Sunday, October 22, 2017

PENGUTIPAN



          Kutipan atau catatan pustaka adalah pernyataan atau keterangan yang diambil dari teks acuan. Fungsi kutipan adalah memperkuat pendapat atau ide yang dikemukakan dalam karya ilmiah dan sebagai pernyataan bahwa pendapat yang dikemukakan mempunyai dasar yang dapat dipertanggungjawabkan. Oleh sebab itu, pencantuman sumber dan pengarang yang pendapatnya dikutip dianggap sebagai pertanggungjawaban moral orang yang mengutip. Buku atau karya yang dikutip dalam kutipan harus ditulis dalam daftar rujukan.
            Ada beberapa teknik pengutipan dalam penulisan karya ilmiah. Teknik-teknik tersebut mempunyai ciri-ciri khusus. Penulis harus konsisten dengan teknik yang dipilih agar tidak membingungkan pembaca.
            Penting untuk diingat bahwa pengutipan merupakan bagian argumentasi yang dikemukakan pengarang. Argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang digunakan untuk memengaruhi sikap dan pendapat orang lain agar mereka percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan yang diinginkan penulis (Keraf, 1982:3). Penulis menyertakan fakta-fakta kemudian merangkainya sehingga argumentasi atau pendapat yang dikemukakan kuat dan meyakinkan.
1   Kutipan Langsung
(1)     Kutipan yang berisi empat puluh kata atau lebih ditulis tanpa tanda kutip dan  terpisah dari teks yang mendahului. Kutipan tersebut ditulis sekitar 1,2 cm dari garis tepi sebelah kiri dan kanan teks halaman. Penulisan teks kutipan  menggunakan spasi tunggal.
Contoh:
Martaniah (1984:148) menyimpulkan hal tersebut sebagai berikut.

Dalam penelitian ini terbukti tidak ada perbedaan yang signifikan dalam motif berkuasa antara remaja yang tinggal di kotamadya, di kota kabupaten, dan di desa. Jadi, hipotesis yang dikemukakan penulis terbukti. Akan tetapi, sebetulnya yang dimaksud oleh penulis tidak hanya sama tingginya, tetapi sama tinggi pada skala tingkat atas. Menurut hasil penelitian ini, motif berkuasa remaja Jawa sama tinggi, tetapi pada skala tingkat bawah karena motif berkuasa pada semua kelompok tersebut di bawah rerata total. Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa motif berkuasa remaja Jawa yang diteliti adalah rendah.

 (1)     Kutipan yang memuat kurang dari empat puluh kata ditulis di antara tanda kutip  yang terpadu dengan teks, kemudian diikuti  nama pengarang, tahun, dan nomor halaman. Nama pengarang dapat terpadu dengan teks atau menjadi satu dengan  tahun dan nomor halaman  yang ditempatkan dalam tanda kurung. Jika terdapat  tanda kutip dalam kutipan, dipergunakan tanda kutip tunggal (‘…’).
Contoh:
Avika (2005:5) menyimpulkan “ada pengaruh yang signifikan antara kasih sayang yang diberikan orang tua dan tingkah laku anak”.

 Cara lainnya sebagai berikut.
Kesimpulan  penelitian ini adalah “ada pengaruh yang signifikan antara kasih sayang yang diberikan orang tua dan tingkah laku anak” (Avika, 2005:5).
       Contoh:
Dalam penelitian tersebut disimpulkan “terdapat berbagai realitas yang dapat ditelusuri dari ‘bahasa’ yang digunakan sehari-hari” (Avika, 2005:12).

