Tuesday, June 25, 2019

Pengertian Pendapatan


Kemampuan suatu perusahaan untuk memperoleh keuntungan adalah hal yang penting untuk dapat melanjutkan operasi perusahaan. Keuntungan yang dihasilkan oleh suatu badan usaha adalah suatu ukuran keberhasilan manajer, investor dan kreditor yang menggunakannya untuk mengevaluasi prospek perusahaan dimasa yang akan datang.
Oleh karena itu salah satu bagian terpenting dalam proses akuntansi adalah penentuan, pengukuran dan pengakuan pendapatan serta pengukuran pencatatan ekonomi yang berhubungan dengan pendapatan perusahaan. Kieso dan Wegandt (1995, hal.56) memberikan pengertian bahwa pendapatan adalah:
"Arus masuk atau penambahan lain atas harta suatu kesatuan atau penyelesaian suatu kewajiban (atau kombinasi keduanya) selama satu periode dari penyerahan atau produksi barang, penyerahan jasa atau aktivitas lain yang merupakan operasi utama kesatuan tersebut.”
Sedangkan dalam PSAK No. 23 Ikatan Akuntan Indonesia (1996, hal.23.3)
menyatakan bahwa:
“Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal".
Pendapatan merupakan pos yang penting dari laporan keuangan dan mempunyai penggunaan yang bermacam-macam untuk berbagai tujuan. Penggunaan informasi pendapatan yang paling utama adalah untuk tujuan pengambilan keputusan, baik itu keputusan untuk pembayaran deviden, keputusan investasi dan keputusan penting lainnya.
Menurut Ralph Estes (1996, hal.119) pendapatan adalah:
“Arus masuk sumber daya kedalam suatu perusahaan dalam suatu periode
dari penjualan barang atau hasil penjualan jasa, pendapatan tidak mencakup
sumber daya yang diterima dari sumber-sumber selain dari operasi, seperti
penjualan aktiva tetap, penerbitan saham atau pinjaman".
Pendapatan menurut hukum pajak ada1ah latar belakang timbulnya pendapatan bagi negara yang timbul akibat adanya hak dan kewajiban pemerintah dalam menyelenggarakan pemerintahan. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun 1994 (1995, hal 26) tentang pajak penghasilan (PPh), pendapatan atau penghasilan dirumuskan sebagai berikut:
"Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun".
Sedangkan menurut Soehardi Sigit (1981, hal.44) penghasilan atau pendapatan adalah sebagai berikut
"Pendapatan adalah kebalikan dari biaya. Tiap-tiap memperoleh penghasilan atau pendapatan tentu disertai dengan wujud penerimaan benda, harta kekayaan atau hak. Tidak ada sesuatu pendapatan bertambah tidak dengan mengakibatkan pertambahan pada aktiva, apakah pertambahan itu kedalam kas, tagihan, wesel tagih ataupun hak".
Pengertian pendapatan yang lain menurut Zaki Baridwan (1992, hal.10):
“Pendapatan adalah aliran masuk harta-harta (aktiva) yang timbul dari penyerahan barang atau jasa yang dilakukan oleh suatu unit usaha selama satu periode tertentu".
Dasar yang digunakan untuk mengukur besarnya pendapatan adalah Jumlah kas atau ekuivalennya yang diterima dari transaksi penjualan dengan pihak yang bebas.
Pendapat lain tetang pengertian pendapatan seperti yang disebutkan oleh Niswonger dan Fess (1993, hal 9) adalah: "Pendapatan dihitung dari jumlah yang dibebankan kepada langganan untuk barang-barang yang diserahkan atau jasa-jasa yang diberikan".
Dari definisi-definisi dan pendapat diatas jelaslah bahwasannya pendapatan berasal dari penyerahan barang atau jasa serta aktivitas usaha lainnya dalam satu periode.

Proses Penyusunan Laporan Keuangan


Sebagai suatu komoditi, laporan keuangan yang dihasilkan sendiri oleh manajemen, yang kegunaannya akan dikonsumsi oleh banyak pihak, harus disajikan dengan cara-cara dan prosedur-prosedur tertentu berdasarkan suatu pedoman yang berlaku. Jadi, penyajian laporan keuangan tidak bisa secara operasional tanpa mengikuti aturan tersebut. Seuatu penyelenggaraan sistem adanya catatan akuntansi harus mencakup keseluruhan aktifitas yang dibutuhkan untuk memberikan kepada manajemen berbagai macam informasi untuk perencanaan, pengendalian dan pelaporan keadaan serta operasi perusahaan.
Laporan keuangan pada dasarnya adalah suatu rangkuman dari keseluruhan aktifitas yang dapat menaikkan ataupun menurunkan berbagai aktiva, kewajiban, dan modal perusahaan selama suatu peri ode tertentu. Proses penyajian terdiri dari dua tahap. Tahap pertama disebut tahap pencatatan (recording phase) sedangkan lahar kedua adalah tahap pengikhtisaran (summmarizing phase).
Masing-masing tahap saling berkaitan dan tidak bisa saling mendahului karena tidak mungkin laporan keuangan disusun tanpa adanya suatu aktifitas. Tahap-tahap ini yang dikenal dengan istilah proses akuntansi atau siklus akuntansi. Pada tahap pencatatan, ada tiga langkah yang dijalani, yaitu:
a. Analisis atau transaksi dan kejadian-kejadian terpilih lainnya tidak semua transaksi akan dicatat, namun harus dilakukan seleksi terhadap suatu kejadian, apakah akan diakui dalam laporan keuangan atau tidak. Setelah itu transaksi tcrpilih tersebut didokumentasikan, akan dijadikan dasar pembuatan catatan asli dari setiap transaksi.
b. Pencatatan transaksi. Dengan berdasarkan dokumen-dokumen diatas, masing-masing transaksi dicatat secara berurutan (kronologis) didalam buku harian. Buku harian yang digunakan dapat memakai buku harian khusus atau buku harian umum
c. Pemindahan transaksi kedalam buku besar. Setelah masing-masing transaksi dicatat dibuku harian, selanjutnya dimasukkan kedalam akun-akun yang sesuai pada buku besar dan buku tambahan.
Selanjutnya, pada tahap pengikhtisaran, rangkaian langkah yang dilakukan adalah:
a. Pembuatan neraca sisa dari akun-akun buku besar. Neraca sisa menyajikan suatu ringkasan informasi yang diklasifikasikan dibuku besar, dan juga merupakan suatu pengkoreksian umum atas keakuratan pencatatan dan pemindahan ke buku besar.
b. Penyesuaian atas beberapa akun-akun agar dengan tanggal bersangkutan.
Sebelum laporan keuangan dapat disusun semua informasi yang dapat dipertanggung jawabkan dan belum tercatat mesti ditetapkan. Penyesuaian harus dibukukan (pada kertas kerja) sehingga akun-akun akan sudah sesuai dengan keadaan saat bersangkutan sebelum penyusunan laporan keuangan dilaksanakan.
c. Penyusunan laporan keungan Intormasi mengenai ikhtisar kegiatan pada kertas kerja termasuk perubahan-perubahan dalam posisi keuangan akan menjadi dasar disusunnya laporan keuangan untuk periode berjalan.
d. Penutupann akun-akun yang bersifat sementara. Seluruh saldo-saldo akun persediaan (bila perusahaan menggunakan sistem persediaan periodik), diutup akun-akun ikhtisarkan yang bersangkutan "dan selanjutnya dipindahkan ke akun kekayaan pemilik.
e. Pembuatan neraca sisa setelah penutup. Dilakukan untuk menentapkan kesamaan antara debet dan kredit setelah pembukuan ayat-ayat penyesuaian dan penutup.
f. Pembalikan akun-akun tertentu. Langkah ini tidak harus ditempuh, namun kerap kali diperlukan sebagai suatu cara untuk memudahkan pencatatan dan penyesuaian pada periode selanjutnya. Adapun akun-akun ditangguhkan (deferred item) dan akun-akun antisipasi (accured item).
Prosedur-prosedur ini merupakan suatu siklus lengkap yang lazimnya dilaksanakan dalam setiap periode fiskal.

