Latar Belakang
Manusia memiliki akal yang digunakan untuk berpikir.
Berpikir dimaksudkan untuk mengetahui segala sesuatu, memecahkan masalah atau
mencari kebenaran. Dalam proses berpikir, terjadi pengorganisasian dari
pengalaman-pengalaman secara empiris atau eksperimen sehingga tercapailah
suatu pengetahuan.
Dalam melakukan proses berpikir, manusia membutuhkan sarana
untuk berpikir. Sarana pada dasarnya adalah sesuatu yang digunakan sebagai
alat. Hal tersebut termasuk ke dalam ciri manusia yang disebut homo faber,
yaitu mahluk yang dapat menciptakan alat.
Pada dasarnya sarana ilmiah merupakan alat yang membantu
kegiatan ilmiah. Melalui sarana berpikir ini, manusia dapat melakukan
penelaahan ilmiah secara teratur dan cermat. Adapun sarana dalam proses
berpikir yaitu: bahasa, logika, matematika, dan statistika. Masing-masing
sarana ini memiliki fungsi-fungsi yang khas dalam kegiatan ilmiah secara
menyeluruh.
Bahasa sebagai salah satu sarana berpikir ilmiah memegang
peran yang penting mengingat bahasa merupakan alat komunikasi manusia dalam
peranannya sebagai mahluk sosial yang berinteraksi dengan manusia lain. Sebagai
peranannya sebagai sarana berpikir, bahasa digunakan dalam proses berpikir itu
sendiri dan untuk mengkomunikasikan pengetahuan yang didapat kepada pihak lain.
HAKIKAT BAHASA
Bahasa memegang peranan yang penting dalam kehidupan
manusia. Keunikan manusia bukan pada kemampuannya berpikir tetapi pada kemampuannya
berbahasa. Ernst Cassier (jujun: 2003) menyebutkan bahwa manusia adalah animal
symbolicum yaitu mahluk yang mengunakan simbol. Simbol-simbol ini merupakan
hasil trasformasi dari objek-objek yang faktual. Simbol-simbol inilah yang
memungkinkan manusia untuk berpikir.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa
pengertian bahasa antara lain:
Sistem lambang bunyi berartikulasi ( yang dihasilkan alat
ucap) yang dipakai untuk melahirkan perasaan dan pikiran.
perkataan-perkataan yang dipakai suatu bangsa
Percakapan ( perkataan yang baik, sopan santun, tingkah laku
yang baik)
Dapat dikatakan bahwa bahasa adalah serangkaian bunyi yang
bermakna. Dalam hal ini, bunyi yang dimaksud adalah bunyi yang dihasilkan oleh
alat ucap manusia yang kemudian dirangkai untuk menjadi simbol hasil
transformasi dari objek yang faktual.
Menurut Jujun, Bahasa memungkinkan manusia untuk berpikir
secara abstrak dimana objek-objek yang faktual ditransformasikan menjadi
simbol-simbol yang bersifat abstrak.
Perbendaharaan kata atau simbol abstrak dari suatu objek
faktual merupakan hasil kesepakatan masyarakat pemakai bahasa. Misalnya
masyarakat pengguna bahasa Indonesia sepakat bahwa tempat tinggal seseorang
disimbolkan rumah. Sedangkan Masyarakat pengguna bahasa inggris sepakat untuk
objek yang sama menyebutnya dengan simbol house.
Transformasi obyek faktual menjadi simbol abstrak terwujud
dalam bentuk perbendaharaan kata yang dirangkai dan diatur oleh tata bahasa
tertentu yang kemudian digunakan untuk mengemukakan jalan pikiran atau ekspresi
perasaan. Mengemukakan jalan pikiran merupakan aspek informatif dari bahasa
sedangkan mengungkapan perasaan merupakan aspek emotif dari bahasa. Menurut
Kneller (Jujun:2003) mengungkapkan bahwa bahasa dalam kehidupan manusia
mempunyai fungsi simbolik, emotif, dan afektif. Fungsi simbolik menonjol dalam
komunikasi ilmiah sedangkan fungsi emotif menonjol dalam komunikasi estetik.