2. Kutipan Tidak Langsung
            Kutipan tidak langsung adalah kutipan yang dikemukakan dengan bahasa dan gaya  penulis. Penulisannya tanpa tanda kutip dan terpadu dengan teks. Nama pengarang bahan kutipan dapat ditulis terpadu dalam teks atau ditulis dalam kurung bersama tahun penerbitannya. Lebih lengkap dan lebih baik hasilnya jika nomor halaman disebutkan juga. Uraian di bawah ini dapat dicermati.
(1)   Jika nama pengarang ditulis sebelum kutipan
Jika nama pengarang ditulis sebelum kutipan, perlu dibuat lebih dahulu pengantar kalimat yang relevan, kemudian nama akhir pengarang, tahun terbit, tanda titik dua, dan nomor halaman di dalam tanda kurung.
Contoh:
Selanjutnya, Sargent (1987:2) menjelaskan bahwa ideologi adalah sistem nilai atau keyakinan yang diterima sebagai fakta atau kebenaran oleh kelompok tertentu.
 (2)  Jika nama pengarang ditempatkan setelah kutipan
       Contoh:
Ideologi adalah sistem nilai atau keyakinan yang diterima sebagai fakta atau kebenaran oleh kelompok tertentu (Sargent, 1987:2).
 (3) Jika pengarang merujuk pendapat pengarang lain
Penulisannya sama seperti cara-cara di muka, tetapi tahun dan nomor halaman buku asli tidak ditulis.
Contoh:
Buku rujukan (Tarigan, 1984:32) berbunyi:
Kemampuan membaca sepintas ini bermanfaat. Oleh karena itu, guru harus mengajarkan keterampilan ini kepada anak didiknya (Burmeister, 1978:296).
Cara mengutipnya sebagai berikut.
Burmeister (Tarigan, 1984:32) berpendapat bahwa kemampuan membaca sepintas bermanfaat. Oleh karena itu, guru harus mengajarkan keterampilan ini kepada anak didiknya.

Berikut ini cara lainnya.
Kemampuan membaca sepintas ini bermanfaat. Oleh karena itu, guru harus mengajarkan keterampilan ini kepada anak didiknya (Burmeister dalam Tarigan, 1984:32).
Perhatikan penggunaan kata dalam!
(4)  Jika sebuah kutipan diambil dari dua buku rujukan atau lebih karena isinya kurang lebih sama, di antara sumber rujukan ditulis tanda titik koma (;).
Contoh:
Diperlukan unsur-unsur penunjang bentuk-bentuk arsitektur untuk menciptakan bentuk yang harmonis dan estetis (Ali, 1984:6; Gani, 1985:17; Wawan, 1986:54).
(5)  Jika ada dua pengarang, kedua nama akhir pengarang dicantumkan dengan urutan seperti yang terdapat pada buku sumber dan dihubungkan dengan kata dan, diikuti tanda kurung yang berisi tahun terbit, titik dua, dan nomor halaman.
Contoh:
Selanjutnya, Eman dan Fauzi (1970:18) menyatakan bahwa tenaga mesin itu dapat mengatasi sekian tenaga manusia. Oleh karena itu, masalah ketenagakerjaan menjadi masalah yang serius pula.
Di bawah ini cara pengutipan yang lain.
Pada bagian ini dikemukakan bahwa tenaga mesin itu dapat mengatasi sekian tenaga manusia. Oleh sebab itu, masalah ketenagakerjaan menjadi masalah yang serius pula (Eman dan Fauzi, 1970:18).

(6)   Jika pengarang lebih dari dua orang, nama akhir pengarang pertama diikuti dengan singkatan dkk. (singkatan dari dan kawan-kawan).
Contoh:
Tentang hubungan antara arsitektur dan arsitek, Sularko dkk. (1982:10) menyatakan bahwa arsitektur adalah perpaduan antara ilmu dan seni, sedangkan arsitek adalah orang yang menciptakan ruang sehingga melahirkan bentuk-bentuk arsitektur yang beraneka ragam.