Evaluasi Pembelajaran Musik

a.      Evaluasi Pembelajaran Musik
         Kata evaluasi mungkin sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Seperti contoh, pemilik toko melakukan evaluasi setiap hari agar, pemilik  toko tersebut mengetahui omset yang  di dapat setiap harinya. Selain itu adapun contoh lain, pelatih selalu melakukan evaluasi setelah mengikuti perlombaan, karena kekalahannya.
            Dari kedua kalimat menunjukan bahwa kata evaluasi selalu berhubungan dengan peningkatan kualitas dan penelaahan, atau pengamatan untuk melihat kekurangan, setelah ditemukan kekurangan maka diperbaiki agar terjadi perubahan kualitas menjadi lebih baik.,
                        Evaluasi adalah upaya untuk mengkaji kembali kegiatan atau peristiwa yang telah terjadi, dengan cara menelaah bukti-bukti yang ada. Upaya ini dilakukan untuk menilai apakah hal yang telah terjadi sudah sesuai harapan atau belum. Bila belum sesuai dicoba untuk ditemukan dimana letak permasalahannya. Temuan tersebut amat bermakna dalam upaya memperbaiki keadaan atau mencapai harapan yang diinginkan. (Milyartini, 3: 2009)

          Sedangkan dalam dunia pendidikan, evaluasi juga memiliki makna yang sama,
               Dalam evaluasi pendidikan terdapat upaya untuk mengumpulkan data-data-data yang sering disebut assesment. Dalam pengumpulan data dilakukan pengukuran (measurement). Setelah terkumpul data kemudian dilakukan penelaahan untuk mengetahui dan menemukan aspek-aspek yang masih kurang memuaskan. Kegiatan ini disebut penilaian.( milyartini, 3:2009)

Dari pernyataan di atas ada disebutkan tentang penilaian, dilihat dari pelaksananya penilaian tersebut dapat dibagi dua yaitu penilaian ekternal dan penilaian internal seperti yang diungkapkan Tim Litbang Puskur (2006:3) dalam Milyartini (2009: 4) menjelaskan,
          Penilaian eksternal merupakan penilaian yang dilakukan oleh pihak lain yang tidak melaksanakan proses pembelajaran. Penilaian eksternal dilakukan oleh suatu lembaga, baik dlam maupun luar negeri dimaksudkan antara lain untuk pengendali mutu. Sedangkan penilaian internal adalah penilaian yang direncanakan dan dilaksanakan oleh guru pada saat proses pembelajaran berlangsung.

          Mengenai evaluasi dalam pembelajaran musik peneliti mengambil intisari dari buku Evaluasi pendidikan musik, Milyartini (2009: 5-6) yang menjelaskan,
     Evaluasi dalam pembelajaran musik juga mencakup proses pengukuran dan penilaian. Pengukuran sendiri, datanya tidak selalu bersifat kwantitatif atau berupa angka-angka, banyak data yang dibutuhkan dalam pendidikan musik yang memiliki sifat kualitatif. Sebagai contoh, seorang guru yang ingin mengetahui kemampun vokal seorang siswa yang akan ia tempatkan dalam kelompok paduan suara. Wilayah suara dan warna suara merupakan contoh data dalam pendidikan musik yang memiliki sifat kualitatif.

b. Ranah penilaian dalam pendidikan musik
               Istilah ranah kognitif, afektif dan psikomotor merupakan istilah yang dikembangkan oleh Bloom (1969). Lebih rincinya Bloom (1969) dalam Milyartini (2009: 36) menjelaskan,
Ranah kognitif dibagi menjadi enam tingkatan yaitu; pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Ranah afektif dibagi menjadi lima aspek yaitu; penerimaan, merespon, menilai, organisasi, dan karakterisasi berdasarkan nilai-nilai yang kompleks. Sementara ranah psikomotor dbagi menjadi tujuh kategori yaitu; persepsi, set, respon terpimpin, mekanisme, respon nyata yang kompleks, adaptasi dan keaslian.


Dalam pelaksanaannya evaluasi pendidikan musik juga harus terkait dan berpatokan kepada ketiga ranah tersebut. Artinya dalam proses pembelajaran musik harus terdapat tujuan dari ketiga ranah tersebut, tujuan, kognitif, afektif dan psikomotor, jadi dalam mengevaluasi pun yang dilihat adalah keberhasilan ketiga ranah tersebut, apakah sudah tercapai atau belum.

