1.
Pengertian
Model Pembelajaran TPS
Model pembelajaran Think Pair and Share atau berfikir berpasangan berbagai adalah
jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi
siswa (Kurniasih, 2015: 58). Model ini pertama kali dikembangkan oleh Frang
Lyman dan Koleganya di Universitas
Maryland. Pada dasarnya, model ini merupakan suatu cara yang efektif untuk
membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi
atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara
keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam think pair share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berfikir,
untuk merespon dan saling membantu.
Model Pembelajaran Think Pair and Share menggunakan metode diskusi berpasangan yang
dilanjutkan dengan diskusi pleno. Dengan model pembelajaran ini siswa dilatih
bagaimana mengutarakan pendapat dan siswa dilatih bagaimana mengutarakan
pendapat dan siswa juga belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap
mengacu pada materi atau tujuan pembelajaran.
2.
Teori
– teori belajar yang Mendukung Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share
a.
Teori
belajar konstruktivisme
Teori
yang mendukung penerapan model TPS ini adalah teori konstruktivisme. Teori ini
dimotori oleh Piageth dan vygotsky. Teori belajar konstruktivisme
merupakan teori belajar yang menuntut
siswa untuk mengkonstruksi kegiatan belajar dan mentransformasikan informasi
secara kompleks untuk membangun pengetahuan secara mandiri. Pada dasarnya
setiap individu sejak kecil sudah memiliki kemampuan untuk mengkonstruksikan
pengetahuannya sendiri. Pengetahuan yang
dikontruksikan oleh anak sebagai
subjek, maka akan menjadi pengetahuan yang bermakna.
Dalam
pembelajaran berdasarkan teori konstruktivisme memiliki ciri penting, yaitu
bahwa guru tidak hanya sekedar memberi pengetahuan jadi kepada siswa, melainkan
siswa harus membangun sendiri pengetahuannya. Sebagai langkah awal dalam
membangun pengetahuannya, pada tahapan think
siswa menjawab pertanyaan secara individu untuk mengukur sejauhmana pengetahuan
awal yang dimiliki siswa tersebut.
Kemudian
pada pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme siswa berperan secara aktif
untuk membangun pengetahuannya dengan berlandaskan pada pengetahuan awal yang
telah dimilikinya. Sedangkan guru, berperan sebagai fasilitator (guide on the side) yang memfasilitasi
proses belajar siswa agar berlangsung efektif sesuai dengan rambu-rambu yang
terdapat dalam kurikulum. Sesuai penjelasan tersebut, pada tahap pair dilakukan diskusi secara
berpasangan, dan mendiskusikan hasil dari pengetahuan awal atau jawaban
masing-masing siswa sebelumnya. Kegiatan tersebut bertujuan untuk membangun
pengetahuan yang baru dengan berlandaskan pada pengetahuan awal yang dimiliki
masing-masing siswa sehingga menuntut siswa aktif dalam kegiatan diskusi
tersebut. Oleh karena itu, pada pembelajaran dengan menerapkan model TPS siswa
berperan secara aktif dalam setiap tahapan yang ada, yaitu think, pair, dan share.
Selain
itu diberikan juga kesempatan yang luas kepada anak untuk melakukan dialog
dengan guru dan teman-temannya sehingga anak dapat meningkatkan pengembangan
konsep dan keterampilan berfikirnya. Hal tersebut sesuai dengan pelaksanaan
pada tahap share. Siswa memaparkan
hasil diskusi kepada teman-temannya, dimana setiap selesai menjelaskan guru
memberikan penguatan dan melakukan tanya jawab supaya terjadi dialog antara
siswa dengan guru atau teman-temannya.
Dari
penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa model TPS sesuai dengan teori
konstruktivisme, dimanadalam membangun sendiri pengetahuannya siswa berperan
aktif dalam pembelajaran, sementara guru hanya bertindak sebagai fasilitator.
b.
Teori
Belajar J. Bruner
Dalam hal ini Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap siswa, dan
mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Think Pair Share (TPS) adalah model pembelajaran yang memungkinkan
siswa untuk bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil dengan tahapan thinking (berfikir), pairing (berpasangan),
sharing (berbagi). Dalam belajar guru perlu memperhatikan 4 hal berikut
ini:
1.