3. Catatan Kaki

            Catatan kaki ialah keterangan mengenai kata atau ungkapan di dalam teks yang dicantumkan pada margin bawah halaman buku (biasanya dicetak dengan huruf lebih kecil daripada huruf di dalam teks) untuk menambah referensi  uraian dalam naskah pokok. Pada artikel, catatan kaki biasanya hanya digunakan untuk menerangkan identitas penulis artikel.
 Hal-hal yang perlu diketahui dalam kaitannya dengan catatan kaki adalah sebagai berikut.
 (1) Catatan kaki berfungsi sebagai pemberi keterangan tambahan yang bersifat umum atau yang berasal dari sumber lisan.
(2)     Maksud pembuatan catatan kaki yang berdiri sendiri dan tidak dimasukkan ke dalam uraian adalah agar perhatian pembaca tidak beralih  dari  pokok bahasan.
(3)     Catatan kaki ditempatkan pada bagian bawah halaman. Ada juga yang ditempatkan pada akhir tulisan. Catatan kaki yang ditempatkan pada bagian bawah halaman perlu diperhitungkan tempatnya agar tidak melampaui margin bawah. Catatan kaki dipisahkan dari teks dengan garis sepanjang empat belas ketukan dari margin kiri. Garis pemisah itu berjarak dua spasi dari baris terakhir teks dan dua spasi dari nomor catatan kaki yang pertama.
(4)     Isi catatan kaki ditulis turun setengah spasi dari nomor catatan kaki dan ditulis dengan jarak antarbaris satu spasi. Jarak antara dua nomor catatan kaki adalah dua spasi.
(5)     Pada karya ilmiah yang terdiri atas beberapa bab, nomor catatan kaki diurutkan dalam setiap bab. Apabila terjadi pergantian bab, penomoran dimulai dari nomor satu lagi.
(6)     Nomor catatan kaki dalam teks diletakkan langsung di belakang huruf terakhir pernyataan yang diberi catatan dengan menaikkan setengah spasi.
Contoh:
Ani merupakan anak semata wayang¹ sehingga dimanja oleh orang tuanya.
(7)     Catatan kaki yang lebih dari dua baris ditulis dengan satu spasi.
(8)     Penulisan catatan kaki dimulai dari nama akhir pengarang, judul rujukan, kota tempat penerbitan, penerbit, tahun, dan nomor halaman.

            Pada catatan kaki terdapat singkatan-singkatan yang mempunyai fungsi tertentu. Singkatan tersebut berasal dari bahasa asing sehingga artinya perlu dipahami lebih dahulu.
(1)   Ibid. (singkatan dari Ibidium, artinya sama dengan yang sudah disebutkan di atas). Singkatan itu digunakan untuk catatan kaki yang sumbernya sama dengan catatan kaki yang tepat di atasnya tanpa diselingi oleh perujukan sumber lain. Huruf pertama ditulis dengan huruf kapital, kemudian diikuti tanda titik (.), kemudian koma (,), lalu nomor halaman.
(2)   Jika yang dirujuk berada pada halaman yang berbeda, digunakan singkatan Op. cit (singkatan dari opere citato yang artinya karangan yang telah dikutip) dengan diikuti nomor halaman yang dirujuk.
(3)   Loc.cit (singkatan dari loco citato yang artinya pada tempat yang dikutip) digunakan jika merujuk karya  yang telah dirujuk sebelumnya pada halaman yang sama dan telah diselingi oleh sumber lain.
       Contoh:
¹Kaelan. Filsafat Bahasa. Yogyakarta: Paradigma. 1998. hal. 8.
²Ibid. Artinya adalah rujukan nomor 2 merujuk halaman yang sama dengan rujukan nomor 1.
4. Daftar Rujukan
            Daftar rujukan merupakan daftar yang berisi buku, makalah, artikel, atau bahan lain yang dikutip baik secara langsung maupun tidak langsung. Bahan-bahan yang dibaca  tetapi tidak dikutip tidak dicantumkan dalam daftar rujukan. Semua bahan yang dikutip secara langsung ataupun tak langsung dalam teks harus dicantumkan dalam daftar rujukan.
            Daftar rujukan dapat berupa buku, makalah, artikel, atau bahan-bahan lain, misalnya makalah hasil lokakarya, seminar, artikel dari internet, dan hasil penerbitan suatu lembaga. Kata rujukan berasal dari bahasa Arab,  ro-ja-‘a yang secara harfiah berarti kembali. Dengan demikian, rujukan berarti tempat melihat kembali bahan-bahan  atau bacaan yang dikutip. Bagian-bagian  yang ditulis dalam daftar rujukan adalah sebagai berikut:
(1)  nama pengarang ditulis dengan urutan nama akhir, nama awal, dan nama tengah, tanpa gelar akademik;
(2)  tahun penerbitan;
(3)  judul (termasuk subjudul);
(4)     tempat atau kota penerbitan;
(5)     nama penerbit.
Rujukan berupa buku
Pengarang
(1)     Jika  pengarang hanya satu orang, penulisan rujukan sebagai berikut:
Contoh:
Alatas, Syed Hussen. 1988. Intelektual Masyarakat Berkembang. Jakarta: LP3ES.
Effendy. 2003. Teori VSEPR dan Kepolaran Molekul. Malang: Bayumedia.
Schiffrin, D. 1993. Approaches to Discourse. Oxford: Blackwell.
Usman, Muchlis. 1996. Kaidah-Kaidah Ushuliyah dan Fiqhiyah: Pedoman Dasar dalam Istinbath Hukum Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
 Nama pengarang dalam daftar rujukan dapat disingkat. Perhatikan contoh berikut!
 Alatas, S. 1988. Intelektual Masyarakat Berkembang. Jakarta: LP3ES
(2) Jika pengarang terdiri atas dua pengarang, penulisan rujukan sebagai berikut.
Contoh:
Mulyana, Deddy dan Rakhmat, Jalaluddin. 1990. Komunikasi Antarbudaya. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Chaer, Abdul dan Agustina, Leonie. 1995. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.
Halliday, M.A.K. dan Hasan, Ruqaiya. Tanpa tahun. Bahasa, Konteks, dan Teks: Aspek-aspek Bahasa dalam Pandangan Semiotik Sosial. Terjemahan oleh Asrudin Barori Tou. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