Bahasa memungkinkan manusia memikirkan sesuatu meskipun
objek tersebut tidak berada didekat kita. Misalnya, pada saat istirahat makan
siang, seorang karyawan memikirkan laporan yang akan disampaikan pada
atasannya. Hal ini membuat bahasa memungkinkan manusia untuk memikirkan suatu
masalah terus menerus. Jujun menyatakan bahwa melalui bahasa manusia hidup di
dunia nyata yakni dunia pengalaman yang nyata dan dunia simbolik yang
dinyatakan dengan bahasa.
Perbendaharaan kata yang dimiliki seorang manusia merupakan
hasil akumulasi dari pengalaman dan pemikiran manusia itu sendiri. Dengan
Perbendaharaan kata yang dimiliki, manusia dapat mengkomunikasikan segenap
pengalaman dan pemikiran mereka. Sejalan dengan semakin maju dan berkembangnya
manusia , maka semakin berkembang pulalah bahasa. Bahkan, di setiap komunitas
tertentu banyak yang memiliki kosakata yang khas dalam bidang masing-masing ,
misalnya kosakata yang dimiliki oleh para dokter, para guru, atau bahkan
profesi copet. Manusia selalu mencoba memberi simbol pada semua gejala fisik
yang dialami.
HAKIKAT BAHASA SEBAGAI SARANA KOMUNIKASI ILMIAH
Sebagai mahluk sosial manusia harus dapat
berkomunikasi dengan manusia lainnya. Komunikasi berarti upaya untuk membuat
pendapat, menyatakan perasaan, menyampaikan informasi dan sebagainya agar
diketahui atau dipahami oleh orang lain. Proses komunikasi dikatakan efektif
jika pesan atau informasi yang akan disampaikan oleh seorang komunikator sama
dengan yang didapatkan oleh komunikan. Syarat utama bahasa digunakan sebagai
sarana komunikasi ilmiah adalah Komunikatif.
Komunikasi terbagi menjadi komunikasi verbal dan nonverbal.
Komunikasi verbal yaitu komunikasi melalui bahasa. Sedangkan komunikasi
nonverbal melalui isyarat (gestur), gerak-gerik, suatu barang atau hal yang
lainnya. Dalam komunikasi ilmiah yang digunakan tentu komunikasi verbal.
Komunikasi verbal yaitu komunikasi yang mengunakan bahasa sebagai hasil
transformasi dari objek yang bersifat faktual menjadi simbol yang abstrak. Hal
inilah yang kemudian menyebabkan manusia mampu memikirkan sesuatu.
Komunikasi ilmiah bertujuan untuk menyampaikan informasi
yang berbentuk pengetahuan. Hal yang perlu diperhatikan dalam komunikasi ilmiah
adalah bahwa bahasa harus terhindar dari unsur-unsur emotif. Hal ini
dimaksudkan agar tidak terjadi adanya salah informasi atau informasi yang
didapat tidak sesuai dengan informasi yang ingin disampaikan. Bahasa dalam
komunikasi ilmiah bersifat reproduktif artnya apa yang disampaikan oleh
komunikator maka itu pula yang didapatkan oleh komunikan. Oleh karena itu
bahasa dalam komunikasi ilmiah harus jelas dan objektif.
Komunikasi ilmiah menuntut kemampuan berbahasa dengan jelas.
Hal ini berarti kata-kata yang digunakan harus diungkapkan secara eksplisit
untuk mencegah kasalahpahaman makna. Oleh karena itulah dalam komunikasi ilmiah
sering ditemukan definisi dari kata-kata yang dipergunakan. Hal ini dilakukan
agar komunikan tidak memberi arti atau definisi yang berbeda dari makna yang
dimaksudkan komunikator. Jika hal tersebut terjadi, maka akan menghasilkan
proses berpikir yang berbeda pula.
