BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Masa usia dini
merupakan periode emas (golden age)
bagi perkembangan anak untuk memperoleh proses pendidikan. Periode ini adalah
tahun-tahun berharga bagi seorang anak untuk mengenali berbagai macam fakta di lingkungannya
sebagai stimulans terhadap perkembangan kepribadian, psikomotor, kognitif
maupun sosialnya.
Rentang
usia dini merupakan saat yang tepat dalam mengembangkan potensi kecerdasan
anak. Pengembangan potensi anak secara terarah pada rentang usia tersebut akan
berdampak pada kehidupan masa depannya. Sebaliknya pengembangan potensi anak
yang asal-asalan, akan berakibat pada potensi anak yang jauh dari harapan. PAUD
juga dapat dijadikan cermin untuk melihat keberhasilan anak di masa yang akan
datang. Anak yang mendapatkan layanan yang baik semenjak usia 0-6 tahun
memiliki harapan lebih besar untuk meraih keberhasilan di masa mendatang.
Sebaliknya anak yang tidak mendapatkan pelayanan pendidikan yang memadai
membutuhkan perjuangan cukup berat untuk mengembangkan kehidupan selanjutnya.
Undang-undang
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 4 ayat 5
menyatakan bahwa pendidikan diselenggarakan untuk mengembangkan budaya membaca,
menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa
pemerintah menyadari tentang pentingnya budaya membaca, menulis dan berhitung
bagi masyarakat. Budaya membaca dapat dikembangkan kepada anak sejak mereka
masih berusia dini dengan memperkenalkan buku kepada mereka terlebih dahulu.
Untuk itu
pendidikan untuk usia dini dalam bentuk pemberian rangsangan-rangsangan
(stimulasi) dari lingkungan terdekat sangat diperlukan untuk mengoptimalkan
kemampuan anak.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang tersebut di atas maka dirumuskan masalah sebagai berikut :
1.
Apa hakekat pendidikan anak usia dini ?
2.
Bagaimana hakekat perkembangan anak ?
3.
Apa tujuan pendidikan anak usia dini ?
4.
Bagaimana Prinsip-prinsip
Pendidikan Anak Usia Dini ?
5.
Bagaimana Pelaksanaan Pembelajaran pada anak
usia dini ?
1.3 Tujuan pembuatan makalah
Adapun tujuan
penulisan Makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui hakekat pendidikan anak usia
dini.
2.
Untuk mengetahui hakekat perkembangan anak.
3.
Untuk mengetahui a tujuan pendidikan anak usia
dini.
4.
Untuk mengetahui Prinsip-prinsip Pendidikan Anak
Usia Dini.
5.
Untuk mengetahui Pelaksanaan Pembelajaran pada
anak usia dini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu
yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan,
pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk
mengajar kebudayaan melewati generasi.
Pendidikan
anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak
sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan
rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Pendidikan anak usia dini mulai lahir sampai baligh (kalau perempuan ditandai
menstruasi sedangkan laki-laki sudah mimpi sampai mengeluarkan air mani) adalah
tanggung jawab sepenuhnya orang tua. Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 butir 14, pendidikan anak usia
dini didefinisikan sebagai suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak
sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan
rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Ada dua tujuan
diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu:
Tujuan utama: untuk membentuk
anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai
dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam
memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa.
Tujuan penyerta: untuk membantu
menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah.
Rentangan anak usia dini menurut
Pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003 ayat 1 adalah 0-6 tahun. Sementara menurut
kajian rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD
dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun.
Ruang Lingkup Pendidikan Anak
Usia Dini
Infant (0-1 tahun)
Toddler (2-3 tahun)
Preschool/ Kindergarten
children (3-6 tahun)
Early Primary School (SD Kelas Awal) (6-8 tahun)
Hal-hal yang
harus dipahami dalam Karakteristik Anak Usia Dini adalah sebagai berikut:
1.