Hakikat belajar

 Hakikat belajar
    Belajar merupakan aktivitas yang disengaja dan dilakukan oleh individu agar terjadi perubahan kemampuan diri, dengan belajar siswa yang tadinya tidak mampu menjadi mampu melakukan sesuatu, atau yang tadinya tidak terampil menjadi terampil.
     Belajar menurut Gagne (1984) dalam buku  Kurikulum dan Pembelajaran     (Ruhimat, 2009:116) adalah suatu proses di mana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Dari pengertian tersebut, ada tiga pokok dalam belajar yaitu proses, perubahan perilaku dan pengalaman. Adapun pengertiannya yaitu:
1.    Proses
Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berpikir dan merasakan. Seseorang dikatakan belajar apabila pikiran dan perasaannya aktif. Aktivitas pikiran dan perasaan itu sendiri tidak dapat diamati orang lain, akan tetapi dirasakan oleh dirinya sendiri. (Ruhimat, 2009: 115).

     Dalam pelaksanaannya, guru tidak dapat melihat aktivitas pikiran dan perasaan siswa. Misalnya anak melihat ke depan, melihat ke papan tulis belum tentu dia memperhatikan, bisa saja hatinya melamun atau memikirkan hal lain. Sebaliknya anak yang pendiam, dia tidak aktif bertanya, hanya diam saja di dalam kelas bukan berarti dia tidak belajar, mungkin saja dia memperhatikan dan selalu berusaha memahami setiap pelajaran yang diberikan oleh guru. Namun guru dapat melihat gejala yang nampak dari aktivitas mental dan emosional siswa, sebagaimana pernyataan Ruhimat yang menyebutkan,

Siswa bertanya, menanggapi, menjawab pertanyaan guru, diskusi, memecahkan permasalahan, melaporkan hasil kerja, membuat rangkuman, dan sebagainya. Itu semua adalah gejala yang nampak dari aktivitas mental dan emosional siswa (Ruhimat, 2009: 116).


     Berdasarkan pemaparan di atas, interaksi antara siswa dan guru sangat penting sekali, karena siswa yang berinteraksi dengan baik akan mempunyai pengalaman yang baik juga. Selain itu, setiap siswa mempunyai kemampuan yang berbeda-beda, ada yang cepat tanggap, dan ada yang lambat dalam berpikir, itu merupakan aktivitas mental dan emosional siswa berbeda.

2.    Perubahan Perilaku
      Hasil belajar akan nampak pada perubahan perilaku individu yang belajar. seseorang yang belajar akan mengalami perubahan perilaku sebagai akibat kegiatan belajarnya. Pengetahuan dan keterampilannya bertambah, dan penguasaan nilai-nilai dan sikapnya bertambah pula.
3.    Pengalaman
“Belajar adalah mengalami, bahwa belajar terjadi karena individu berinteraksi dengan lingkungannya, baik lingkunga fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan fisik adalah lingkungan disekitar individu baik dalam bentuk alam sekitar (natural)  maupun dalam bentuk hasil ciptaan manusia (cultural). (Ruhimat,2009:118)

    Berdasarkan pengertian di atas, belajar merupakan pengalaman yang sangat berharga, di mana kita dapat berinteraksi dengan alam sekitar dan orang-orang yang ada di sekeliling kita.

    “Berdasarkan Sudjana dalam ruhimat (1989:28) menyatakan bahwa” belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu. Belajar dapat di pandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. belajar juga merupakan proses melihat,mengamati, dan memahami sesuatu”.

     Melihat dari pengertian di atas, belajar merupakan sebuah pengalaman yang baik, karena siswa dapat berinteraksi dengan guru dan siswa yang lainnya, agar mengalami pembelajaran. Pembelajaran merupakan proses belajar, dimana guru dan siswa berinteraksi dengan baik, untuk mengalami proses belajar. Dan menghasilkan pengalaman yang dapat menjadikan bekal dimasa yang akan datang.
     Dalam pembelajaran angklung di SMP Negeri 1 Padalarang, guru dan siswa selalu berinteraksi dengan baik dan saling membantu satu sama lain untuk kemajuan pembelajaran angklung tersebut. siswa di tuntut untuk dapat memainkan lagu dan menghafalnya dalam setiap latihan. Karena itu merupakan langkah untuk menjadikan siswa tersebut untuk selalu belajar dan memahami materi atau lagu yang disampaikan  oleh pelatih. Oleh karena itu, proses pembelajaran dan berinteraksi yang baik akan membuat siswa lebih maju dan mempunyai bekal untuk masa yang akan datang.

Friday, June 14, 2019

Macam-Macam Menyunting

Menyunting Ejaan (Huruf Kapital dan Tanda Baca)
Menyunting tulisan dapat diartikan memperbaiki tulisan. Perbaikan itu dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan berkaitan dengan kaidah penulisan. Perbaikan dapat bersifat menyeluruh atau sebagian. Ada 3 tahapan dalam menyunting, yakni membaca cermat, menandai yang salah, dan memperbaiki kesalahan. Pada tahap awal, penyuntingan dapat difokuskan kepada aspek penulisan ejaan, khususnya penulisan huruf kapital dan tanda baca. 
Huruf kapital atau huruf besar merupakan huruf yang penulisannya diatur dalam kaidah ejaan. Selain huruf kapital, kaidah ejaan juga mengatur penulisan huruf miring, kata, unsur serapan, dan tanda baca. Dalam hal yang terakhir ini, tanda baca meliputi tanda titik (.), tanda koma (,), tanda titik koma (;), tanda titik dua (:), tanda hubung (-), tanda pisah (--), tanda elipsis (…), tanda tanya (?), tanda seru (!), tanda kurung ( (…) ), tanda kurung siku ([ ]), tanda petik (“…”), tanda petik tunggal (‘…’), tanda garis miring (/), tanda penyingkat atau Apostrof (‘). 
Menyunting Kata 
Kegiatan menyunting sangat penting bagi penulis. Hal ini karena penulislah yang tahu betul seluk-beluk tulisannya. Namun, menyunting juga dapat dilakukan oleh orang lain. Usaha peningkatan kemampuan menyunting membutuhkan serangkaian pelatihan secara bertahap. Salah satu hal yang dapat Anda lakukan untuk meningkatkan kemampuan menyunting di antaranya adalah pengenalan terhadap kaidah penulisan kata dan pemilihan kata.
Kaidah penulisan kata meliputi kaidah penulisan kata dasar, kata turunan, bentuk ulang, gabungan kata, kata ganti, kata depan, kata si dan sang, partikel, singkatan dan akronim, serta angka dan lambang bilangan. Adapun pemilihan kata yang cermat dapat didasarkan tiga tolok ukur, yaitu (1) ketepatan, (2) kebenaran, dan (3) kelaziman. Kata yang tepat adalah kata yang dapat mengungkapkan gagasan atau makna secara tepat. Kata yang benar adalah kata yang ditulis sesuai dengan bentuk yang benar. Kata yang lazim adalah kata yang biasa digunakan untuk mengungkapkan gagasan tertentu (Depdikbud 1995:56). Memperhatikan 3 hal di atas, dalam menyunting tulisan dituntut dapat melihat penggunaan kata dalam sebuah tulisan sudah tepat, sesuai, benar, dan lazim.