(3) Jika nama pengarang lebih dari dua orang, nama pengarang pertama yang ditulis, lalu singkatan dkk. (dan kawan-kawan).
Contoh:
Wardani, I.G.A.K. dkk. 2002. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.
(4)   Penulisan nama pengarang yang terdiri atas dua kata atau lebih dimulai dengan nama akhir, diikuti tanda koma, kemudian nama pertamanya.
Contoh:
Soegito menjadi Soegito.
Sri Retnowati Wigati menjadi Wigati, Sri Retnowati atau Wigati, S. R.
Norman Fairclough menjadi Fairclough, Norman atau Fairclough, N.
(5) Urutan nama Tionghoa tidak dibalik karena unsur nama pertama Tionghoa merupakan nama keluarga.
Contoh:
Liem Swie King tetap Liem Swie King.
(6) Jika beberapa buku yang diacu ditulis oleh pengarang yang sama, nama pengarang tetap ditulis secara utuh, lalu diakhiri dengan tanda baca titik, tahun terbit, dan seterusnya.
Contoh:
Suhartono. 2000. Pengantar Psikolinguistik. Surabaya: Unesa Press.
Suhartono . 2001.  Pertuturan. Surabaya: Bina Ilmu.
Suhartono . 2002. Jurnalistik. Surabaya: Aksara Kata.

Tahun Terbit
(1) Jika beberapa rujukan ditulis oleh seorang penulis dalam tahun yang sama,  urutannya didasarkan pada urutan abjad judul buku dengan ciri pembeda huruf sesudah tahun terbit.
Contoh:
Fairclough, Norman. 1995a. Critical Discourse Analysis. London: Longman.
Fairclough, Norman. 1995b. Media Discourse. London: Edward Arnold.
(2)     Jika rujukan yang digunakan tidak menyebutkan tahun terbit, tahun terbit ditulis dengan Tanpa Tahun.
Contoh:
Sumargono, Achmad. Tanpa Tahun. Pengantar Biokimia. Malang: Aneka.
Judul
(1)  Judul buku ditulis sesudah tahun terbit, diakhiri dengan tanda titik, dan dicetak miring atau garis bawah pada masing-masing kata. Jika pada judul terdapat anak judul, di antaranya ditulis tanda titik dua.
Contoh:
De Porter, Bobbi dan Mike Hernacki. 2003. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan (terjemahan Alwiyah Abdurrahman). Bandung: Kaifa.
 Gardner, Howard. 1985. Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences. New York: Basic Books.
 Rose, Colin. 1985. Accelerated Learning. New York: Dell Publishing Co.

(2)  Judul artikel, laporan penelitian, makalah, skripsi, atau tesis ditulis di antara tanda petik.
Contoh:
Suyitno. 2004. “Pengembangan Pola Pembinaan dan Peningkatan Disiplin Guru”. Tesis tidak diterbitkan. Surabaya: Program Pascasarjana Unesa.
(3)  Keterangan yang menyertai judul (misalnya: jilid, edisi, terjemahan) ditempatkan sesudah judul dan diakhiri dengan tanda titik.
Contoh:
Kridalaksana, H. 1988. Kamus Linguistik. Edisi Kedua. Jakarta: Gramedia.