Mengetahui hal-hal yang dibutuhkan oleh anak,
yang bermanfaat bagi perkembangan hidupnya.
2.
Mengetahui tugas-tugas perkembangan anak,
sehingga dapat memberikan stimulasi kepada anak, agar dapat melaksanakan tugas
perkembangan dengan baik.
3.
Mengetahui bagaimana membimbing proses belajar
anak pada saat yang tepat sesuai dengan kebutuhannya.
4.
Menaruh harapan dan tuntutan terhadap anak
secara realistis.
5.
Mampu mengembangkan potensi anak secara optimal
sesuai dengan keadaan dan kemampuannya.
2.2 Perkembangan Anak
Ditinjau dari
psikologi perkembangan, usia 6-8 tahun memang masih berada dalam rentang usia
0-8 tahun. Itu berarti pendidikan yang diberikan dalam keluarga maupun di
lembaga pendidikan formal haruslah kental dengan nuansa pendidikan anak usia
dini, yakni dengan mengutamakan konsep belajar melalui bermain. Perkembangan
anak sebagai perubahan psikologis menurut Kartini Kartono ditunjang oleh faktor
lingkungan dan proses belajar dalam fase tertentu.
Sukmadinata (2005) mengemukakan
ada tiga pendekatan perkembangan individu, yaitu Pendekatan Pentahapan,
diferensial dan isaptif. Khususnya pada pendekatan isaptif pada perkembangan
anak mencakup perkembangan psikososial, perkembangan motorik, perkembangan
kognitif, perkembangan sosial, perkembangan bahasa, perkembangan moral dan
perkembangan emosional.
tahapan perkembangan psikososial
anak menurut Erik Erikson dalam Malcolm Knowles adalah sebagai berikut:
·
Tahap kepercayaan dan ketidak percayaan (trust versus misstrust), yaitu tahap
psikososial yang terjadi selama tahun pertama kehidupan. Pada tahap ini,bayi
mengalami konflik anatara percaya dan tidak percaya. Rasa percaya menuntut
perasaan nyaman secara fisik dan sejumlah kecil ketakutan serta kekhawatiran
akan masa depan.
·
Tahap otonomi dengan rasa malu dan ragu (autonomi versus shame and doubt), yaitu
tahap kedua perkembangan psikososial yang berlangsung pada akhir masa bayi dan
masa baru pandai berjalan. Setelah memperoleh kepercayaan dari pengasuh mereka,
bayi mulai menemukan bahwa perilaku mereka adalah milik mereka sendiri. Mereka
mulai menyatakan rasa mandiri atau atonomi mereka dan menyadari kemauan mereka.
Jika orangtua cenderung menuntut terlalu banyak atau terlalu membatasi anak
untuk menyelidiki lingkungannya, maka anak akan mengalami rasa malu dan
ragu-ragu.
·
Tahap prakarsa dan rasa bersalah (initiatif versus guilt), yaitu tahap
perkembangan psikososial ketiga yang berlangsung selama tahun pra sekolah. Pada
tahap ini anak terlihat sangat aktif, suka berlari, berkelahi, memanjat-manjat,
dan suka menantang lingkungannya. Dengan menggunakan bahasa, fantasi dan
permainan khayalan, dia memperoleh perasaan harga diri. Bila orangtua berusaha
memahami, menjawab pertanyaan anak, dan menerima keaktifan anak dalam bermain,
maka anak akan belajar untuk mendekati apa yang diinginkan, dan perasaan
inisiatif semakin kuat. Sebaliknya, bila orangtua kurang memahami, kurang
sabar, suka memberi hukuman dan menganggap bahwa pengajuan pertanyaan, bermain
dan kegiatan yang dilakukan anak tidak bermanfaat maka anak akan merasa
bersalah dan menjadi enggan untuk mengambil inisiatif mendekati apa yang
diinginkannya.
