Berdasarkan kata pemberdayaan,
sangat kompleks artinya tergantung dari sudut pandang orang yang menggunakan
istilah tersebut. Akan tetapi nampaknya banyak para ahli yang membuat
defisinisi dari kata pemberdayaan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (balai pustaka,
1995:214) mendefisinisikan bahwa pemberdayaan merupakan cara yang amat praktis
dan produktif untuk mendapatkan yang terbaik dari kita sendiri dan dari staf
kita. Karena itulah maka pemberdayaan mempunyai makna dan maksud tertentu,
yaitu memanfaatkan semua faktor dan fasilitas yang ada guna mencapai tujuan
seefektif dan seefisien mungkin.
Selanjunya Engkoswara
(1999:119) berpendapat bahwa pemberdayaan itu merupakan pemanfaatan secara
maksimal sumber daya yang ada. Dalam hal ini bias memanfaatkan tenaga manusia
berupa pembagian tugas-tugas fungsi dalam organisasi yang bias dituangkan dalam
bentuk pikiran, pendapat, karya ilmiah, dan sebagainya. Richard Carver dalam
bukunya Managing Director Coverdale Organization yang dikutip oleh David
Clluterbuck (2003:3) mendefisikan pemberdayaan sebagai upaya mendorong dan
memungkinkan individu-individu untuk mengemban tanggung jawab pribadi atas
upaya mereka memperbaiki cara mereka melaksanakan pekerjaan-pekerjaan mereka
dan menyumbang pada pencapaian tujuan-tujuan organisasi. Hal itu dituntut
terciptanya suatu budaya yang mendorong orang-orang disemua tingkat untuk
merasa mereka bisa menghasilkan perubahan dan membantu mereka mendapatkan
kepercayaan diri dan keterampilan-keterampilan untuk menghasilkan perubahan-perubahan
itu. Definisi lain pemberdayaan menurut David Clutterbuck dalam bukunya
The Power Of Empowerment adalah
a. Upaya menemukan cara-cara baru untuk memusatkan
kekuasaan ditangan orang-orang yang paling membutuhkannya untuk melaksanakan
pekerjaannya, memberikan kewenangan, tanggung jawab, sumber-sumber dan hak-hak
yang paling tepat untuk masing-masing tugas.
b.
Upaya menciptakan situasi dan kondisi dimana
orang-orang bisa menggunakan kualitas-kualitas dan kemampuan-kemampuan mereka
ditingkat maksimum untuk mewujudkan tujuan bersama.
Dalam dunia pendidikan,
pemberdayaan ditujukan kepada para peserta didik, guru, kepala sekolah. Pegawai
administrasi dan sarana pembelajaran yang akan digunakan dalam proses belajar
mengajar. Pemberdayaan dalam penelitin ini mengarah pada pemberdayaan sarana
pembelajaran yang ada disekolah untuk mendukung terlaksananya situasi
pembelajaran yang diinginkan.
Pemberdayaan ini tentunya akan
dirasakan berhasil bila dalam pelaksanaannya didukung oleh segala komponen yang
ada dan mempengaruhi lembaga yang menaunginya, sehingga pada waktu
pelaksanaannya pemberdayaan harus dijadikan suatu komitmen bersama dalam
meningkatkan proses belajar mengajar yang diharapkan sampai terwujudnya tujuan
pembelajaran yang ditetapkan.
Istilah sarana pembelajaran
adalah terjemahan dari facilities, yaitu sesuatu yang dapat digunakan dan
dimanfaatkan dalam pelaksanan kegiatan pembalajar olah raga atau pendidikan
jasmani. Uraian diatas sesuai dengan yang dikemukakan oleh Arifin (1987:168),
“sarana adalah sesuatu yang dipergunakan sabagai alat dalam melaksanakan suatu
pekerjaan atau kegiata-kegiatan”. Sarana
pembelajaran merupakan pendukung utama dalam kelancaran proses belajar mengajar
pendidikan jasmani di sekolah.
Beberapa rincian sarana/alat
pembelajaran pendidikan jasmanj, sebagai berikut :
a. Bola
besar
jenis-jenis bola besar salah
satunya dipergunakan untuk permainan sepak bola, bola tangan, bola basket, dan
bola voly.
b. Bola
kecil
jenis-jenis bola kecil salah
satunya dipergunakan untuk permainan softball, baseball, dan hochey.
c. Kayu
pemukul
kayu
pemukul dapat dipergunakan untuk permainan softball dan hochey.
d. Alat
untuk cabang atletik
alat untuk cabang atletik diantaranya
lembing, peluru, cakram, tongkat estapet,gawang untuk lari gawang, stop watch,
bendera star, alat meteran minimal 50 meter.
b.
