “trial and error”.

       Agar dapat mendemonstrasikan suatu konsep atau keterampilan dengan berhasil, guru perlu dengan sepenuhnya menguasai konsep atau keterampilan yang akan didemonstrasikan, dan berlatih melakukan demonstrasi untuk menguasai komponen-komponennya.

7.        Mencapai Pemahaman dan Penguasaan

       Guru perlu benar – benar memerhatikan apa yang terjadi pada setiap demonstrasi untuk menjamin agar siswa akan mengamati tingkah laku yang benar.

 

 

 

8.        Berlatih

       Agar dapat mendemonstrasikan sesuatu dengan benar diperlukan latihan yang intensif, dan memerhatikan aspek – aspek penting dari keterampilan atau konsep yang didemonstrasikan.

9.        Memberikan Latihan terbimbing

       Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat meningkatkan retensi, membuat belajar berlangsung dengan lancar, dan memungkinkan siswa menerapkan konsep /keterampilan padasituasi  yangbaru.

10.    Memberikan Kesempatan Latihan Mandiri

       Guru memberikan tugas kepada siswa  untuk menerapkan keterampilan yang barusajadiperolehsecaramandiri.

 

       Dibawah ini disajikan contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan model Pembelajaran Langsung.

Model Pembelajaran TPS (Think Pair and Share)

 


1.        Pengertian Model Pembelajaran TPS

       Model pembelajaran Think Pair and Share atau berfikir berpasangan berbagai adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa (Kurniasih, 2015: 58). Model ini pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan Koleganya  di Universitas Maryland. Pada dasarnya, model ini merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam think pair share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berfikir, untuk merespon dan saling membantu.

       Model Pembelajaran Think Pair and Share menggunakan metode diskusi berpasangan yang dilanjutkan dengan diskusi pleno. Dengan model pembelajaran ini siswa dilatih bagaimana mengutarakan pendapat dan siswa dilatih bagaimana mengutarakan pendapat dan siswa juga belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada materi atau tujuan pembelajaran.

 

2.           Teori – teori belajar yang Mendukung Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share

a.        Teori belajar konstruktivisme

Teori yang mendukung penerapan model TPS ini adalah teori konstruktivisme. Teori ini dimotori oleh Piageth dan vygotsky. Teori belajar konstruktivisme merupakan  teori belajar yang menuntut siswa untuk mengkonstruksi kegiatan belajar dan mentransformasikan informasi secara kompleks untuk membangun pengetahuan secara mandiri. Pada dasarnya setiap individu sejak kecil sudah memiliki kemampuan untuk mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri. Pengetahuan yang  dikontruksikan  oleh anak sebagai subjek, maka akan menjadi pengetahuan yang bermakna.

Dalam pembelajaran berdasarkan teori konstruktivisme memiliki ciri penting, yaitu bahwa guru tidak hanya sekedar memberi pengetahuan jadi kepada siswa, melainkan siswa harus membangun sendiri pengetahuannya. Sebagai langkah awal dalam membangun pengetahuannya, pada tahapan think siswa menjawab pertanyaan secara individu untuk mengukur sejauhmana pengetahuan awal yang dimiliki siswa tersebut.

Kemudian pada pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme siswa berperan secara aktif untuk membangun pengetahuannya dengan berlandaskan pada pengetahuan awal yang telah dimilikinya. Sedangkan guru, berperan sebagai fasilitator (guide on the side) yang memfasilitasi proses belajar siswa agar berlangsung efektif sesuai dengan rambu-rambu yang terdapat dalam kurikulum. Sesuai penjelasan tersebut, pada tahap pair dilakukan diskusi secara berpasangan, dan mendiskusikan hasil dari pengetahuan awal atau jawaban masing-masing siswa sebelumnya. Kegiatan tersebut bertujuan untuk membangun pengetahuan yang baru dengan berlandaskan pada pengetahuan awal yang dimiliki masing-masing siswa sehingga menuntut siswa aktif dalam kegiatan diskusi tersebut. Oleh karena itu, pada pembelajaran dengan menerapkan model TPS siswa berperan secara aktif dalam setiap tahapan yang ada, yaitu think, pair, dan share.