·
Tahap kerajinan dan rasa rendah diri (industry versus inferiority),yaitu
perkembangan yang berada langsung kira-kira tahun sekolah dasar. Pada tahap ini,
anak mulai memasuki dunia yang baru, yaitu sekolah dengan segala aturan dan
tujuan. Anak mulai mengarahkan energi mereka menuju penguasaan pengetahuan dan
keterampilan intelektual.perasaan anak akan timbul rendah diri apabila tidak
bisa menguasai keterampilan yang diberikan di sekolah.
·
Tahap identitas dan kekacauan identitas (identity versus identity confusion),
yaitu perkembangan yang berlangsung selama tahun-tahun masa remaja. Pada tahap
ini, anak dihadapkan pada pencarian jati diri. Ia mulai merasakan suatu
perasaan tentang identitasnya sendiri, perasaan bahwa ia adalah individu unik
yang siap memasuki suatu peran yang berarti ditengah masyarakat baik peran yang
bersifat menyesuaikan diri maupun memperbaharui. Apabila anak mengalami krisis
dari masa anak kemasa remaja maka akan menimbulkan kekacauan identitas yang
mengakibatkan perasaan anak yang hampa dan bimbang.
·
Tahap keintiman dan isolasi (intimacy versus isolation), yaitu
perkembangan yang dialami pada masa dewasa. Pada masa ini adalah membentuk relasi
intim dengan oranglain. Menurut erikson, keintiman tersebut biasanya menuntut
perkembangan seksual yang mengarah pada hubungan seksual dengan lawan jenis
yang dicintai. Bahaya dari tidak tercapainya selama tahap ini adalah isolasi,
yakni kecenderungan menghindari berhubungan secara intim dengan oranglain
kecuali dalam lingkup yang amat terbatas.
·
Tahap generativitas dan stagnasi (generativity versus stagnation), yaitu
perkembangan yang dialami selama pertengahan masa dewasa. Ciri utama tahap
generativitas adalah perhatian terhadap apa yang dihasilkan (keturunan, produk,
ide-ide, dan sebagainya) serta pembentukan dan penetapan garis-garis pedoman
untuk generasi mendatang. Apabila generativitas tidak diungkapkan dan lemah
maka kepribadian akan mundul mengalami pemiskinan dan stagnasi.
·
Tahap integritas dan keputusasaan (integrity versus despair), yaitu
perkembangan selama akhir masa dewasa. Integritas terjadi ketika seorang pada
tahun-tahun terakhir kehidupannya menoleh kebelakang dan mengevaluasi apa yang
telah dilakukan dalam hidupnya selama ini, menerima dan menyesuaikan diri
dengan keberhasilan dan kegagalan yang dialaminya, merasa aman dan tentram,
serta menikmati hidup sebagai yang berharga dan layak. Akan tetapi, bagi
orangtua yang dihantui perasaan bahwa hidupnya selama ini sama sekali tidak
mempunyai makna ataupun memberikan kepuasan pada dirinya maka ia akan merasa
putus asa.
Perkembangan
Kognitif Anak Menurut Piaget tahapan perkembangan ini dibagi dalam 4 tahap
yaitu sebagai berikut:
1. Sensori Motor (usia 0-2 tahun)
Dalam tahap
ini perkembangan panca indra sangat berpengaruh dalam diri anak. Keinginan
terbesarnya adalah keinginan untuk menyentuh/memegang, karena didorong oleh
keinginan untuk mengetahui reaksi dari perbuatannya.
Dalam usia ini mereka belum
mengerti akan motivasi dan senjata terbesarnya adalah 'menangis'. Menyampaikan
cerita/berita Injil pada anak usia ini tidak dapat hanya sekedar dengan
menggunakan gambar sebagai alat peraga, melainkan harus dengan sesuatu yang
bergerak (panggung boneka akan sangat membantu).