Menyunting Kalimat 
Menyunting tulisan dapat diartikan memperbaiki tulisan. Perbaikan itu dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan berkaitan dengan kaidah penulisan. Perbaikan dapat bersifat menyeluruh atau sebagian. Ada tiga tahapan dalam menyunting, yakni membaca cermat, menandai yang salah, dan memperbaiki kesalahan. Dalam tulisan ilmiah, penyuntingan perlu dilakukan dalam lingkup kalimat, khususnya mengenai kebakuan kalimat yang ada.
Kalimat baku memiliki ciri: (a) fungsi gramatikal kalimat jelas, (b) hemat, (c) bernalar, dan (d) bebas dari pengaruh struktur bahasa daerah maupun bahasa asing. Selain itu, kebakuan kosakata dan istilah yang dikandung dalam sebuah kalimat juga akan sangat berpengaruh terhadap kebakuan kalimat.
Menyunting Paragraf 
Menyunting tulisan dapat diartikan memperbaiki tulisan. Perbaikan itu dilakukan berdasarkan beberapa pertimbangan berkaitan dengan kaidah penulisan. Perbaikan dapat bersifat menyeluruh atau sebagian. Ada tiga tahapan dalam menyunting, yakni: membaca cermat, menandai yang salah, dan memperbaiki kesalahan. Penyuntingan dapat difokuskan kepada paragraf yang di dalamnya dapat juga berkaitan dengan penulisan kalimat, frasa, kata atau ejaan. Sebuah paragraf dikatakan baik jika mengandung lima ciri, yakni: kesatuan, kepaduan, konsistensi sudut pandang, ketuntasan, dan kerunutan.


Hakikat Penyuntingan


Kata penyuntingan berarti proses, cara, perbuatan menyunting atau sunting-menyunting (sunting-menyunting berarti perbuatan atau pekerjaan menyunting). Penyuntingan merupakan proses membaca, mencermati, memperbaiki naskah yang telah dikirim seorang penulis naskah sehingga naskah tersebut siap untuk dimuat atau diterbitkan oleh sebuah penerbitan. Pada media noncetak, penyuntingan merupakan proses membaca, mencermati, memperbaiki naskah yang telah dikirim seorang penulis naskah sehingga naskah tersebut siap untuk disiarkan dan ditayangkan oleh media audio dan visual.
Tujuan penyuntingan, baik untuk media cetak maupun noncetak adalah (1) membuat naskah bersih dari kesalahan kebahasaan dan isi materi dengan persetujuan penulis naskah, (2) membuat naskah yang akan dimuat, diterbitkan atau disiarkan dan ditayangkan lebih mudah dan enak dicerna, (3) menjadi jembatan yang dapat menghubungkan ide dan gagasan penulis dengan pembaca, pendengar, dan penonton, (4) mengolah naskah hingga layak terbit (siar untuk media noncetak) sesuai dengan ketentuan yang diberlakukan dan dipersyaratkan oleh penerbit atau penyelenggara program siaran. Manfaat penyuntingan dapat dirasakan oleh 3 pihak yang terkait langsung, yakni penerbit (penyelenggara program siaran), penulis, dan pembaca (pendengar dan penonton).
Media berarti: (1) alat; (2) (sarana) komunikasi seperti koran, majalah, radio, televisi, film, poster, dan spanduk. Media cetak berarti sarana media massa yang dicetak dan diterbitkan secara berkala seperti surat kabar, majalah. Dalam bagian ini disampaikan macam-macam media cetak (format media, istilah yang dipakai Ashadi Siregar), yakni newsletter, surat kabar, tabloid, dan majalah. Di samping itu, buku juga merupakan media cetak yang memerlukan penyuntingan.
Menyunting naskah yang akan dimuat dan diterbitkan salah satu media cetak berbeda antara jenis tulisan yang satu dan yang lain. Newsletter, surat kabar, tabloid, majalah dan jurnal, serta, buku memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Masing-masing media cetak memiliki keunikan dan kekhasan. Media noncetak (elektronik) berarti sarana media massa yang mempergunakan alat-alat elektronik modern, misalnya radio, televisi, dan film. Dalam subbagian ini disampaikan media noncetak, yakni radio dan televisi.

Penyuntingan terhadap media noncetak, baik radio maupun televisi, seperti halnya pada media cetak, berbeda karena masing-masing memiliki keunikan dan kekhasan tersendiri. Kedua media noncetak tersebut memiliki karakteristik yang berbeda sehingga naskah yang akan disiarkan pun berbeda. Dengan demikian, penyuntingannya pun berbeda

