Kemampuan mengucapkan bahasa merupakan salah
satu keterampilan yang berlaku cukup penting dalam keseluruhan kehidupan
individu bukan hanya pada anak usia dini. Kemampuan berbahasa akan menjadi
modal utama bagi anak dalam melakukan komunikasi dengan teman, guru dan juga
orang dewasa lain yang ada di sekitarnya, minimalnya sebelum memasuki
pendidikan formal anak sudah memiliki kemampuan berbahasa dalam satu bahasa
“ibu” (Wahyudin dan Agustin, 2009:15).
Menurut Yusuf (2005:170) perkembangan bahasa anak usia dini dapat
diklasifikasikan ke dalam dua tahap (sebagai kelanjutan dari dua tahap
sebelumnya) yaitu sebagai berikut.
- Masa ketiga (2,0-2,6) yang bercirikan:
1) Anak sudah mulai bisa menyusun kalimat
tunggal yang sempurna.
2) Anak sudah mampu memahami tentang
perbandingan misalnya burung pipit lebih kecil dari burung perkutut, anjing
lebih besar dari kucing.
3) Anak banyak menanyakan nama dan tempat: apa,
dimana, dan darimana.
4) Anak sudah banyak menggunakan kata-kata yang
berawalan dan yang berakhiran.
- Masa keempat (2,6-6,0) yang bercirikan:
1) Anak sudah dapat menggunakan kalimat majemuk
beserta kalimatnya.
2) Tingkat berpikir anak sudah lebih maju, anak
banyak menanyakan soal waktu, sebab akibat melalui pertanyaan-pertanyaan: kapan,
kemana, mengapa, dan bagaimana.
Perkembangan bahasa anak merupakan proses biologis dan psikologis, karena
melibatkan proses pertumbuhan alami dan perkembangan psikologis sebagai akibat
interaksi anak dengan lingkungan. Kecepatan anak dalam berbicara (bahasa
pertama) merupakan salah satu keajaiban alam
dan menjadi bukti kuat dari dasar biologis untuk pemerolehan bahasa.
Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Dalam pengertian ini, tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran
dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lambang atau simbol untuk mengungkapkan
sesuatu pengertian, seperti dengan menggunakan lisan, tulisan, isyarat,
bilangan, lukisan dan mimik muka (Yusuf, 2005:118).
Sebagai alat komunikasi, bahasa merupakan
sarana yang sangat penting dalam kehidupan anak. Di samping itu, bahasa juga
merupakan alat untuk menyatakan pikiran dan perasaan kepada orang lain yang
sekaligus berfungsi untuk memahami pikiran dan perasaan orang lain (Wahyudin dan Agustin, 2009:15)..
Pada saat yang sama, perkembangan kompetensi berbahasa, yakni kemampuan
untuk menggunakan seluruh aturan berbahasa baik untuk ekspresi (berbicara)
maupun interpretasi (memberi makna), dipengaruhi oleh pengalaman dan lingkungan
anak. Selama tahun-tahun awal prasekolah, khususnya di kelompok bermain, interaksi dengan orang dewasa dan
penutur lain yang lebih tua, memainkan peranan yang penting dalam mendukung
perkembangan kemampuan berkomunikasi anak.
Ketika memasuki kelompok
bermain, anak telah dapat memberikan
sejumlah informasi dan menggunakan berbagai bentuk pertanyaan dengan
menggunakan kata “apa”, “mengapa”, “kapan”, “di mana”, dan “siapa”. Mereka juga
dapat berargumentasi dan dapat tertawa oleh penggunaan kata-kata yang keliru.
Anak usia 4 tahun mempunyai selera humor yang relatif baik, senang terhadap
rima (persajakan), teka-teki, lelucon sederhana, dan gurauan lisan. Mereka juga
dapat menikmati cerita yang dibicarakan kepada mereka, khususnya ketika mereka
dapat melihat ke ilustrasi gambar yang menyertai cerita tersebut.
Dalam berbahasa anak dituntut menuntaskan atau menguasai empat tugas
pokok yang satu sama lain saling berkaitan. Apabila anak berhasil menuntaskan tugas yang satu, maka berarti
juga ia dapat menuntaskan tugas-tugas yang lainnya. Keempat tugas itu adalah
sebagai berikut.
a) Pemahaman,
yaitu kemampuan memahami makna ucapan orang lain.
b) Pengembangan
perbendaharaan kata anak berkembang dimulai secara lambat pada usia dua tahun
pertama, kemudian mengalami tempo yang cepat pada usia prasekolah dan terus
meningkat setelah anak masuk sekolah.
c) Penyusunan
kata-kata menjadi kalimat, kemampuan menyusun kata-kata menjadi kalimat pada
umumnya berkembang sebelum usia dua tahun. Bentuk kalimat pertama adalah
kalimat tunggal (kalimat satu kata) dengan disertai gerakan untuk melengkapi
cara berpikirnya. Contoh anak menyebut “bola” sambil menunjuk bola itu dengan
jarinya. Seiring dengan meningkatnya usia anak dan keluasan pergaulannya, tipe
kalimat yang diucapkannya pun semakin panjang dan kompleks.
d) Ucapan,
kemampuan mengucapkan kata-kata merupakan hasil belajar melalui imitasi
(peniruan) terhadap suara-suara yang didengar anak dari orang lain (terutama
orang tuanya). Kejelasan ucapan itu baru tercapai pada usia sekitar tiga tahun.
Hasil studi tentang suara dan kombinasi suara menunjukkan bahwa anak mengalami
kemudahan dan kesulitan dalam huruf-huruf tertentu. Huruf-huruf yang mudah
diucapkan yaitu huruf hidup (vokal) seperti i, a, e, dan u dan huruf mati
(konsonan) seperti t, p, b, m dan n, sedangkan yang sulit diucapkan adalah
huruf mati tunggal seperti z, w, s dan g dan huruf mati rangkap (diftong)
seperti st, str, dan dr. (Yusuf,
2005:119).
Ada
dua tipe perkembangan bahasa anak, yaitu sebagai berikut.
1)
Egocentric speech,
yaitu anak berbicara kepada dirinya sendiri (monolog).
2)
Socialized
speech, yang terjadi ketika berlangsung kontak antara anak dengan temannya
atau dengan lingkungannya. Perkembangan ini dibagi ke dalam lima bentuk: (a) adapted information, di sini terjadi
saling tukar gagasan atau adanya tujuan bersama yang dicari, (b) critism, yang menyangkut penilaian anak
terhadap ucapan atau tingkah laku orang lain, (c) command (perintah), request
(permintaan), dan threat (ancaman),
(d) questions (pertanyaan), dan (e) answer (jawaban)
No comments:
Post a Comment