Alat senam
Alat-alat senam terdiri dari matras (usahakan yang
terbuat dari karet busa), peti lompat, dan lain-lain.
Oleh karena itu, keberadaan
sarana pembelajaran pendidikan jasmani sering sekali pengajar mengalami
kesulitan didalam menyampaikan materi pelajaran ke siswa di karenakan
kekurangan peralatan di sekolah tempat mereka mengajar. Sarana pembelajaran
pendidikan jasmani yang dimiliki oleh setiap sekolah tidaklah sama, ada sekolah
yang memiliki peralatan yang lengkap, ada juga sekolah yang kurang lengkap
sarana pembelajaran pendidikan jasmaninya. Bagi guru yang mengajar disekolah
yang lengkap sarana pembelajarannya mungkin tidak akan menjadi masalah dalam
memberdayakan sarana pembelajaran, mungkin hanya memikirkan cara penggunaan,
pengelolaan, dan pengaturan sarana pembelajaran itu. Sebaliknya bila disekolah
tempat mereka mengajar tidak lengkap sarana pembelajarannya mungkin dalam
pemberdayaan sarana pembelajaran akan lebih sulit, karena guru bukan hanya
memikirkan cara penggunaan, pengelolaan, dan pengaturannya, tetapi bagaimana
mengadakan atau menciptakan alat yang tidak ada agar tidak menghambat proses
pembelajaran yang dilaksanakan, serta tidak mengurangi tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan sebelumnya. Namun dengan keadaan tersebut justru menjadi
tantangan bagi guru dalam menciptakan suasana pembelajaran yang diinginkan agar
materi yang di sampaikan dapat berjalan dengan lancar tanpa mengurangi tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Oleh karena itu sebelum mengajar
guru pendidikan jasmani harus mengetahui keberadaan sarana pembelajaran yang
ada di sekolah tempat ia mengajar, berapa jumlah sarana pembelajaran yang ada
dan bagaimana kondisi keadaannya. Ada beberapa faktor pemberdayaan sarana
pembelajaran yang akan peneliti bahas dalam penelitian ini, antara lain :
1.
Penggunaan atau pemanfaatan sarana pembelajaran
Penggunaan sarana pembelajaran harus disesuaikan dengan jenis dan fungsi
alat-alat atau sarana pembelajaran yang bersangkutan. Soebroto et.al (1978:3)
menjelaskan bahwa : “ pengadaan sarana dan prasarana olah raga yang sesuai
dengan penggunaannya, akan memberikan efektifitas dan efisiensi yang tinggi”.
Maksud dari pendapat tersebut adalah dengan penggunaan alat-alat olah raga yang
sesuai dengan fungsinya maka akan dapat menghasilkan pencapaian tujuan
pengajaran pendidikan jasmani yang maksimal. Hal seperti itu sangatlah penting
dilakukan oleh guru, karena menyangkut kelancaran proses pembelajaran.
Seperti halnya prasarana pembelajaran pendidikan jasmani, sarana
pembelajaran jasmani yang digunakan pada masing-masing cabang olah raga
memiliki ukuran yang standar, akan tetapi apabila cabang olah raga tersebut
dipakai sebagai materi pembelajaran pendidikan jasmani, sarana yang digunakan
bisa hasil kreatifitas guru dalam memberdayakan sarana yang sudah ada menjadi
lebih bermanfaat kegunaannya disesuaikan dengan kondisi sekolah dan
karekteristi siswa.
Dalam penggunaan atau pemanfaatan
sarana pembelajaran tidak harus menggunakan sarana yang lazim dipakai oleh guru
dalam proses pembelajarannya, itu sesuai dengan pendapat Lutan (1998:19),
menjelaskan : “tidak ada ketentuan bahwa alat yang digunakan harus alat yang
lazim dipakai dalam kegiatan olah raga yang sebenarnya. Terbuka kesempatan bagi
guru pendidikan jasmani untuk membuat sendiri sarana atau alat pembelajaran
sesuai dengan kebutuhan guna menyampaikan bahan pelajaran, kreatifitas
memanfaatkan sumber-sumber setempat merupakan kunci keberhasilan mengatasi
masalah tersebut”. Jadi jelaslah sudah bahwa penggunaan sarana pembelajaran
yang akan digunakan dalam proses pembelajaran tidak harus sarana yang baku , tetapi guru
pendidikan jasmani dapat menggunakan sarana-sarana pembelajaran yang ada dalam
proses pembelajaran tetapi disesuaikan dengan kebutuhan materi yang
disampaikan.
2.