(4) Jika rujukan berupa karya terjemahahan, nama pengarang asli ditulis paling awal, diikuti tahun penerbitan karya asli, judul terjemahan, nama penerjemah, nama tempat penerbitan, dan nama penerbit terjemahan. Apabila tahun penerbitan buku asli tidak dicantumkam, digunakan kata tanpa tahun.

Contoh:
Glaser, Barney dan Strauss, Ansem L. Tanpa Tahun. Penemuan Teori Grounded: Beberapa Strategi Penelitian Kualitatif. Terjemahan oleh Abd. Syukur Ibrahim. 1984. Surabaya: Usaha Nasional.
(5)  Jika rujukan berupa buku  kumpulan artikel (ada editornya), setelah nama pengarang ditambahkan singkatan Ed. jika editornya satu orang dan Eds. jika editornya lebih dari satu orang.  Dalam BI editor disebut penyunting.
Contoh:
Purwo, Bambang Kaswanti (penyunting). 1992. PELLBA 5: Bahasa, Budaya. Yogyakarta: Kanisius.
 Leteridge, S. & Cannon, C.R. (Eds.). 1980. Bilingual Education: Teaching English as a Second Language. New York: Praeger.
 Latif, Yudi dan Ibrahim, Idi Subandy (Eds.). 1996. Bahasa dan Kekuasaan. Bandung: Mizan.      
(6) Jika rujukannya adalah artikel dalam buku kumpulan artikel, judul artikel ditulis di antara tanda petik ganda. Setelah titik, digunakan Dalam dan seterusnya.
Contoh:
Hooker, Virginia Matheson. 1996. “Bahasa dan Pergeseran Kekuasaan di Indonesia: Sorotan terhadap Pembakuan Bahasa Indonesia”. Dalam Latif, Yudi dan Ibrahim, Idi Subandy (Eds.). Bahasa dan Kekuasaan. Bandung: Mizan.

Nama Kota dan Penerbit
(1) Nama kota ditulis setelah judul, diikuti tanda titik dua (:).
 Contoh:
.Surabaya:
.Jakarta:
.Surabaya:
(2)     Nama kota diikuti nama penerbit buku.
Contoh:
.Surabaya: Usaha Nasional.
.Jakarta: Gramedia.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rujukan dari koran atau majalah
(1)  Nama pengarang ditulis paling awal, lalu diikuti tanggal, bulan, dan tahun terbit.
(2)  Judul artikel yang dikutip ditulis dengan cetak biasa dan berhuruf besar pada setiap awal kata, kecuali kata tugas.
(3)  Nama majalah ditulis dengan huruf  kecil, kecuali huruf pertama setiap kata dan ditulis miring. Nomor halaman disebut pada bagian akhir.
(4)  Judul artikel ditulis di antara tanda petik dua (“).
Contoh:
Kompas. 17 Agustus, 2005. “Interpretasi Proklamasi”, hal. 8.
Fauzan, Ali. 12 Juni 2000. “Krisis Energi.” Jawa Pos, hal. 4.
Mujani, Saiful. 2000. “Tanggung Jawab Politik Santri”. TEMPO, edisi 6-12 November.

Rujukan dari Dokumen Resmi Pemerintah dan Suatu Lembaga
Contoh:
BP-7 Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur. 1988. Buku Serapan Bahan Penataran P-4, UUD 1945, GBHN. Surabaya.
 Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1990. Pedoman Penulisan Laporan Penelitian. Jakarta: Departeman Pendidikan dan Kebudayaan.
 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 1990. Surabaya: Usaha Nasional.

Rujukan dari Internet
Rujukan dari Internet Berupa Karya Individual
(1)  Nama pengarang ditulis seperti aturan bahan cetak, diikuti tahun, judul artikel, nama jurnal (dicetak miring) dengan diberi keterangan dalam kurung (Online), volume atau nomor, dan diakhiri dengan alamat sumber rujukan dengan disertai tulisan waktu pengaksesan  dalam tanda kurung.
Contoh:
Graham, J.L. 2000. A Survey of LES Online Journals, 1999-2000: Learning Analysis, (Online), (http://journal.ed.learn.mu.uk/analysis/analysis.html, diakses 15 Agustus 2002).