2. Pra-operasional (usia 2-7
tahun)
Pada usia ini
anak menjadi 'egosentris', sehingga berkesan 'pelit', karena ia tidak bisa
melihat dari sudut pandang orang lain. Anak tersebut juga memiliki
kecenderungan untuk meniru orang di sekelilingnya. Meskipun pada saat berusia
6-7 tahun mereka sudah mulai mengerti motivasi, namun mereka tidak mengerti
cara berpikir yang sistematis - rumit.
Dalam menyampaikan cerita harus
ada alat peraga.
3. Operasional Kongkrit (usia
7-11 tahun)
Saat ini anak
mulai meninggalkan 'egosentris'-nya dan dapat bermain dalam kelompok dengan
aturan kelompok (bekerja sama). Anak sudah dapat dimotivasi dan mengerti
hal-hal yang sistematis.
4. Operasional Formal (usia 11
tahun ke atas)
Pengajaran
pada anak pra-remaja ini menjadi sedikit lebih mudah, karena mereka sudah
mengerti konsep dan dapat berpikir, baik secara konkrit maupun abstrak,
sehingga tidak perlu menggunakan alat peraga.
Pada umumnya
dalam perkembangan Emosional seorang anak terdapat empat kunci utama emosi pada
anak yaitu :
1.
Perasaan marah
Perasaan ini
akan muncul ketika anak terkadang merasa tidak nyaman dengan lingkungannya atau
ada sesuatu yang mengganggunya. Kemarahan pun akan dikeluarkan anak ketika
merasa lelah atau dalam keadaan sakit. Begitu punketika kemauannya tidak
diturutioleh orangtuanya, terkadang timbulrasa marah pada si anak.
2.
Perasaan takut
rasa takut ini
di rasakan anak semenjak bayi. Ketika bayi merekatakut akan suara-suara yang
gaduh atau rebut. Ketika menginjak masa anak-anak, perasaan takut mereka muncul
apabila di sekelilingnya gelap. Mereka pu mulai berfantasi dengan adanya hantu,
monster dan mahluk-mahluk yang menyeramkan lainnya.
3. Perasaan gembira
Perasaan gembira
ini tentu saja muncul ketika anak merasa senang akan sesuatu. Contohnya ketika
anak diberi hadiah oleh orang tuanya, ketika anak juara dalam mengikuti suatu
lomba, atau ketika anak dapat melakukan apa yang diperintahkan orang tuanya.
Banyak hal yang dapat membuat anak merasa gembira.
4. rasa humor
Tertawa
merupakan hal yang sangat universal. Anak lebih banyak tertawa di bandingkan
orang dewasa. Anak akan tertawa ketika melihat sesuatu yang lucu.
2.3 Tujuan
Pendidikan Anak Usia Dini
Secara umum tujuan pendidikan anak usia
dini adalah mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan
untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Secara khusus tujuan pendidikan anaka
usia dini adalah (Sujiono, 2009: 42 – 43):
1.
Agar anak percaya akan adanya Tuhan dan mampu beribadah
serta mencintai sesamanya.
2.
Agar anak mampu mengelola keterampilan tubuhnya termasuk
gerakan motorik kasar dan motorik halus, serta mampu menerima rangsangan
sensorik.
3.
Anak mampu menggunakan bahasa untuk pemahaman bahasa pasif
dan dapat berkomunikasi secara efektif sehingga dapat bermanfaat untuk berpikir
dan belajar.
4.
Anak mampu berpikir logis, kritis, memberikan alasan,
memecahkan masalah dan menemukan hubungan sebab akibat.
5.
Anak mampu mengenal lingkungan alam, lingkungan social,
peranan masyarakat dan menghargai keragaman social dan budaya serta mampu
mngembangkan konsep diri yang positif dan control diri.
6.
Anak memiliki kepekaan terhadap irama, nada, berbagai bunyi,
serta menghargai karya kreatif.
2.4
Prinsip-prinsip Pendidikan Anak Usia Dini
Pendidikan anak usia dini pelaksanaannya
menggunakan prinsip-prinsip (Forum PAUD, 2007) sebagai berikut.
