Ada
pepatah orang Sunda (saur sepuh) bahwa membangun tata hidup dan kehidupan
sejatinya didasari empat pilar, yaitu: a) siliasuh, b) siliasih, c) siliasah,
dan d) siliwangi (siliwawangi).
Siliasuh,
mengandung maksud bahwa di dalam menata perekonomi kerakyatan Jawa Barat
sejatinya dibangun atas dasar saling memenuhi, dan kasih sayang di antara
sesama. Kehidupan gotong royong merupakan salah satu bentuk pilar siliasuh. Di
samping itu juga, siliasuh bertetangga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
sejatinya dibangun atas dasar saling menghargai, dan menjaga satu sama lain.
Siliasih.
Ini dimaksudkan bahwa di dalam menata kehidupan bermasyarakat sejatinya
dibangun atas dasar kearifan lingkungan alam ke-Sunda-an. Salah satu bentuk
siliasih adalah menjaga dan melestarikan nilai-nilai kesundaan yang sarat akan
nilai cageur, bageur, bener, pinter, tur singer. Makna lain dari siliasih
adalah bahwa di dalam menata hidup dan kehidupan di dalam berkeluarga,
bertetangga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dibangun di atas saling
menyayangi antarsesama sebagai lambang kearifan alam ke-Sunda-an.
Siliasah.
Pepatah ini mengandung maksud bahwa di dalam kehidupan berpolitik sejatinya
mengedepankan kepentingan masyarakat. Kekuatan kehidupan bermasyarakat secara
sinergis, akan dapat membangun suasana kehidupan yang subur makmur gemah ripah
loh jinawi, sepi ing coaling, towong rampog.
Siliwangi
(siliwawangi), mengandung maksud bahwa di dalam tatanan kehidupan kesundaan
dibangun atas dasar saling menjaga kehormatan antarsesama. Hidup rukun dan
damai merupakan bentuk saling menghormati dan menjaga keharmonisan hidup
berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Purwasasmita
(2006) mengungkapkan bahwa siliasuh mengandung maksud bahwa menata perekonomi
kerakyatan Jawa Barat dibangun atas dasar saling memenuhi, dan kasih sayang di
antara sesama, siliasih, bernuansa kearifan lingkungan alam kasundaan, dan
siliasah bernuansa politik kemasyarakatan urang Sunda. Ketiga bidang garapan
dimaksud merupakan pencerminan siliasuh, siliasih, dan siliasah (keterkaitan
ekosistem, multi skala dan kesejahteraan). Hasilnya adalah kesinambungan sumber
daya alam Jawa Barat, kepemimpinan, dan inisiatif kemasyarakatan Jawa Barat,
etos kerja dan prestasi Jawa Barat, serta perkembangan berbasis model budaya
bukan sekedar rancangan ekonomi dan teknik belaka.
Di samping siliasuh, sliasih, siliasah, dan siliwawangi,
di dalam falsafah kasundaan (saur sepuh) disebutkan bahwa di dalam menata hidup
dan kehidupan sejatinya didasarkan pada, “cageur, bageur, bener, pinter, tur
singer.”
No comments:
Post a Comment