Jiwa manusia, termasuk
peserta didik terdiri atas berbagai potensi psikologis, baik dalam domain kognitif
maupun dalam domain afektif dan konatif (psikomotorik). Teori belajar humanisme
memandang kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang melibatkan potensi
psikis yang bersifat kognitif, afektif, dan konatif.
Peserta didik pun
memiliki dorongan untuk menjadi dirinya sendiri, karena di dalam dirinya
terdapat kemampuan untuk mengerti dirinya sendiri, menentukan hidupnya sendiri,
dan menangani sendiri masalah yang dihadapinya. Belajar dipandang sebagai
fungsi keseluruhan pribadi. Mereka berpendapat bahwa belajar yang sebenarnya
tidak dapat berlangsung bila tidak ada keterlibatan intelektual maupun
emosional peserta didik. Oleh karena itu, menurut teori belajar humanisme bahwa
motivasi belajar harus bersumber pada diri peserta didik. Itulah sebabnya dalam
proses pembelajaran hendaknya diciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan
peserta didik secara aktif mengaktualisasi dirinya.
Kemampuan sosial dan personal siswa dikembangkan melalui
pendidikan. Pendidikan adalah membangun dan mengorganisasikan kembali
pengalaman yang mampu memberikan makna terhadap kehidupan siswa dan dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi
di masa yang akan datang.
Pembelajaran humanistik ini adalah pembelajaran yang
memanusiakan manusia. Pembelajaran yang bertujuan untuk mengaktualisasi diri si
pembelajar. Guru harus menyadari bahwa siswa adalah makhluk yang berbakat dan
berkembang. Pengajaran beralih ke arah penyelenggaraan sekolah progresif,
sekolah kerja, sekolah pembangunan, dan sekolah yang menggunakan CBSA (Cara
Belajar Siswa Aktif).
No comments:
Post a Comment