Kemampuan berbahasa yang baik dan benar merupakan syarat mutlak
untuk melakukan kegiatan ilmiah. Tanpa penguasaan tata bahasa dan kosakata yang
baik, maka akan sulit bagi ilmuan untuk dapat mengkomunikasikan gagasan kepada
pihak lain. Karya ilmiah pada dasarnya merupakan kumpulan pernyataan yang
mengemukakan informasi tentang pengetahuan maupun jalan pikiran dalam
mendapatkan pengetahuan itu. Agar dapat mengemukakan informasi dan jalan
pikirannya, seorang ilmuwan dituntut mampu menguasaai pengunaan ejaan dan tanda
baca yang benar serta mampu membuat kalimat-kalimat yang efektif.
Melalui bahasa sebagai alat komunikasi ilmuwan bukan
hanya menyampaikan informasi, gagasan, atau pengetahuan saja tetapi juga harus
menyertakan argumentasi yang menuntut kejelasan kosakata dan logika tata
bahasa. Charlton laird dalam Jujun mengatakan bahwa tata bahasa merupakan
alat dalam mempergunakan aspek logis dan kreatif dari pikiran untuk
mengungkapkan arti dan emosi dengan mempergunakan aturan-aturan tertentu. Hal
ini berarti penguasaan tata bahasa yang baik harus dimiliki dalam komunikasi
ilmiah.
Karya ilmiah yang berbentuk tulisan harus menggunakan ragan
bahasa formal yang memenuhi kaidah tata bahasa baku. Hal ini untuk menghindari
ketaksaan/keambiguan makna. Masalah ilmiah biasanya menyangkut hal yang
bersifat abstrak atau konseptual yang sulit dicari analoginya dengan keadaan
nyata. Untuk mengungkapkan hal tersebut, dibutuhkan kemampuan berbahasa
penulisnya agar gagasan dapat terungkap dengan cermat tanpa kesalahpahaman makna.
Seorang ilmuwan sangat dituntut untuk menguasai bahasa
sebagai sarana berpikir ilmiah. Hal ini diperlihatkan dengan kemampuannya
menyampaikan gagasan, konsep atau informasi melalui tata bahasa yang baik dan
kosakata yang tepat. Dalam menggunakan bahasa sebagai sarana komunikasi ilmiah
harus dihindari kecenderungan yang bersifat emosional. Selain itu,
seorang ilmuwan juga harus memperhatikan format-format penulisan karya ilmiah
seperti penulisan catatan kaki atau daftar pustaka. Bila semua telah dikuasai,
maka seorang ilmuwan akan mampu untuk berkomunikasi dengan baik.
KEKURANGAN BAHASA SEBAGAI SARANA KOMUNIKASI ILMIAH
Ada beberapa gejala yang dalam keadaan tertentu
menjadi kekurangan bahasa sebagai sarana komunikasi. Pertama,
bahasa memiliki multifungsi yaitu emotif, afektif, dan simbolik. Dalam
komunikasi ilmiah tentu saja hanya fungsi simbolik yang dibutuhkan dari bahasa
karena bahasa ilmiah harus bersifat objektif dan reproduktif.
Kekurangan yang kedua terjadi ketika penulis akan memberi
definisi atau batasan dari sebuah kata/simbol tertentu. Hal ini terjadi karena
batasan arti sebuah kata/simbol tersebut tidak jelas dan tidak pasti. Misalnya
saat kita berusaha memberi arti dari istilah motivasi, sulit sekali untuk
memberi gambaran, batasan atau arti yang jelas tentang kata tersebut. Hal
ini terlihat dengan banyak sumber ahli yang memberikan definisi motivasi dengan
redaksi yang berbeda.