1.
Berorientasi pada Kebutuhan Anak
Kegiatan pembelajaran pada anak harus
senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak. Anak usia dini adalah anak yang
sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua
aspek perkembangan baik perkembangan fisik maupun psikis, yaitu intelektual,
bahasa, motorik, dan sosio emosional.
2.
Belajar melalui bermain
Bermain merupakan saran belajar anak
usia dini. Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan,
memanfaatkan, dan mengambil kesimpulan mengenai benda di sekitarnya.
3.
Menggunakan lingkungan yang kondusif
Lingkungan harus diciptakan sedemikian
rupa sehingga menarik dan menyenangkan dengan memperhatikan keamanan serta
kenyamanan yang dapat mendukung kegiatan belajar melalui bermain.
4.
Menggunakan pembelajaran terpadu
Pembelajaran pada anak usia dini harus
menggunakan konsep pembelajaran terpadu yang dilakukan melalui tema. Tema yang
dibangun harus menarik dan dapat membangkitkan minat anak dan bersifat
kontekstual. Hal ini dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep
secara mudah dan jelas sehingga pembelajaran menjadi mudah dan bermakna bagi
anak.
5. Mengembangkan berbagai kecakapan hidup
Mengembangkan keterampilan hidup dapat
dilakukan melalui berbagai proses pembiasaan. Hal ini dimaksudkan agar anak
belajar untuk menolong diri sendiri, mandiri dan bertanggungjawab serta
memiliki disiplin diri.
6. Menggunakan berbagai media edukatif dan sumber
belajar
Media dan sumber pembelajaran dapat
berasal dari lingkungan alam sekitar atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan
oleh pendidik /guru.
7. Menggunakan berbagai media edukatif dan sumber
belajar
Pembelajaran bagi anak usia dini
hendaknya dilakukan secara bertahap, dimulai dari konsep yang sederhana dan
dekat dengan anak. Agar konsep dapat dikuasai dengan baik hendaknya guru
menyajikan kegiatan–kegiatan yang berluang .
2.5 Pelaksanaan Pembelajaran
Dalam
kurikulum 2013 PAUD pengembangan sikap mencakup seluruh aspek perkembangan,
artinya sikap berada di aspek nilai agama dan moral, fisik motorik, kognitif,
sosial–emosional, bahasa dan seni. Di dalam struktur kurikulum 2013
PAUD pengembangan sikap meliputi kompetensi
sikap spiritual dan sikap sosial.
Format RPPH
tidak harus baku tetapi memuat komponen-komponen yang ditetapkan. Komponen RPPH
terdiri dari: (1) identitas program, (2) materi, (3) alat dan bahan, (4)
kegiatan pembukaan, (5) kegiatan inti, (6) kegiatan penutup, dan (7) rencana
penilaian.
Berawal
dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mingguan (RPPM) PAUD Kurikulum 2013
untuk Tema Diriku
Sub Tema : Tubuhku
Kelompok : B (Usia 5-6 Tahun)
Berikut ini ditentukan materi
pembelajaran dan rencana kegiatan sebagaimana gambar di bawah ini:
Kompetensi
Dasar dengan Kode 1.1, 2.1, 2.5, 2.6, 2.13 adalah kode untuk kompetensi sikap.
Artinya kompetensi sikap dimasukkan ke dalam RPPM dan RPPH sehingga terprogram
bukan hanya dampak ikutan. Selanjutnya kompetensi tersebut diturunkan menjadi
materi disesuaikan dengan tema yang digunakan minggu tersebut.
Dari RPPM
selanjutnya dijabarkan menjadi RKKH, contohnya:
Semester/bulan/Minggu ke : 1
Hari/Tanggal :
Kelompok/Usia : B/5-6 Tahun
Tema/Sub Tema : Diriku/Tubuhku
Materi dalam kegiatan:
1.
Doa sebelum dan sesudah belajar,
2.
