Sanitasi (sanitation) adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia.Secara umum, pengertian sanitasi adalah suatu upaya yang dilakukan oleh manusia untuk mewujudkan dan menjamin kondisi lingkungan (terutama lingkungan fisik, yaitu tanah, air, dan, udara) yang memenuhi syarat-syarat kesehatan.Sanitasi merupakan suatu kondisi yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat, terutama penyediaan air minum bersih dan pembuangan limbah yang memadai. Sanitasi bisa membantu mencegah timbulnya penyakit dengan cara pengendalian faktor lingkungan fisik yang berhubungan dengan rantai penularan penyakit.Atau bisa dikatakan bahwa sanitasi merupakan perilaku manusia yang disengaja untuk membudayakan kebiasaan hidup bersih dan sehat untuk mencegah manusia terkontaminasi langsung dengan bahan-bahan kotor dan berbahaya dengan harapan bisa menjaga dan memperbaiki tingkat kesehatan manusia.Sanitasi memiliki peranan yang penting.Sanitasi merupakan satu kesatuan yang penting dalam kehidupan. Tanpa sanitasi yang baik maka keadaan lingkungan akan menjadi kotor, kuantitas dan kualitas air akan menurun. pembahasan mengenai air tidak hanya membahas tentang air yang kita minum, melainkan juga mengenai bagaimana menjaga hutan apabila rusak sehingga menyebabkan berkurangnya sumber daya air.
Air
dan sanitasi adalah proses yang kita butuhkan untuk menjaga kelestarian
lingkungan, sehingga memberikan kita kehidupan dan kesehatan yang baik. Bicara
mengenai air jika kita tidak bisa menampung air dengan baik maka akan
kekurangan air ketika musim kemarau datang, namun sebaliknya bila tidak ada
tempat untuk menampung air yang baik akan terjadi banjir ketika musim hujan,
ujar Wakil Presiden Republik Indonesia, Jusuf Kalla dalam membuka acara Water,
Sanitation and Cities Forum 2015 di Jakarta, (27/5). Jusuf Kalla
menambahkan dana yang dimiliki oleh pemerintdah daerah agar dialihkan untuk
sarana dan prasarana sumber daya air, sanitasi dan fasilitas perkotaan untuk
memenuhi kebutuhan air dan sanitasi.
Ada
lima contoh sanitasi yang baik, yaitu: 1) berhenti buang air besar sembarangan
(BABS) dengan memperbaiki fasilitas jamban yang dibangun dengan benar sesuai
standar sehingga dapat memutus mata rantai penularan penyakit, 2) cuci tangan
pakai sabun sebelum makan, mengolah makanan, dan sesudah buang air dan memegang
unggas, dengan menyediakan sarana cuci tangan dengan air bersih yang mengalir
dan sabun, 3) pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga dengan menyediakan
pengolahan kualitas air dan menerapkan sistem higiene sanitasi pangan, 4)
pengelolaan sampah rumah tangga dengan prinsip mengurangi (reduce),
memakai ulang (reuse), dan mendaur ulang (recycle), dan
menyediakan sarana pembuangan sampah rumah tangga. Selain itu, perlu adanya
gerakan bersama, seperti gerakan pungut sampah seperti kota Bandung lakukan,
dan 5) pengelolaan limbah cair rumah tangga, meliputi pengelolaan limbah cair
yang berasal dari sisa kegiatan mencuci, kamar mandi, dan dapur dengan
menyediakan saluran pembuangan limbah cair rumah tangga yang terhubung dengan
saluran limbah umum/got atau sumur resapan dan memeliharanya, agar dapat
dikurangi kadar polutannya, sehingga memenuhi standar baku mutu lingkungan.
