Dalam kitab Perjanjian Lama, siapa yang tidak mengenal tokoh
yang satu
ini? Ya, ia adalah Yusuf, anak emas Yakub dari Rahel. Yusuf
lahir di
masa tua Yakub. Yakub sangat menyayangi Yusuf lebih dari
saudara-
saudaranya yang lain sehingga ia membuatkan Yusuf jubah
mahaindah
membenci dia. Selain itu, Yusuf juga dibenci oleh
saudara-saudaranya
karena mimpinya. Saat masih belia, usia 17 tahun, Yusuf telah
menerima
visi Tuhan melalui mimpi. Ada dua mimpi Yusuf.
Yang pertama adalah mimpi Yusuf tentang berkas-berkas gandum
Yusuf
yang tegak berdiri, lalu datanglah berkas-berkas gandum
saudaranya
yang lain dan sujud menyembah berkas-berkas gandum Yusuf. Kedua,
mimpi
tentang matahari, bulan, dan sebelas bintang yang menyembah Yusuf.
Mimpi-mimpi itu membuat saudara-saudaranya semakin membenci
Yusuf.
Puncak dari kebencian saudara-saudara Yusuf adalah pada saat
Yusuf
diminta ayahnya untuk melihat saudara-saudaranya yang sedang
berada di
padang untuk menggembalakan kambing domba. Setelah bertemu
dengan
saudara-saudaranya, Yusuf dimasukkan ke dalam sumur yang kering,
lalu
dijual kepada orang Ismael dan dibawa ke Mesir untuk dijual
sebagai
budak.
Di Mesir, ia dibeli oleh seorang perwira bernama Potifar. Yusuf
diberkati Tuhan sehingga ia menjadi kesayangan di rumah Potifar
dan
mendapat kepercayaan untuk mengurus segala yang ada di rumahnya.
Namun, itu bukan berarti kehidupan Yusuf di rumah Potifar tanpa
masalah. Ia difitnah oleh istri Potifar sehingga ia dimasukkan
ke
dalam penjara istana. Di dalam penjara, ia mendapat kepercayaan
untuk
menjadi penjaga di penjara itu. Saat tinggal di penjara, ia
bertemu
dengan juru minum dan juru roti raja yang masing-masing
mendapatkan
sebuah mimpi. Mimpi mereka diartikan dengan tepat oleh Yusuf.
Singkat
cerita, juru minum raja dikembalikan ke jabatannya semula,
tetapi juru
roti dihukum mati, sesuai dengan tafsiran mimpi yang Yusuf
sampaikan.
Sesudah dua tahun berlalu, Firaun bermimpi dan mempertanyakan
arti
mimpi tersebut. Juru minum teringat akan Yusuf dan
menyampaikannya
kepada raja. Kemudian, Firaun pun memanggil Yusuf dan Yusuf
berhasil
menafsirkan mimpi sang raja. Akhirnya, Yusuf menjadi orang kedua
di
Mesir. Setelah datang bencana kelaparan, bertemulah Yusuf dengan
saudara-saudaranya. Dan, saat itulah, Yusuf menyatakan bahwa ia
sudah
mengampuni saudara-saudaranya, hingga saudara-saudara Yusuf
sujud di
hadapannya.
Begitulah kisah seorang Yusuf. Sebagai anak muda, kita pasti
bisa
belajar banyak dari sikap dan karakter yang ditunjukkan Yusuf.
Setiap
proses yang Tuhan berikan telah membentuk Yusuf menjadi pribadi
yang
sanggup berkontribusi bagi bangsanya. Mari kita belajar dari
sikap dan
karakter Yusuf.
1. Takut akan Tuhan
Sikap ini ditunjukkan oleh Yusuf ketika ia menjadi budak di
rumah
Potifar. Saat ia digoda oleh istri Potifar, ia segera berlari
meninggalkan istri Potifar. Ia berusaha untuk hidup kudus dan
senantiasa menjaga kekudusannya di hadapan Tuhan. Hidup kudus
dan
berkenan di hadapan Allah menjadi kerinduan utama Yusuf dalam
hidupnya.
2. Mengasihi dan Mengampuni
Yusuf tidak menyimpan kepahitan terhadap keluarganya. Sekalipun
ia
dijual sebagai budak oleh saudara-saudaranya, ia tetap
mengampuni
mereka. Yusuf bahkan senang karena bisa bertemu kembali dengan
keluarganya. Ia juga mengasihi bangsanya sehingga berusaha
menolong
mereka untuk keluar dari bencana kelaparan yang terjadi saat
itu.
3. Mengandalkan Tuhan
Setiap hal yang Yusuf lakukan senantiasa mengutamakan Tuhan
sehingga
Tuhan berkarya dengan membuat Yusuf berhasil dalam setiap hal
yang
dikerjakannya. Tuhan menjadi satu-satunya Pribadi yang selalu
hadir
dalam hidup Yusuf setelah ia dijual ke Mesir. Hubungan Yusuf
dengan
Tuhan semakin intim sehingga memampukannya berserah kepada Tuhan
dalam
menjalani hari lepas hari. Bahkan, Yusuf difitnah dan dimasukkan
ke
dalam penjara karena dituduh melakukan hal yang tidak senonoh
kepada
istri majikannya, Potifar. Ketidakadilan ini diterima oleh
Yusuf, dan
Tuhan memberkati Yusuf sehingga di dalam penjara pun ia menjadi
kesayangan kepala penjara.
4. Bertanggung Jawab
Karakter bertanggung jawab dapat kita temui dalam hidup Yusuf.
Saat
melakukan tugasnya, ia selalu melaksanakannya dengan sepenuh
hati dan
bertanggung jawab sehingga ia diangkat menjadi kepala rumah
tangga dan
kepala di penjara, bahkan menjadi orang kedua yang berkuasa atas
Mesir. Sikap tanggung jawab ini juga yang akhirnya membawa Yusuf
bertemu dengan keluarganya.
Sikap dan karakter yang dimiliki Yusuf ini menjadi teladan yang
pantas
kita contoh. Banyak di antara kita, remaja dan pemuda, masih
bimbang
dalam mencari identitas diri, tetapi melalui artikel ini kita
diajarkan dan ditunjukkan bagaimana sikap yang harus kita
miliki.
Karakter Yusuf di atas setidaknya membuka mata kita untuk
mempunyai
hidup yang berkenan kepada Allah dan memancarkan karakter
Kristus
dalam kehidupan kita.
Sumber bacaan:
1. "Yusuf, Anak Yakub". Dalam http://krisvalues.blogspot.com/2012/01/normal-0-false-false-false-en-us-x-none_21.html
3. "Teladan Yusuf Teguh di tengan Tekanan". Dalam http://artikelkristen.com/teladan-yusuf-teguh-di-tengah-tekanan.html
No comments:
Post a Comment