Pengertian Menyunting


Penyuntingan berasal dari kata dasar sunting. Kata sunting melahirkan bentuk turunan menyunting (kata kerja), penyunting (kata benda), dan penyuntingan (kata benda). Kata menyunting berarti menyiapkan naskah siap terbit dengan memperhatikan sisi sisematika penyajian, isi, dan bahasa (menyangkut ejaan, diksi, dan struktur kalimat). Orang yang melakukan pekerjaan menyunting disebut penyunting. Sementara itu, penyuntingan bermakna proses, cara, perbuatan, yang terkait dengan kegiatan sunting-menyunting.
Menyunting dapat diartikan sebagai kegiatan membaca kembali sambil menemukan kesalahan-kesalahan redaksional sebuah tulisan. Proses ini biasanya dilakukan oleh diri sendiri terhadap tulisan sendiri atau penyunting terhadap tulisan orang lain. Kegiatan penyuntingan terlihat sepele sehingga tahap ini sering sekali terabaikan. Padahal, pengalaman hampir semua penulis besar mengungkapkan, proses penyuntingan adalah sebuah tahapan menulis yang menjadi salah satu kunci sukses mereka menjadi penulis ternama.
Untuk menangkap kesalahan, baik ejaan, gaya, maupun pemakaian kata, kita harus membaca dan membaca tulisan kita. Bila perlu bacalah dan cek ejaan atau kata yang meragukan dengan membuka kamus berkali-kali. Untuk mencari kesalahan dalam tulisa Anda, tanpa mengurangi kelancaran menulis maka hindari mengecek ejaan atau pemakaian kata pada saat menulis. berkali-kali membuka kamus atau buku pedoman di tengah Anda menulis akan menghambat kelancaran kreativitas dan tindakan itu juga memakan waktu.
Setelah selesai menulis, segeralah melakukan pengecekan ulang sekali lagi. Sering mata Anda telenda pada satu baris atau paragraf ketika Anda mengecek cerita Anda. Pengecekan ulang akan mengurangi kesalahan. Bila Anda menemukan kata yang salah eja atau salah pakai, tulislah dalam buku catatan Anda. Jangan malu menyimpan daftar kata yang membingungkan agar selalu bisa mengecek mana yang salah dan mana yang benar dengan cepat. Belajar mengeja kata-kata itu akan sangat membantu. Terlebih bila si pewarta memahami tata bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Kadang pewarta warga beranggapan penyuntingan hanyalah pekerjaan tim penyunting. Di portal suarakomunitas.net, mereka biasanya mengirim tulisannya, meskipun kondisi masih amat mentah, pewarta belum mencek ketepatan kata, tanda baca, pemenggalan kalimat, dan lain-lain. Pendapat ini ada benarnya, tetapi apabila pewarta terbiasa menyunting tulisannya sendiri, maka dia akan terhindar dari kesalahan-kesalahan penulisan kecil. Pengalaman menyunting memberikan banyak keuntungan pada pewarta, antara lain pesan yang ingin disampaikan pewarta dapat ditangkap dengan baik oleh penyunting dan pembaca. Pewarta juga mewarisi tradisi disiplin dalam menulis. Tradisi ini berimbas kepada sifat-sifat kepribadian lainnya sehingga penulis memiliki kemampuan menghadapi dan menjalankan tugas-tugas lain secara lebih baik. Akibat langsungnya, tulisan pewarta segera dimuat atau ditayangkan.
Penyunting tulisan yang akan dipublikasikan perlu mempertimbangkan aspek pembaca. Tulisan akan dibaca oleh pelbagai kalangan, dengan umur, taraf hidup, dan pendidikan, yang  berbeda-beda sehingga saat menyunting pewarta perlu menyesuaikan gaya tulisannya dengan latar belakang pembaca. Secara garis besar kegiatan penyuntingan meliputi:
·           Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang kasat mata.
·           Menghindari kontradiksi dan memperbaiki tulisan sebelumnya.
·           Menyesuaikan gaya bahasa sesuai dengan kebijakan media yang bersangkutan.
·           Meringkas beberapa kalimat menjadi satu atau dua kalimat yang memiliki kejelasan makna serupa
·           Menghindari adanya arti ganda dan tulisan yang membosankan.
·           Melengkapi tulisan dengan anak kalimat atau subjudul
·           Memperbaiki judul supaya menarik.
·           menulis keterangan gambar atau pekerjaan lain yang terkait dengan tulisan yang disunting.

Banyak pewarta warga gagal mempersembahkan karya terbaiknya karena masalah-masalah sepele seperti salah tulis, penggunaan kata yang kurang tepat, kesalahan pemenggalan kata, kalimat, dan paragraph, kesalahan tanda baca, dan lain sebagainya. Pada media massa arus utama, kesalahan ketik hanya boleh sebanyak tiga (3) kali dalam sebuah tulisan. Artinya, saat seorang penyunting membaca tulisan ilmiah Anda dan tiba pada kesalahan ketik yang ke-4, maka dengan segera tulisan tersebut akan dilempar ke tong sampah, tidak peduli apakah substansi tulisan anda itu penting atau tidak.

Gaya Bahasa Retorika


1.        Metafora (menerangkan sesuatu yang sebelumnya tidak dikenal dengan mengidentifikasikannya dengan sesuatu yang dapat disadari secara langsung, jelas dan dikenal, tamsil);
2.        Monopoli Semantik (penafsir tunggal yang memaksakan kehendak atas teks yang multi-interpretatif);
2.        Fantasy Themes (tema-tema yang dimunculkan oleh penggunaan kata/istilah bisa memukau khalayak);
3.        Labelling (penjulukan, audiens diarahkan untuk menyalahkan orang lain),
4.        Kreasi Citra (mencitrakan positif pada satu pihak, biasanya si subjek yang berbicara);
5.        Kata Topeng (kosakata untuk mengaburkan makna harfiahnya/realitas sesungguhnya);
6.        Kategorisasi (menyudutkan pihak lain atau skenario menghadapi musuh yang terlalu kuat, dengan memecah-belah kelompok lawan);
7.        Gobbledygook (menggunakan kata berbelit-belit,  abstrak dan tidak secara langsung menunjuk kepada tema, jawaban normatif);
Apostrof (pengalihan amanat dengan menggunakan proses/kondisi/pihak lain yang tidak hadir sebagai kambing hitam yang bertanggung jawab kepada suatu masalah).

Definisi Retorika


Retorika berasal dari bahasa Yunani “RHETOR” atau bahasa Inggris “ORATOR” yang berarti “kemahiran dalam berbicara dihadapan umum”. I Gusti Ngurah Oka, memberikan definisi sebagai berikut“Ilmu yang mengajarkan tindak dan usahayang untuk dalam persiapan, kerjasama, serta kedamaian ditengah masyarakat”. Dengan demikian termasuk dalam cakupan pengertian Retorika adalah: Seni berbicara-Kemahiran dan kelancaran berbicara-Kemampuan memproduksi gagasan-Kemampuan mensosialisasikan sehingga mampu mempengaruhi audience.
Dari cakupan pengertian diatas, maka ada dua hal yang perlu ditarik dandiperhatikan, yaitu kemahiran atau seni dan ilmu. Retorika sebagai kemahiran atau seni sudah barang tentu mengandung unsur bakat (nativisme), kemudian retorika sebagai ilmuakan mengandung unsur pengalaman (empirisme), yang bias digali, dipelajari dan diinventarisasikan.Hanya sedikit perbedaan bagi mereka yang sudah mempunyai bakat akanberkembang lebih cepat, sedangkan bagi yang tidak mempunyai bakat akan berjalandengan lamban. Dari sini kemudian lahirlah suatu anggapan bahwa Retorika merupakan artistic science (ilmu pengetahuan yang mengandung seni), dan scientivicart (seni yang ilmiah).
Sementara menurut yang lain, retorika (rhetoric) secara harfiyah artinya berpidato atau kepandaian berbicara Dan kini lebih dikenal dengan nama Public Speaking.  Dewasa ini retorika cenderung dipahami sebagai “omong kosong” atau “permainan kata-kata” (“words games”), juga bermakna propaganda (memengaruhi atau mengendalikan pemikiran-perilaku orang lain). Teknik propaganda “Words Games” terdiri dari Name Calling (pemberian julukan buruk, labelling theory), Glittering Generalities (kebalikan dari name calling, yakni penjulukan dengan label asosiatif bercitra baik), dan Eufemism (penghalusan kata untuk menghindari kesan buruk atau menyembunyikan fakta sesungguhnya). Menurut Kenneth Burke, bahwa setiap bentuk-bentuk komunikasi adalah sebuah drama. Karenanya seorang pembicara hendaknya mampu mendramatisir (membuat jama’ah merasa tertarik) terhadap pembicara, sedangkan menurut Walter Fisher bahwa setiap komunikasi adalah bentuk dari cerita (storytelling). Karenanya, jika kita mampu bercerita sesungguhnya kita punya potensi untuk berceramah dan untuk menjadi muballigh.