Nama anggota tubuh, fungsi anggota tubuh, cara
merawat,
3.
Mengelompokan berdasarkan warna (merah, biru,
kuning), bentuk dua dimensi (persegi, segi tiga,), dan jumlah bilangan (5 -
10),
4.
Lagu "Aku Ciptaan Tuhan"
Materi yang masuk dalam pembiasaan:
1.
Bersyukur sebagai ciptaan Tuhan
2.
Ucapan salam masuk dalam SOP penyambutan dan
penjemputan
3.
Doa sebelum belajar dan mengenal aturan masuk ke
dalam SOP pembukaan
4.
Tata cara mencuci tangan dan menggosok gigi
masuk dalam SOP sebelum dan sesudah makan.
Alat dan Bahan
1.
Kegiatan membuat bingkai foto diri membutuhkan:
lidi/irisan bambu/stik es krim, kertas, lem, kertas warna warni (merah, biru,
kuning).
2.
Kegiatan membuat boneka foto diri dari tanah
liat membutuhkan: kertas koran untuk alas, tanah liat, dan celemak untuk
menutup baju anak.
3.
Kegiatan membuat boneka diri
membutuhkan sutlekok bekas, kertas warna warni, lem, dan
asesoris mata.
4.
Kegiatan menggunting dan menempel gambar anggota
tubuh membutuhkan gambar anggota tubuh, lem, kerta untuk menempel, dan gunting.
Pelaksanaan
a. Pembukaan (30 menit)
1.
Bernyanyi “ AKU CIPTAAN TUHAN”
2.
Tepuk “AKU CIPTAAN TUHAN”
3.
Doa sebelum belajar
4.
Membacakan buku cerita
5.
Mengenalkan aturan bermain
6.
Berdiskusi bagian-bagian tubuh, fungsi, dan cara
merawat tubuh
7.
Diskusi yang harus dilakukan sebagai rasa
terimakasih terhadap Tuhan atas tubuhnya
b. Inti (60 menit)
1.
Guru mengajak anak mengamati alat dan bahan yang
disediakan
2.
Guru menanyakan konsep warna dan bentuk yang ada
di alat dan bahan.
3.
Guru menanyakan kepada anak dimana mereka pernah
menemukan konsep tersebut?
4.
Guru mempersilakan anak mengelompokkan alat dan
bahan sesuai dengan konsep yang dipahami anak.
5.
Anak melakukan kegiatan sesuai yang diminati dan
gagasannya:
a)
1 area seni Membuat bingkai foto diri.
b)
Kegiatan 2 area keaksaraan: Menjiplak telapak
tangan dengan krayon atau spidol.
c)
Kegiatan 3 area matematika: Mengukur tinggi
badan dengan tali rapia.
d)
Kegiatan 4 area bermain drama: “Pergi ke dokter
gigi”.
6.
Anak menceritakan kegiatan main yang
dilakukannya
7.
Guru menanyakan konsep yang ditemukan anak di
kegiatan mainnya.
c. Penutup (15 menit)
1.
Menanyakan perasaan selama hari ini
2.
Bernyanyi “ AKU CIPTAAN TUHAN”
3.
Tepuk “AKU CIPTAAN TUHAN”
4.
Berdiskusi kegiatan apa saja yang sudah
dimainkan hari ini, mainan apa yang paling disukai
5.
Pemberian tugas kepada anak untuk dilakukan di
rumah yakni menanyakan bertanya kepada orang tuanya tentang tempat lahir,
tanggal lahir, siapa yang menolong kelahiran, dst.
6.
Bercerita pendek yang berisi pesan-pesan
7.
Menginformasikan kegiatan untuk esok hari
8.