Selain itu diberikan juga kesempatan yang luas kepada anak untuk melakukan dialog dengan guru dan teman-temannya sehingga anak dapat meningkatkan pengembangan konsep dan keterampilan berfikirnya. Hal tersebut sesuai dengan pelaksanaan pada tahap share. Siswa memaparkan hasil diskusi kepada teman-temannya, dimana setiap selesai menjelaskan guru memberikan penguatan dan melakukan tanya jawab supaya terjadi dialog antara siswa dengan guru atau teman-temannya.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa model TPS sesuai dengan teori konstruktivisme, dimanadalam membangun sendiri pengetahuannya siswa berperan aktif dalam pembelajaran, sementara guru hanya bertindak sebagai fasilitator.

b.        Teori Belajar J. Bruner

Dalam hal ini Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap siswa, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Think Pair Share (TPS) adalah model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil dengan tahapan thinking (berfikir), pairing (berpasangan), sharing (berbagi). Dalam belajar guru perlu memperhatikan 4 hal berikut ini:

1.        Mengusahakan agar setiap siswa berpartisipasi aktif, minatnya perlu ditingkatkan, kemudian perlu dibimbing untuk mencapai tujuan tertentu.

2.        Menganalisis struktur materi yang akan diajarkan, dan juga perlu disajikan secara sederhana sehingga mudah dimengerti oleh siswa.

3.        Guru mengajar, berarti membimbing siswa melalui urutan pernyataan-pernyataan dari suatu masalah, sehingga siswa memperoleh pengertian dan dapat mentransfer apa yang sedang dipelajari.

4.        Member reinforcement dan umpan balik. Penguatan yang optimal terjadi pada waktu siswa mengetahui bahwa “ia menemukan jawab”nya.

 

 

 

3.        Teknis pelaksanaan Model Pembelajaran Think Pair Share.

Menurut Kurniasih (2015: 62) Adapun teknis pelaksanaan model pembelajaran ini adalah :

a.    Dimulai dengan langkah  berfikir (thinking) sebagaimana nama model pembelajaran ini.

b.    Langkah awalnya guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berfikir sendiri jawaban atau masalah.

c.    Langkah selanjutnya adalah berpasangan (pairing).

d.   Dan setelah itu, guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatuhkan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.

e.    Setelah membagi kelompok siswa diminta untuk berbagi (sharing).

f.     Langkah ini adalah langkah akhir, dimana guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitaer sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan.

 

Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan langkah-langkah berikut ini :

·      Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai.

·      Siswa diminta untuk berfikir tentang materi atau permasalahan yang disampaikan guru.

·      Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing.

·      Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya.

·      Berawal dari kegiatan tersebut, guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa.

 

       Dari beberapa penjelasan mengenai langkah-langkah model pembelajaran TPS yang diungkapkan oleh para ahli di atas, belum dicantumkan sintaks pembelajaran secara keseluruhan, yaitu langkah-langkah dalam pembelajaran  yang menggunakan kegiatan awal, inti, dan akhir. Oleh karena itu, peneliti menggunakan langkah-langkah model pembelajaran TPS dengan menggabungkannya dengan sintaks dalam pembelajaran supaya sesuai dengan format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yakni sebagai berikut:

a.         Kegiatan Awal

1.    Membuka pelajaran: memeriksa kesiapan siswa.

2.    Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran.

3.    Guru memberikan informasi dan menjelaskan kegiatan yang akan dikerjakan siswa.

4.    Guru membentuk kelompok.

b.        Kegiatan Inti

       Tahap Think:

1.    Guru memberikan tugas pada setiap kelompok.

2.    Masing-masing anggota memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri-sendiri terlebih dahulu.

Tahap Pair:

1.    Kelompok membentuk anggotanya secara berpasangan. Setiap pasangan mendiskusikan hasil pengerjaan individualnya.

2.    Guru mengontrol kerja siswa dalam berdiskusi dan membantu siswa dalam mengarahkan jika terdapat hal-hal yang belum dipahami.

Tahap Share:             

1.    Kedua pasangan lalu bertemu kembali dalam kelompoknya masing-masing untuk membagikan (sharing) hasil diskusinya.

2.    Guru memimpin jalannya diskusi kelas.

c.         Kegiatan Penutup

1.    Guru memberikan penguatan/penghargaan terhadap hasil diskusi.

2.    Guru mengadakan evaluasi.

       Dibawah ini disajikan contoh Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan model Pembelajaran Think Pair Share.

 

Simbol Bilangan atau Angka

  a. Pengertian Angka Memahami suatu angka dapat membantu manusia untuk melakukan banyak perhitungan mulai dari yang sederhana maupaun y...

Blog Archive