Kekurangan ketiga adalah dalam kondisi tertentu bahasa
bersifat majemuk (pluralistik). Hal ini terlihat dengan adanya kata yang
memiliki lebih dari satu arti. Misalnya kata bisa melambangkan dua konsep yang
berbeda dalam kalimat ” Bisa ular itu bisa mematikan”. Kata bisa yang pertama
menyimbolkan racun, sedangkan bisa yang kedua menyimbolkan mampu/dapat. Selain
itu, dalam kondisi tertentu ada pula satu konsep yang dapat disimbolkan oleh
beberapa kata yang berbeda. Misalnya konsep untuk sesuatu yang tidak memiliki
tanda kehidupan bisa disimbolkan oleh mati, tewas, wafat, mampus, gugur, dan
lain-lain. Sifat kemajemukan bahasa ini sering menyebabkan kekacauan semantik.
Kekacauan akan terjadi jika dua pihak yang berkomunikasi memiliki konsep makna
yang berbeda untuk simbol/kata yang sama atau mereka menggunakan sebuah kata
yang berbeda untuk konsep yang sama.
Kelemahan lain dari bahasa yaitu dalam kondisi tertentu
bahasa bersifat berputar-putar(sirkular) dalam menggunakan kata-kata terutama
dalam pemberian definisi dari suatu kata. Kata data misalnya, diartikan sebagai
bahan yang diolah menjadi informasi, dan kata informasi diartikan sebagai
keterangan yang didapat dari data. Hal ini tentu dapat menimbulkan
kebingungan atau ketidakjelasan.
Beberapa kelemahan bahasa sebagai sarana komunikasi ilmiah
ini menjadi bahan pemikiran yang sungguh-sungguh dari para filsafat modern. Kekacauan
dalam filsafat menurut Wittgetstein dalam Jujun mengatakan bahwa kebanyakan
dari pernyataan dan pertanyaan ahli filsafat timbul dari kegagalan mereka
menguasai logika berbahasa.
Kekurangan bahasa sebagai sarana komunikasi ilmiah seperti
yang telah dikemukakan sebelumnya dalam beberapa hal akan diefisienkan
melalui sarana berpikir ilmiah yang lain yaitu matematika. Melalui matematika,
sifat kabur, majemuk, dan emosional dari bahasa dapat dikurangi.Dalam
matematika dibuat lambang-lambang secara artifisial dan individual yang
merupakan perjanjian yang berlaku khusus untuk masalah yang sedang dikaji.
Jujun menyebutkan bahwa matematika adalah bahasa yang melambangkan makna dari
pernyataan yang ingin disampaikan
KESIMPULAN
Bahasa memiliki peranan yang penting dalam kehidupan manusia
yaitu sebagai alat komunikasi verbal dan sebagai sarana berpikir. Sebagai
sarana berpikir ilmiah, bahasa juga memegang perangan yang tak kalah
pentingnya. Melalui bahasa manusia mampu memberikan simbol terhadap suatu objek
faktual tertentu. Hal ini memungkinkan manusia memikirkan suatu objek meski
objek tersebut tak berada di dekatnya. Sebagai sarana komunikasi ilmiah, bahasa
memungkinkan seseorang untuk berpikir dan harus mampu menyampaikan hasil
pemikirannya tersebut kepada pihak lain.
Seorang ilmuwan yang baik dituntut untuk dapat menguasai
tata bahasa dan kosakata yang baik dan benar agar dapat memikirkan sesuatu
dengan sistematis dan teratur. Selain itu, seorang ilmuwan harus mampu
menyampaikan gagasan atau pikirannya itu kepada pihak lain dengan tidak terjadi
kesalahpahaman. Bahasa sebagai sarana komunikasi ilmiah harus bersifat
reproduktif, apa yang ingin disampaikan komunikator sama dengan yang didapatkan
oleh komunikan. Hal ini berarti bahasa yang digunakan sebagai sarana komunikasi
yaitu harus komunikatif.
Dalam kondisi atau keadaan tertentu bahasa memiliki beberapa
gejala yang dapat menjadi kekurangan bahasa sebagai sarana komunikasi ilmiah
seperti emosional, kabur, majemuk, dan sirkular( berputar-putar).
Kekurangan ini dalam keadaan tertentu dapat diefisienkan melalui sarana
berpikir yang lain yaitu matematika.
No comments:
Post a Comment