Berdoa setelah belajar
e. Rencana Penilaian
1. Indikator Penilaian
Program Pengembangan
|
KD
|
Indikator
|
Nilai Agama dan Moral
|
1.1
3.1-4.1
|
- Anak terbiasa bersyukur dirinya
sebagai ciptaan Tuhan
- Anak dapat berdoa sebelum dan
sesudah belajar
|
Motorik
|
2.1
3.4-4.4
|
- Anak terbiasa mencuci tangan
dan menggosok gigi
- Anak dapat menyebutkan nama
anggota tubuh, fungsi anggota tubuh, cara merawat
|
Sosial Emosional
|
2.5
2.6
|
- Anak terbiasa memberi salam
- Anak terbiasa mengikuti aturan
|
Kognitif
|
3.6-4.6
|
Anak mengelompokkan berdasarkan
warna (merah, biru, kuning)
|
Bahasa
|
1.13,
3.10-4.10
|
Anak terbiasa berlaku ramah
Anak memahami cerita yang
dibacakan
|
Seni
|
3.15-4.15
|
Anak menyanyikan lagu Tuhan
ciptakan aku
|
2. Teknik Penilaian
Catatan hasil karya
Catatan anekdotal, dan
Skala capaian perkembangan (rating scale)
BAB III
KESIMPULAN
Seorang anak
yang baru lahir, ia masih berada dalam keadaan lemah, naluri dan fungsi-fungsi
fisik maupun psikisnya belum berkembang dengan sempurna. Hal yang dibutuhkan
anak agar tumbuh menjadi anak yang cerdas adalah adanya upaya-upaya pendidikan
sepertiu terciptanya lingkungan belajar yang kondusif, memotivasi anak untuk
belajar, dan bimbingan serta arahan kearah perkembangan yang optimal. Dengan
begitu menumbuhkan kecerdasan anak yaitu mengaktualisasikan potensi yang ada
dalam diri anak.
Masa usia dini
merupakan Periode emas yang merupakan periode kritis bagi anak, dimana
perkembangan yang diperoleh pada periode ini sangat berpengaruh terhadap
perkembangan periode berikutnya hingga masa dewasa. Sementara masa emas ini
hanya datang sekali, sehingga apabila terlewat berarti habislah
peluangnya. Untuk itu pendidikan untuk usia dini dalam bentuk pemberian
rangsangan-rangsangan (stimulasi) dari lingkungan terdekat sangat diperlukan
untuk mengoptimalkan kemampuan anak.
Pendidikan
anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang
menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik
(koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta,
kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku
serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap
perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Ditinjau dari
psikologi perkembangan, usia 6-8 tahun memang masih berada dalam rentang usia
0-8 tahun. Itu berarti pendidikan yang diberikan dalam keluarga maupun di
lembaga pendidikan formal haruslah kental dengan nuansa pendidikan anak usia
dini, yakni dengan mengutamakan konsep belajar melalui bermain.
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, A. (1995). Kebijakan-kebijakan Pendidikan.
Jakarta: PT. Rhineka Cipta
Latif, A. (2007). Pendidikan Berbasis Nilai
Kemasyarakatan. Bandung: Reflika Aditama
Masitoh dkk. (2005) Strategi
Pembelajaran TK. Jakarta: Erlangga.
Nurihsan, Juntika, 2007. Perkembangan Peserta Didik,
Bandung : Sekolah Pasca Sarjana UPI.
Patmonodewo, Soemiarti. (2003) Pendidikan
Anak Prasekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Purwanto. Ngalim. (2006). Ilmu pendidikan teoretis
dan praktis. Bandung: Rosdakarya.
Siti Aisyah dkk.
(2007) Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Sujiono, Yuliani Nurani. (2009) Konsep
Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks.
Sukmadinata, N.S. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Taqiyuddin. (2005). Pendidikan Untuk semua (Dasar
dan Falsafah Pendidikan Luar Sekolah). Cirebon: STAIN Cirebon Press.
Tilaar. (1992). Manajemen Pendidikan Nasional.
Bandung: Rosdakarya.
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan UU No.
14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Jakarta: Visimedia.
No comments:
Post a Comment