Rujukan dari Internet Berupa Artikel Jurnal
(1)  Nama pengarang ditulis seperti aturan bahan cetak, diikuti tahun dan judul artikel.
(2)  Kemudian, nama jurnal (dicetak miring) dengan diberi keterangan dalam kurung (Online), volume dan nomor, dan diakhiri dengan alamat sumber rujukan dengan disertai keterangan waktu pengaksesan dalam tanda kurung.
Contoh:
Hanafi, Hasan. 1997. Kepribadian Ganda. Jurnal Psikologi, (Online), Jilid 2, No.6, (http//www.surabaya.ac.id, diakses 20 Juni 1998).

Rujukan dari Internet Berupa Bahan Diskusi
Nama pengarang ditulis seperti aturan bahan cetak, diikuti tanggal, bulan, tahun, topik bahan diskusi (dicetak miring) dengan diberi keterangan dalam tanda kurung (Online), kemudian diakhiri dengan alamat e-mail sumber rujukan dengan disertai keterangan waktu pengaksesan yang ditulis di antara tanda kurung.
Contoh:
David, E. 10 Desember 1994. Summary of Citing Internet Sites. EDUCATION Discussion List, (Online), (NETRRAIN@ubvm.cc.buffalo.edu, diakses 28 Desember 1994).
Rujukan dari Internet Berupa E-mail Pribadi
Penulisannya diawali dengan nama pengirim e-mail (jika ada); diikuti keterangan dalam kurung (alamat e-mail pengirim); kemudian tanggal, bulan, tahun, dan topik isi bahan (dicetak miring); lalu nama yang dikirimi e-mail dengan disertai keterangan dalam kurung (alamat e-mail yang dikirimi).
Contoh:
Aliyah, S. (unesa-sby@indo.net.id). 01 Januari 2005. Artikel untuk JPN. E-mail kepada Tom Haris (th@sby.ywcn.or.id).




DIKSI



Diksi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pusat bahasa Departemen Pendidikan Indonesia adalah pilihan kata yg tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan). Fungsi dari diksi antara lain :
·         Membuat pembaca atau pendengar mengerti secara benar dan tidak salah paham terhadap apa yang disampaikan oleh pembicara atau penulis.
·         Untuk mencapai target komunikasi yang efektif.
·         Melambangkan gagasan yang di ekspresikan secara verbal.
·         Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi) sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca.
Diksi terdiri dari delapan elemen yaitu : fonem, silabel, konjungsi, hubungan, kata benda, kata kerja, infleksi, dan uterans.
Macam macam hubungan makna :
1.      Sinonim
Merupakan kata-kata yang memiliki persamaan / kemiripan makna. Sinonim sebagai ungkapan (bisa berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya kurang lebih sama dengan makna ungkapan lain. Contoh: Kata buruk dan jelek, mati dan wafat.
2.      Antonim.
Merupakan ungkapan (berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya dianggap kebalikan dari makna /ungkapan lain. Contoh: Kata bagus berantonim dengan kata buruk; kata besar berantonim dengan kata kecil.
3.      Polisemi.
Adalah sebagai satuan bahasa (terutama kata atau frase) yang memiliki makna lebih dari satu. Contoh: Kata kepala bermakna ; bagian tubuh dari leher ke atas, seperti terdapat pada manusia dan hewan, bagian dari suatu yang terletak di sebelah atas atau depan, seperti kepala susu, kepala meja,dan kepala kereta api, bagian dari suatu yang berbentuk bulat seperti kepala, kepala paku dan kepala jarum dan Iain-lain.
4.      Hiponim.
Adalah suatu kata yang yang maknanya telah tercakup oleh kata yang lain, sebagai ungkapan (berupa kata, frase atau kalimat) yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna suatu ungkapan. Contoh : kata tongkol adalah hiponim terhadap kata ikan, sebab makna tongkol termasuk makna ikan.
5.      Hipernim.
Merupakan suatu kata yang mencakup makna kata lain.
6.      Homonim.
Merupakan kata-kata yang memiliki kesamaan ejaan dan bunyi namun berbeda arti.
7.      Homofon.
Merupakan kata-kata yang memiliki bunyi sama tetapi ejaan dan artinya berbeda.
8.      Homograf.
Merupakan kata-kata yang memiliki tulisan yang sama tetapi bunyi dan artinya berbeda.
Makna Denotasi
Makna Denotasi merupakan makna kata yang sesuai dengan makna yang sebenarnya atau sesuai dengan makna kamus.
Contoh :
Adik makan nasi.
Makan artinya memasukkan sesuatu ke dalam mulut.