Metode Quantum Learning


Teknik-teknik yang digunakan dalam pembelajaran keterampilan bahasa hendaknya sesuai dengan metode yang dipilih. Sebab teknik-teknik pembelajaran adalah penerapan atau realisasi praktis dari metode. Muradi (2006) mengatakan “Metode merupakan pemikiran dan langkah-langkah pokok dalam approach (suatu keyakinan tentang hakikat bahasa atau pengajaran bahasa) pada batas pelaksanaan”.   
Metode adalah rencana menyeluruh penyajian bahasa secara sistematis berdasarkan pendekatan yang ditentukan, mencakup tujuan, kriteria pemilihan dan pengorganisasian materi, bentuk kegiatan belajar mengajar, peran guru, peran siswa, dan peran bahan ajar. Hubungan satu metode dengan metode yang lain tidak dipandang sebagai penoakan melainkan sebagai pengembangan, perbaikan dan penyempurnaan (Fuad,2003 : 30).
Quantum Learning merupakan seperangkat metode dan falsafah belajar yang terbukti efektif untuk semua umur. Quantum Learning berakar dari upaya Dr. Georgi Lozanov, seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen dengan apa yang disebutnya sebagai “suggestology”. Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar (De Porter, 1999:14). Quantum Learning didefinisikan sebagai “interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya”. Semua kehidupan adalah energi. Rumus yang terkenal dalam fisika quantum adalah massa kali kecepatan cahaya kuadrat sama dengan energi. Quantum Learning menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar, dan neurolinguistik (NLP) dengan konsep-konsep kunci dari berbagai teori dan strategi belajar (De Porter, 1999: 16).
Metode Quantum Learning memiliki asas utama, yaitu : bawalah dunia mereka ke dunia kita, antarkan dunia kita ke dunia mereka. Metode ini memberikan suasana yang memberdayakan, landasan yang kukuh, lingkungan yang mendukung dan rancangan belajar yang dinamis melalui penyajian prima, fasilitas yang luwes, keterampilan belajar, dan keterampilan hidup (De Porter, 2003:9).
2.4.1 Keunggulan dan Kelemahan
Metode Quantum learning ini memiliki beberapa keunggulan yaitu sebagai berikut:
a.         Quantum learning berpangkal pada psikologi kognitif, bukan fisika quantum meskipun serba sedikit istilah dan konsep quantum dipakai.
b.        Quantum learning lebih bersifat humanistis, bukan positivistis-empiris, “hewan-istis”, dan atau nativistis.
c.         Quantum learning lebih konstruktivis(tis), bukan positivistis-empiris, behavioristis.
d.        Quantum learning memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna, bukan sekedar transaksi makna.
e.         Quantum learning sangat menekankan pada pemercepatan pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi.
f.         Quantum learning sangat menentukan kealamiahan dan kewajaran proses pembelajaran, bukan keartifisialan atau keadaan yang dibuat-buat.
g.        Quantum learning sangat menekankan kebermaknaan dan kebermutuan proses pembelajaran.
h.        Quantum learning memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran.
i.          Quantum learning memusatkan perhatian pada pembentukan ketrampilan akademis, ketrampilan (dalam) hidup, dan prestasi fisikal atau material.
j.          Quantum learning menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian penting proses pembelajaran.
k.        Quantum learning mengutamakan keberagaman dan kebebasan, bukan keseragaman dan ketertiban.
l.          Quantum learning mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran.
Tujuh Kunci Keunggulan Quantum Learning yaitu sebagai berikut :
a.         Integritas
Bersikaplah jujur, tulus dan menyeluruh. Selaraskan denga nilai-nilai yang ada pada diri kita.
b.        Kegagalan awal kesuksesan
       Pahamilah bahwa kegagalan hanyalah memberikan informasi yang anda butuhkan untuk sukses.