Mengusahakan agar
setiap siswa berpartisipasi aktif, minatnya perlu ditingkatkan, kemudian perlu
dibimbing untuk mencapai tujuan tertentu.
2.
Menganalisis struktur
materi yang akan diajarkan, dan juga perlu disajikan secara sederhana sehingga
mudah dimengerti oleh siswa.
3.
Guru mengajar, berarti
membimbing siswa melalui urutan pernyataan-pernyataan dari suatu masalah,
sehingga siswa memperoleh pengertian dan dapat mentransfer apa yang sedang
dipelajari.
4.
Member reinforcement
dan umpan balik. Penguatan yang optimal terjadi pada waktu siswa mengetahui
bahwa “ia menemukan jawab”nya.
3.
Teknis
pelaksanaan Model Pembelajaran Think Pair
Share.
Menurut
Kurniasih (2015: 62) Adapun teknis pelaksanaan model pembelajaran ini adalah :
a.
Dimulai dengan langkah berfikir (thinking)
sebagaimana nama model pembelajaran ini.
b.
Langkah awalnya guru mengajukan suatu
pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa
menggunakan waktu beberapa menit untuk berfikir sendiri jawaban atau masalah.
c.
Langkah selanjutnya adalah berpasangan (pairing).
d.
Dan setelah itu, guru meminta siswa
untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi
selama waktu yang disediakan dapat menyatuhkan jawaban jika suatu pertanyaan
yang diajukan menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang
diidentifikasi. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5
menit untuk berpasangan.
e.
Setelah membagi kelompok siswa diminta
untuk berbagi (sharing).
f.
Langkah ini adalah langkah akhir, dimana
guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang
telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan
ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitaer sebagian pasangan mendapat
kesempatan untuk melaporkan.
Cara
lain yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan langkah-langkah berikut ini :
·
Guru menyampaikan inti materi dan
kompetensi yang ingin dicapai.
·
Siswa diminta untuk berfikir tentang
materi atau permasalahan yang disampaikan guru.
·
Siswa diminta berpasangan dengan teman
sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing.
·
Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap
kelompok mengemukakan hasil diskusinya.
·
Berawal dari kegiatan tersebut, guru
mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum
diungkapkan para siswa.
Dari beberapa penjelasan mengenai
langkah-langkah model pembelajaran TPS yang diungkapkan oleh para ahli di atas,
belum dicantumkan sintaks pembelajaran secara keseluruhan, yaitu
langkah-langkah dalam pembelajaran yang
menggunakan kegiatan awal, inti, dan akhir. Oleh karena itu, peneliti
menggunakan langkah-langkah model pembelajaran TPS dengan menggabungkannya
dengan sintaks dalam pembelajaran supaya sesuai dengan format Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yakni sebagai berikut:
a.
Kegiatan Awal
1.
Membuka pelajaran:
memeriksa kesiapan siswa.
2.
Guru menyampaikan
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran.
3.
Guru memberikan
informasi dan menjelaskan kegiatan yang akan dikerjakan siswa.
4.
Guru membentuk
kelompok.
b.
Kegiatan Inti
Tahap Think:
1. Guru
memberikan tugas pada setiap kelompok.
2.
Masing-masing anggota
memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri-sendiri terlebih dahulu.
Tahap Pair:
1.
Kelompok membentuk
anggotanya secara berpasangan. Setiap pasangan mendiskusikan hasil pengerjaan
individualnya.
2.
Guru mengontrol kerja
siswa dalam berdiskusi dan membantu siswa dalam mengarahkan jika terdapat
hal-hal yang belum dipahami.
Tahap Share:
1.
Kedua pasangan lalu
bertemu kembali dalam kelompoknya masing-masing untuk membagikan (sharing) hasil diskusinya.
2.
Guru memimpin jalannya
diskusi kelas.
c.
Kegiatan Penutup
1. Guru
memberikan penguatan/penghargaan terhadap hasil diskusi.
2. Guru
mengadakan evaluasi.
Dibawah ini disajikan contoh Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan model Pembelajaran Think Pair
Share.