Makna Konotasi
Kalau makna Denotasi adalah makna yang sebenarnya, maka seharusnya Makna Konotasi merupakan makna yang bukan sebenarnya dan merujuk pada hal yang lain. Terkadang banyak eksperts linguistik di Indonesia mengatakan bahwa makna konotasi adalah makna kiasan, padahal makna kiasan itu adalah tipe makna figuratif, bukan makna konotasi. Makna Konotasi tidak diketahui oleh semua orang atau dalam artian hanya digunakan oleh suatu komunitas tertentu. Misalnya Frase jam tangan.

Contoh:
Pak Slesh adalah seorang pegawai kantoran yang sangat tekun dan berdedikasi. Ia selalu disiplin dalam mengerjakan sesuatu. Pada saat rapat kerja, salah satu kolega yang hadir melihat kinerja beliau dan kemudian berkata kepada sesama kolega yang lain “Jam tangan pak Slesh bagus yah”.
Dalam ilustrasi diatas, frase jam tangan memiliki makna konotasi yang berarti sebenarnya disiplin. Namun makna ini hanya diketahui oleh orang-orang yang bekerja di kantoran atau semacamnya yang berpacu dengan waktu. Dalam contoh diatas, Jam Tangan memiliki Makna Konotasi Positif karena sifatnya memuji
Makna konotasi dibagi menjadi 2 yaitu konotasi positif  merupakan kata yang memiliki makna yang dirasakan baik dan lebih sopan, dan konotasi negatif merupakan kata yang bermakna kasar atau tidak sopan.
Sumber :

KALIMAT EFEKTIF



Definisi Kalimat Efektif
1. Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan- gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau penulis. Kalimat sangat mengutamakan keefektifan informasi itu sehingga kejelasan kalimat itu dapat terjamin. Kalimat dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis. Untuk itu penyampaian harus memenuhi syarat sebagai kalimat yang baik, yaitu strukturnya benar, pilihan katanya tepat, hubungan antarbagiannya logis, dan ejaannya pun harus benar.
2. Syarat Kalimat Efektif
2.1 Keterpaduan
2.1.1 Pengertian Keterpaduam Keterpaduan adalah keterpaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga maksud atau informasi yang disampaikan tidak terpecah-pecah (sistematis).
         Kalimat tidak bertele-tele dan harus sistematis
         Kalimat yang padu menggunakan pola aspek-agen-verbal atau aspek- verbal-pasien.
         Diantara predikat kata kerja dan objek penderita tidak disisipkan kata daripada / tentang.
2.1.2 Penyebab Ketidakpaduan
2.1.2.1 Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris. Oleh karena itu, kita hidari kalimat yang panjang dan bertele-tele.
Misalnya: Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar bertindak keluar dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang adil dan beradab. Kalimat di atas bisa diperbaiki supaya menjadi kalimat yang padu.

2.1.2.2 Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam kalimat- kalimat yang berpredikat pasif persona.
a. Surat itu saya sudah baca.
b. Saran yang dikemukakannya kami akan pertimbangkan.
Kalimat di atas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek terletak antara agen dan verbal. Seharusnya kalimat itu berbentuk:
a. Surat itu sudah saya baca.
b. Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.
2.1.2.3 Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Perhatikan kalimat dibawah ini :
a. Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah adat.
Seharusnya:
a. Mereka membicarakan kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.
2.2 Kepararelan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu. Artinya, bila dalam suatu kalimat menggunakan bentuk nomina berarti seterusnya menggunakan nomina. Apabila bentuk pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.
Contoh :
a. Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.
b. Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
Kalimat a tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili predikat terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan. Kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu.
a. Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes. Kalimat b tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak sama bentuknya, yaitu kata pengecatan, memasang,pengujian, dan pengaturan. Kalimat itu akan baik kalau diubah menjadi predikat yang nomial, sebagai berikut. Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.