c.         Bicaralah dengan niatan baik
Berbicaralah dengan pengertian positif dan bertanggungjawablah untuk berkomunikasi yang jujur dan lurus.
d.        Komitmen
       Penuhilah janji dan kewajiban, laksanakan visi dan lakukan apa yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan.
a.         Tanggungjawab
       Bertanggungjawablah atas tindakan anda.
f.         Sikap fleksibel
Bersikap terbuka terhadap perubahan baru yang dapat membantu kita memperoleh hasil yang kita inginkan.
g.        Keseimbangan
Jaga keselarasan pikiran, tubuh dan jiwa. Sisihkan waktu untuk membangun dan memelihara ketiganya.
Sedangkan kelemahan dari metode Quantum learning adalah sebagai berikut :
a.    Membutuhkan pengalaman yang nyata
b.    Waktu yang cukup lama untuk menumbuhkan motivasi dalam belajar
c.    Kesulitan mengidentifikasi ketrampilan siswa
2.4.2        Prinsip Quantum Learning
a.    Prinsip utama Quantum learning berbunyi: Bawalah Dunia Mereka (Pembelajar) ke dalam Dunia Kita (Pengajar), dan Antarkan Dunia Kita (Pengajar) ke dalam Dunia Mereka (Pembelajar).
b.    Dalam Quantum learning juga berlaku prinsip bahwa proses pembelajaran merupakan permainan orchestra simfoni.
c.    Prinsip-prinsip dasar ini ada lima macam berikut ini :
      i.          Ketahuilah bahwa segalanya berbicara
Dalam Quantum learning, segala sesuatu mulai lingkungan pembelajaran sampai dengan bahasa tubuh pengajar, penataan ruang sampai guru, mulai kertas yang dibagikan oleh pengajar sampai dengan rancangan pembelajaran, semuanya mengirim pesan tentang pembelajaran.
       ii.       Ketahuilah bahwa segalanya bertujuan
Semua yang terjadi dalam proses pengubahan energy menjadi cahaya mempunyai tujuan.
     iii.       Sadarilah bahwa pengalaman mendahului penamaan
Poses pembelajaran paling baik terjadi ketika pembelajar telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh makna untuk apa yang mereka pelajari.
     iv.       Akuilah setiap usaha yang dilakukan dalam pembelajaran
Pembelajaran atau belajar selalu mengandung risiko besar.
       v.       Sadarilah bahwa sesuatu yang layak dipelajari layak pula dirayakan
Segala sesuatu dipelajari sudah pasti layak pula dirayakan keberhasilannya.
     vi.       Dalam Quantum learning juga berlaku prinsip bahwa pembelajaran lurus berdampak bagi terbentuknya keunggulan.
Dengan kata lain pembelajaran perlu diartikan sebagai pembentukan keunggulan. Oleh karena itu, keunggulan ini bahkan telah dipandangan sebagai jantung fondasi Quantum learning. Ada 8 prinsip keunggulan, yang juga disebut 8 kunci keunggulan yang diyakini dalam Quantum learning.
Delapan kunci keunggulan itu sebagai berikut :
a.         Teraplah Hidup dalam Integritas
Dalam pembelajaran, bersikaplah apa adanya, tulus, dan menyeluruh yang lahir ketika nilai-nilai dan perilaku kita menyatu.
b.        Akuilah Kegagalan Dapat Membawa Kesuksesan
Dalam pembelajaran, kita harus mengerti dan mengakui bahwa kesalahan atau kegagalan dapat memberikan informasi kepada kita yang diperlukan untuk belajar lebih lanjut sehingga kita dapat berhasil.
c.         Berbicaralah dengan Niat Baik
Dalam pembelajan, perlu dikembangkan ketrampilan berbicara dalam arti positif dan bertanggung jawab atas komunikasi yang jujur dan langsung.
d.        Tegaskanlah Komitmen
Dalam pembelajaran, baik pengajar maupun pembelajar harus mengikuti visi-misi tanpa ragu-ragu, tetap pada rel yang telah ditetapkan.
e.         Jadilah Pemilik
Dalam pembelajaran harus ada tanggung jawab. Tanpa tanggung jawab tidak mungkin terjadi pembelajaran yang bermakna dan bermutu.
f.         Tetaplah Lentur
Dalam pembelajaran, pertahanan kemampuan untuk mengubah yang sedang dilakukan untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Pembelajar lebih-lebih , harus pandai-pandai membaca lingkungan dan suasana, dan harus pandai-pandai mengubah lingkungan dan suasana bilamana diperlukan.
g.        Pertahankanlah Keseimbangan
Dalam pembelajaran, pertahanan jiwa, tubuh, emosi, dan semangat dalam satu kesatuan dan kesejajaran agar proses dan hasil pembelajaran efektif dan optimal.        
2.4.3 Model-Model Quantum Learning
Metode Quantum Learning memiliki beberapa model diantaranya sebagai berikut :
a. Peta konsep
Peta konsep sebagai teknik belajar efektif. Peta konsep disini lebih menunjukkan pada keuangan ide-ide pikiran sebagai catatan dalam grafis sebagai salah satu teknik belajar efektif. Peta konsep berupa ide pemikiran yang di tuangkan dalam bentuk gambaran atau grafik. Menurut Nacy Murgilulier yang dikutip Rose dan Nicholl sebelum belajar kita memvisualisasikan  gambar dengan pikiran kita dan mengkaitkannya dengan konsep-konsep.
Langkah-langkah tehnik penggunaam peta menurut Rose dan Nicholl :
1)   Mulai degan topik di tengah halaman
     Tulislah gagasan uatama di tengah-tengah halaman kerertas dan lingkupilah dengan segitiga atau bentuk-bentuk lain ,sehingga kita  terdorong untuk mendefinisikan gagasan inti subjek yang dipelajari sebagai titik awal yang efektif.
 
