Manusia
memiliki tulang dan sendi (sistem gerak) yang memiliki banyak fungsi untuk
menunjang kehidupan manusia. Tanpa kondisi fit tulang dan sendi, manusia akan
kesulitan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Berikut ini adalah beberapa
bentuk kelainan tulang belakang
1.
Skoliosis
Skoliosis
adalah kelengkungan tulang belakang yang abnormal ke arah samping, yang dapat
terjadi pada segmen servikal (leher), torakal (dada) maupun lumbal (pinggang).
Sekitar 4% dari seluruh anak-anak yang berumur 10-14 tahun mengalami skoliosis;
40-60% diantaranya ditemukan pada anak perempuan.
Terdapat 3
penyebab umum dari skoliosis:
Kongenital
(bawaan), biasanya berhubungan dengan suatu kelainan dalam pembentukan tulang
belakang atau tulang rusuk yang menyatu
Neuromuskuler,
pengendalian otot yang buruk atau kelemahan otot atau kelumpuhan akibat
penyakit berikut:
- Cerebral
palsy
- Distrofi
otot
- Polio
-
Osteoporosis juvenile Idiopatik, penyebabnya tidak diketahui.
Gejalanya
berupa:
- tulang belakang
melengkung secara abnormal ke arah samping
- bahu
dan/atau pinggul kiri dan kanan tidak sama tingginya
- nyeri
punggung
- kelelahan
pada tulang belakang setelah duduk atau berdiri lama
- skoliosis
yang berat (dengan kelengkungan yang lebih besar dari 60?) bisa menyebabkan
gangguan pernafasan.
Kebanyakan
pada punggung bagian atas, tulang belakang membengkok ke kanan dan pada
punggung bagian bawah, tulang belakang membengkok ke kiri; sehingga bahu kanan
lebih tinggi dari bahu kiri. Pinggul kanan juga mungkin lebih tinggi dari
pinggul kiri.
Pada
pemeriksaan fisik penderita biasanya diminta untuk membungkuk ke depan sehingga
pemeriksa dapat menentukan kelengkungan yang terjadi.
Pemeriksaan
neurologis (saraf) dilakukan untuk menilai kekuatan, sensasi atau refleks.
Pemeriksaan
lainnya yang biasa dilakukan:
Rontgen tulang belakang
Pengukuran dengan skoliometer (alat untuk mengukur kelengkungan tulang
belakang)
MRI (jika ditemukan
kelainan saraf atau kelainan pada rontgen).
Pengobatan
yang dilakukan tergantung kepada penyebab, derajat dan lokasi kelengkungan
serta stadium pertumbuhan tulang. Jika kelengkungan kurang dari 20?, biasanya
tidak perlu dilakukan pengobatan, tetapi penderita harus menjalani pemeriksaan
secara teratur setiap 6 bulan.
Pada
anak-anak yang masih tumbuh, kelengkungan biasanya bertambah sampai 25-30?,
karena itu biasanya dianjurkan untuk menggunakan brace (alat penyangga) untuk
membantu memperlambat progresivitas kelengkungan tulang belakang. Brace dari
Milwaukee & Boston efektif dalam mengendalikan progresivitas skoliosis,
tetapi harus dipasang selama 23 jam/hari sampai masa pertumbuhan anak berhenti.
Brace
tidak efektif digunakan pada skoliosis kongenital maupun neuromuskuler. Jika
kelengkungan mencapai 40? atau lebih, biasanya dilakukan pembedahan.
Pada
pembedahan dilakukan perbaikan kelengkungan dan peleburan tulang-tulang. Tulang
dipertahankan pada tempatnya dengan bantuan 1-2 alat logam yang terpasang
sampai tulang pulih (kurang dari 20 tahun).
Sesudah
dilakukan pembedahan mungkin perlu dipasang brace untuk menstabilkan tulang
belakang.
Kadang
diberikan perangsangan elektrospinal, dimana otot tulang belakang dirangsang
dengan arus listrik rendah untuk meluruskan tulang belakang.
2.
Kifosis
Penyakit
Scheuermann adalah suatu keadaan yang ditandai dengan nyeri punggung dan adanya
bonggol di punggung (kifosis).
Kifosis
adalah suatu kelainan bentuk pada tulang belakang yang bisa terjadi akibat
trauma, gangguan perkembangan atau penyakit degeneratif. Kifosis pada
masa remaja juga disebut penyakit Scheuermann.
Penyebab
dari penyakit Scheuermann tidak diketahui. Penyakit ini muncul pada masa
remaja dan lebih banyak menyerang anak laki-laki.
Gejalanya
berupa:
- nyeri
punggung yang menetap tetapi sifatnya ringan
- kelelahan
- nyeri bila
ditekan dan kekakuan pada tulang belakang
- punggung
tampak melengkung
- lengkung
tulang belakang bagian atas lebih besar dari normal.
Diagnosis
ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik (lengkungan punggung
yang abnormal). Juga dilakukan pemeriksaan neurologis (saraf) untuk mengetahui
adanya kelemahan atau perubahan sensasi). Rontgen tulang belakang dilakukan
untuk mengetahui beratnya lengkungan tulang belakang.
Kasus
yang ringan dan non-progresif bisa diatasi dengan menurunkan berat badan
(sehingga ketegangan pada punggung berkurang) dan menghindari aktivitas berat. Jika
kasusnya lebih berat, kadang digunakan brace (penyangga) tulang belakang atau
penderita tidur dengan alas tidur yang kaku/keras. Jika keadaan semakin
memburuk, mungkin perlu dilakukan pembedahan untuk memperbaiki kelainan pada
tulang belakang.
3. Lordosis
Tulang
belakang yang normal jika dilihat dari belakang akan tampak lurus. Lain halnya
pada tulang belakang penderita lordosis, akan tampak bengkok terutama di
punggung bagian bawah .
Gejala yang
timbul akibat lordosis berbeda-beda untuk tiap orang. Gejala lordosis yang
paling sering adalah penonjolan bokong. Gejala lain bervariasi sesuai dengan
gangguan lain yang menyertainya seperti distrofi muskuler, gangguan perkembangan
paha, dan gangguan neuromuskuler.
Nyeri
pinggang, nyeri yang menjalar ke tungkai, dan perubahan pola buang air besar
dan buang air kecil dapat terjadi pada lordosis, tetapi jarang. Jika terjadi
gejala ini, dibutuhkan pemeriksaan lanjut oleh dokter.
Selain itu,
gejala lordosis juga seringkali menyerupai gejala gangguan atau deformitas
tulang belakang lainnya, atau dapat diakibatkan oleh infeksi atau cedera tulang
belakang. Untuk membedakannya dilakukan beberapa pemeriksaan seperti :
Sinar X.
Pemeriksaan ini digunakan untuk mengukur dan menilai kebengkokan, serta
sudutnya.
Magnetic
resonance imaging (MRI)
Computed
tomography scan (CT Scan)
Pemeriksaan
darah
Tujuan
pengobatan lordosis adalah menghentikan semakin membengkoknya tulang belakang
dan mencegah deformitas (kelainan bentuk). Penatalaksanaan lordosis tergantung
pada penyebab lordosis. Latihan untuk memperbaiki sikap tubuh dapat dilakukan
jika lordosis disebabkan oleh kelainan sikap tubuh. Lordosis yang terjadi
akibat gangguan paha harus diobati bersama dengan gangguan paha tersebut.
No comments:
Post a Comment