2.3 Kehematan Kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Akan tetapi, bukan berarti menghilangkan kata atau frasa yang dapat memperjelas kalimat. kalimat hemat memiliki beberapa kriteria, yaitu
2.3.1 Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek.
Contoh:
-       Karena ia tidak diundang ia tidak datang ke tempat itu.
-       Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui presiden datang.
Perbaikannya :
-       Karena tidak diundang, ia tidak datang ke tempat itu.
-       Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa presiden datang.
2.3.2 Penghematan dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponim kata. Contoh:
- Ia memakai baju warna merah.
- Di mana engkau menangkap burung pipit itu?
Perubahannya :
- Ia memakai baju merah
- Di mana engkau menangkap pipit itu?
2.3.3 Penghematan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
Contoh:
- Dia hanya membawa badannya saja.
- Sejak dari pagi dia bermenung.
Perbaikannya:
- Dia hanya membawa badannya.
- Sejak pagi dia bermenung.
2.3.4 Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata- kata yang berbentuk jamak,
misalnya:
- Para tamu-tamu
- Beberapa orang-orang
Perbaikannya:
- Para tamu
- Beberapa orang
2.4 Penekanan Yang dimaksud dengan penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu memberi penekanan atau penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat.
2.4.1 Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya. Penekanannya ialah presiden mengharapkan.
Contoh:
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya. Penekanannya Harapan presiden.
Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat.
2.4.2 Membuat urutan kata yang bertahap
Contoh: Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. Seharusnya: Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
2.4.3. Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh: Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
2.4.4 Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh: Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.
2.4.5. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).
Contoh: Saudaralah yang bertanggung jawab.
2.5 Kevariasian
Untuk membuat kalimat yang tidak monoton dan menjemukan, diperlukan adanya variasi. Kevariasian dapat ditempuh dengan berbagai cara berikut.
2.5.1 Variasi penggunaan kata
Contoh Pembicaraan itu membicarakan kenakalan mahasiswa. (monoton) Pembicaraan itu membahas kenakalan mahasiswa. (variatif) 2.5.2 Variasi dalam pembukaan kalimat
Contoh :
a)    Frasa keterangan tempat atau keterangan waktu diletakkan diawal kalimat. Dari desa yang terpencil ia merantau ke Bandung.
b)   Penggunaan frasa verbal Merombak kendaraan tua adalah kegemarannya.
c)    Penempatan klausa anak kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulis yang memiliki sekurang-kurangnya subjek dan predikat.Bagi seorang pendengar atau pembaca, kalimat adalah kesatuan kata yang mengandung makna atau pikiran. Sedangkan bagi penutur atau penulis, kalimat adalah satu kesatuan pikiran atau makna yang diungkapkan dalam kesatuan kata.
Efektif mengandung pengertian tepat guna, artinya sesuatu akan berguna
jika dipakai pada sasaran yang tepat. Pengertian edektif dalam kalimat
adalah ketepatan penggunaan kalimat dan ragam bahasa tertentu dalam situasi kebahasaan tertentu pula.
Beberapa definisi kalimat efektif menurut beberapa ahli bahasa:
1.    Kalimat efektif adalah kalimat yang bukan hanya memenuhi syarat-syarat komunikatif, gramatikal, dan sintaksis saja, tetapi juga harus hidup, segar, mudah dipahami, serta sanggup menimbulkan daya khayal pada diri pembaca. (Rahayu: 2007)
2.    Kalimat efektif adalah kalimat yang benar dan jelas sehingga dengan
mudah dipahami orang lain secara tepat. (Akhadiah, Arsjad, dan Ridwan:2001)
3.    Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan kaidah, ringkas, dan enak dibaca. (Arifin: 1989)
4.    Kalimat efektif dipahami sebagai kalimat yang dapat menyampaikan informasi dan informasi tersebut mudah dipahami oleh pembaca. (Nasucha, Rohmadi, dan Wahyudi: 2009) Dari beberapa uraian di atas dapat diambil kata kunci dari definisi kalimat efektif yaitu sesuai kaidah bahasa, jelas, dan mudah dipahami. Jadi, kalimat efektif adalah kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa, jelas, dan mudah dipahami oleh pendengar atau pembaca.


Simbol Bilangan atau Angka

  a. Pengertian Angka Memahami suatu angka dapat membantu manusia untuk melakukan banyak perhitungan mulai dari yang sederhana maupaun y...

Blog Archive