2)   Buat cabang-cabangnya
     Tambahkan cabang keluar untuk setiap poin atas gagasan utama antrara lima atau tuju cabang jangan terlalu banyak.
3)   Gunakan kata-kata kunci
     Kata kunci adalah kata yang menyampaikan isi sebuah gagasan dan memudahkan memicu ingatan kita.
4)   Tambahkan simbol-simbol dan ilustrasi mendapatkan ingatan yang lebih baik
5)   Gunakan huruf kapital
6)   Tulis gagasan penting dengan huruf yang lebih besar
7)   Hidupkanlah peta pikiran anda dengan hal-hal yang menarik
8)   Garis bawahi kata-kata itu \gunakan huruf miring  atau tebal
9)   Siaplah kreatif dan berani
Lakukan sendiri dan jangan takut salah atau jelek, gunakan sebanyak mungkin gambar yang memang membantu pemahaman anda sendiri
10)    Gunakan bentuk-bentuki acak untuk gagasan sendiri
11)    Buatlah peta konsep secara horizontal, agar dapat ruang bagi gagasan anda
Cara pembelajaran dengan konsep ini  perlu di sajikan dengan metode tugas kerja  kelompok. Adapun contoh langkah –langkahnya  adalah sebagai berikut :
a.    Guru melakukan apresiasi dengan pertanyaan pada materi model-model pembelajaran.
b.    Gunakan pertanyaan tentang dimensi-dimensi atau cakupan materi dari model-model pembelajaran.
c.    Sambil bertanya guru mencoba mentransfer jawaban siswa dalam bentuk peta konsep.
d.   Perbaiki peta konsep yang belum terstuktur .
e.    Setelah gambar peta jadi di papan tulis, guru meminta siswa untuk membuat peta konsep secara berkelompok berdasarkan sub-sub materi yang ada.
f.     Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, kemudian siswa kerja kelompok untuk menbuat peta konsep. Untuk itu di berikan batas waktu misalnya 10-15 menit. Jika siswa sudah terbiasa mambuat peta konsep  siswa sudah dapat ditugaskan secara individu atau kompok kecil per dua orang.
g.    Selama siswa menyusun peta konsep guru keliling untuk memberikan penjelasan jika ada kelompok yang bertanya.
h.    Guru meminta siswa untuk membuat matrik konsep pengelompokan dan atributnya.
i.      Setelah selesai wakil-wakil kelompok disuruh maju untuk mempresentasikan. Sementara kelompok lain diberikan kesempatan untuk menanggapi dan masukan.
j.      Jika diperlukan guru memberikan penjelasan kepada materi yang belum dapat dipahami siswa.
k.    Berikan masikan terhadap hasil pekerjakan siswa.
l.      Lakuklan postest tentang konsep yang diluasai.
m.  Berikan siswa untuk memberikan masukan terhadap cara pembelajaran guru sebagai evaluasi untuk pembelajaran pada pertemuan selanjutnya. 
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                            
b.    Teknik Memori
Teknik memori adalah teknik memasukkan informasi ke dalam otak sesuai dengan cara kerja otak (brain-based technique). Dalam teknik ini perlu meningkatkan efektifitas dan efisiensi otak dalam menyerap dan menyimpan informasi. Daya ingat kita dapat ditingkatkan dan menurut Gunawan (2004) otak suka dengan hal yang bersifat :
a.         Ekstem berlebihan/tidak masuk akal
b.        Penuh warna
c.         Multi sensor
d.        Lucu
e.         Melibatkan emosi
f.         Melibatkan irama atau musik
g.        Tindakan aktif
h.        Gambar tiga domensi dan hidup/aktif
i.          Menggunakan asosiasi
j.          Imajinasi
k.        Humpr
l.          Simbol
m.      Nomor dan urutan
Teknik memori memiliki hambatan yaitu orang tua atau guru menganggap konyol jika kita berfikir tidak masuk akal. Namun cara ini sangat efektif karena otak kita menyimpan gambar dan makna.
Sekarang coba anda melakukan satu hal. Sambil menutup mata, coba bayangkan dalam pikiran anda hal-hal berikut ini :
·         Bayangkan sebuah baju kaos tanpa kerah, berwarna merah, mempunyai satu saku di bagian tengah.
·         Sekarang bayangkan baju kaos ini membesar sampai 5 kali dari ukuran semula.
·         Bayangkan baju kaos ini mempunyai kepala, kaki dan tangan.
·         Bayangkan baju kaos ini mengajak anda berbicara, berkenalan dengan anda.
·         Bayangkan anda mendengar baju kaos itu berkata, "Hi... Bu guru apa kabar hari ini? Senang berkenalan dengan anda. Siapa nama anda?" apa anda hari ini senang mengikuti PLPG? Seriuskah anda? Mengapa anda ngantuk seperti muridmu? Apa anda ndak malu dengan pengajarnya kalau ngantuk? Kalau ngantuk makan dulu saja.
Jika kita dapat melatih imajinasi berarti otak kanan kita aktif dengan baik. Untuk mencapai hasil maksimal kita perlu memberdayakan dan menyeimbangkan penggunaan otak kiri dan kanan.
c.    Teknik Rantai Kata
Teknik ini menggunakan cara menyambung atau merantai kata menjadi cerita yang mudah kita hafalkan. Syarat yang harus dilakukan dalam membuat ceita pendek ada pada 14 poin yang tersebut sebelumnya dan ada pula syarat tambahan yaitu :
·         Buatlah cerita yang berisi aksi atau tindakan.
·         Hindari perubahan bentuk karena akan mengacaukan urutan kata yang dihafal dan kurang menarik bagi otak.
·         Jangan menambah objek lain.
·         Buat cerita yang sependek mungkin karena akan semakin baik dan efektif.
·         Bayangkan gambar dari objek cerita
   Teknik ini  adalah melatih merangkai membuat kalimat/cerita dari kata-kata yang sudah ada. Contoh :
·         Semesta
·         Variabel
·         Konstanta
·         Fungsi
·         Persamaan
d.   Teknik Plesetan Kata
Teknik plesetan kata yaitu menggantikan kata sulit yang ingin kita hafal dengan kata lain yang bunyinya mirip atau lucu.
e.    Sistem Pasak Lokasi
Sistem pasak lokasi yaitu teknik mengakses dan mengaktifkan memori semantik dan episodik. Saat kita berusaha menghafal, kita mengaktifkan memori semantik. Informasi yang kita dapat kemudian dicantolkan pada lokasi yang berarti mengaktifkan memori episodik. Dalam memilih lokasi seharusnya lokasinya sudah kita kenal agar kiya tidak salah mengingat apa yang masuk dalam memasukkan memori. Jumlah lokasi tergantung pada kata yang ingin dihafal. Untuk menentukan kekuatan informasi pada memori tergantung pada dua hal yaitu:
1)        Seberapa baik kita menentukan alur lokasi (harus urut).
2)        Seberapa baik visualisasi yang dilakukan.
Misalnya anda diminta untuk menghapal cerita  nama hewan yang dilindungi di Indonesia seperti di bawah ini :
1)        Bangau Hitam
2)        Biawak Pohon
3)        Burung Udang
4)        Harimau Sumatra
5)        Monyet Hitam
6)        Kakak Tua Raja
7)        Orang Hutan Kalimatan
8)        Jalak Putih
Karena ada delapan data, maka kita membutuhkan delapan lokasi. Kita ambil rumah anda sebagai contoh. Sekarang kita tentukan lokasinya.
1)        Jalan di depan rumah anda
2)        Pintu pagar rumah anda
3)        Halaman depan rumah
4)        Pintu masuk utama
5)        Ruang tamu
6)        Tembok di ruang tamu
7)        Ruang keluarga
8)        Lemari es (yang ada di ruang makan)
2.4.4 Kerangka Rancangan Belajar Quantum Learning
a.    Tumbuhkan
Tumbuhkan minat, motivasi, empati, simpati dan harga diri dengan memuaskan “Apakah Manfaat BagiKU” (AMBAK), dan manfaatkan kehidupan siswa.
b.    Alami
Hadirkan pengalaman umum yang dapat di mengerti dan dipahami semua pelajar.
c.    Namai
Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi sebuah masukan.
d.   Demonstrasikan
Sediakan kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan bahwa mereka tahu dan ingat setiap siswa memiliki cara yang berbeda dalam menyelesaikan pekerjaan.
e.    Ulangi
Tunjukkan siswa cara-cara mengulang materi dan menegaskan “Aku tahu dan memang tahu ini”. Sekaligus berikan kesimpulan.
f.     Rayakan
Pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan ketrampilan dan ilmu pengetahuan.




Simbol Bilangan atau Angka

  a. Pengertian Angka Memahami suatu angka dapat membantu manusia untuk melakukan banyak perhitungan mulai dari yang sederhana maupaun y...

Blog Archive