Pengelolaan sarana pembelajaran
Pengelolaan sarana pembelajaran sangat penting dilakukan oleh semua guru
pendidikan jasmani. Guru sebelum melakukan proses pembelajaran merinci terlebih
dahulu sarana pembelajaran yang akan digunakan, dan sesudah selesai
pembelajaran guru harus kembali merinci peralatan yang telah digunakan, kalau
saja peralatan tadi ada yang rusak atau hilang dapat diketahui. Hal ini
sebagaimana diungkapkan oleh Supandi (1991:121) yaitu “ Aspek manajerial
perlengkapan dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani ialah distribusi
perlengkapan sebelum proses belajar mengajar dan pengumpulan perlengkapan
sesudah proses tersebut”.
Pendapat senada diutarakan
oleh Supandi (1991:122) yaitu : “hal lain dalam pengelolaan alat, kelengkapan
untuk proses belajar mengajar adalah pengumpulan alat-alat setelah
dipakai.Tanda prosedur yang ketat, kehilangan atau kerusakan alat sering
terjadi justru pada saat-saat selesai kegiatan proses belajar mengajar
khususnya alat perorangan”. Selain pengecekan kelengkapan sarana pembelajaran
sebelum maupun sesudah pembelajaran, sarana perlu juga pemeliharaan agar
kualitasnya tidak cepat hilang dikarenakan pemakaian dalam mendukung proses
pembelajaran.
Dari penjelasan diatas maka
jelaslah bahwa pengelolaan kelengkapan sarana pembelajaran di dalam pendidikan
jasmani sangatlah penting dalam menunjang proses pembelajaran pendidikan
jasmani, dan sarana pembelajaran itu harus disiapkan oleh guru baik sebelum
dimulai pelajaran atau sesudah berakhirnya pelajaran pendidikan jasmani.
3. Pengaturan sarana pembelajaran
Pengaturan sarana pembelajaran sangat fital fungsinya dalam proses
pembelajaran, dikarenakan semua guru pendidikan jasmani harus dapat mengatur
sarana pembelajaran sedemikian rupa agar proses pembelajaran yang akan
dilakukan dapat berjalan dengan baik. Dari mulai mengatur, menyusun, memasang,
dan merapikan sarana atau alat pembelajaran harus sepengetahuan guru pendidikan
jasmani. Dengan pengertian lain dapat dikatakan bahwa pengaturan perlengkapan
sarana pembelajaran pendidikan jasmani tergolong aspek yang sangat strategis
dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani. Hal ini sebagaimana yang
diungkapkan oleh Supandi (1991:121-122), beberapa prosedur pengaturan perlengkapan dalam proses belajar mengajar
pendidikan jasmani dikemukakan sebagai berikut :
a. Sendiri-sendiri
Siswa antri didepan tempat pemberian alat,
guru atau petugas gudang
membagikan alat-alat yang diperlukan itu kepada tiap-tiap siswa.
b. Sendiri-sendiri berdasarkan nomor
Sama dengan yang pertama kecuali setiap anak
diberi nomor tertentu yang sesuai dengan nomor alat.
c. Kelompok
Pembagian dan pengumpulan alat kelengkapan itu
dilaksanakan melalui ketua kelompok.
d. Dengan
tanda atau perjanjian
Guru meletakkan alat atau
kelengkapan pada suatu peti atau dus dan diletakkan di tengah ruang atau lapang
atau di mana saja yang mudah dicapai siswa. berdasarkan tanda tertentu siswa
pergi ke kotak alat tersebut dan mengambil alat yang ditentukan sebelumnya.
Dari penjelasan diatas
jelaslah bahwa guru harus mampu dalam hal pengaturan sarana pembelajaran pada
waktu kegiatan proses belajar mengajar berlangsung dan guru harus mampu
mengatur sarana pembelajaran yang akan digunakan oleh siswa.
Pengaturan sarana pembelajaran
untuk efektifitas pengajaran, Lutan (1998:18) menjelaskan :“Beberapa siasat yang dapat ditetapkan sebagai berikut : Pertama,
alat ditempatkan pada beberapa station. Kedua, latihan berkawan, salah seorang
bertugas untuk mengawasi temannya yang sedang berlatih berikut bergantian.
Ketiga, alat-alat disebar di sekeliling lapangan, semua alat ditempatkan pada
tempat yang memungkinkan guru dapat mengamati semua station latihan”.
Dengan demikian sarana pembelajaran
harus diatur dengan sebaik-baiknya agar siswa dapat menggunakan sarana
pembelajaran itu untuk belajar secara optimal dan sarana itu harus dapat di
tempatkan dengan aman dan dapat terkontrol oleh guru. Sehingga sarana
pembelajaran yang tersedia di sekolah dapat terpakai dalam waktu yang cukup
lama.
No comments:
Post a Comment