Sanitasi
diperlukan untuk mewujudkan lingkungan bersih dan sehat. Sanitasi yang buruk
akan berdampak pada status kesehatan masyarakat khususnya bagi bayi dan juga
anak-anak. Menurut Direktur Kesehatan Lingkungan Kementrian Kesehatan masih ada
sekitar 75 juta keluarga di Indonesia atau hanya sekitar 68,06 persen yang
memiliki sanitasi yang layak. Di DKI Jakarta, sebagai kota yang padat penduduk,
sanitasinya sudah cukup berkembang, namun masih ada sekitar 26,31 persen
keluarga yang belum mendapatkan sanitasi yang bersih.Masalah sanitasi merupakan
masalah klasik yang tak kunjung usai di Indonesia.Beberapa waktu lalu isu
kesehatan nasional tentang kondisi kelayakan sanitasi di Indonesia mengemuka
kembali.Menurut World Health Organisation (WHO), Indonesia menempati peringkat
ketiga negara yang memiliki sanitasi terburuk/tidak layak pada 2017, sementara
peringkat pertama ditempati India dan peringkat kedua Tiongkok.Ruang lingkup
sanitasi layak adalah tersedianya air bersih serta sarana dan pelayanan
pembuangan limbah kotoran manusia.Tentu saja ini bukan suatu prestasi yang
membanggakan mengingat sebenarnya program peningkatan sanitasi layak bagi
masyarakat Indonesia sudah dimulai sejak pencanangan Millennium
Development Goals (MDGs) pada 2000.Menurut Badan
Pusat Statistik (BPS), rumah tangga di Indonesia yang mempunyai sanitasi layak
pada 1999 hanya 32,56% (16,67 juta rumah tangga). Kondisi ini memang terus
mengalami perbaikan setelah pemerintah mencanangkan program peningkatan
kesehatan sebagai bagian dari MDGs.Pada 2015, saat MDGs berakhir,
rumah tangga bersanitasi layak bisa mencapai 62,14% (40,76 juta rumah tangga).
Meskipun sudah dianggap berhasil, bila dibandingkan negara-negara tetangga kita
masih sangat tertinggal jauh.Penyebaab
buruknya sanitasi adalah kurangnya kesadaran masyarakat dalam memahami dan
menjalankan hidup sehat.
Pemerintah
melanjutkan program peningkatan kesehatan sesuai dengan arah Sustainable
Development Goals (SDGs) yang merupakan lanjutan dari MDGs. Tujuan
SDGs yang keenam yang harus dipenuhi pemerintah adalah menjamin ketersediaan
dan pengelolaan air bersih dan sanitasi berkelanjutan untuk semua.Program
Indonesia Sehat merupakan salah satu ikhtiar pemerintah untuk mencapai tujuan
tersebut. Dalam rangka menuju Indonesia Sehat 2030 sesuai SDGs, pada 2016
pemerintah melalui Kementerian Kesehatan mencanangkan Program Gerakan
Masyarakat Hidup Bersih dan Sehat (Germas).Gerakan nasional tersebut bertujuan
memasyarakatkan budaya hidup sehat serta meninggalkan kebiasaan dan
perilaku yang kurang sehat.Program ini memiliki beberapa fokus seperti
membangun akses untuk memenuhi kebutuhan air minum, instalasi kesehatan
masyarakat, serta pembangunan sanitasi dan pemukiman yang layak huni.Ketiganya
merupakan infrastruktur dasar yang menjadi fondasi Germas.Gerakan nasional ini
dalam rangka penguatan pembangunan kesehatan yang mengedepankan upaya promotif
dan preventif tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif.Germas
melibatkan semua elemen bangsa demi membudayakan paradigma hidup sehat.Ada
setidaknya tujuh langkah Germas yang bisa dilakukan masyarakat dalam rangka
membiasakan pola hidup sehat.Langkah-langkah itu adalah melakukan aktivitas
fisik, mengonsumsi sayur dan buah, tidak merokok, tidak mengonsumsi alkohol,
memeriksa kesehatan secara rutin, membersihkan lingkungan, dan menggunakan
jamban.Langkah yang terakhir merupakan salah satu program perbaikan sanitasi
buruk Indonesia. Pada 2017, setahun setelah Germas dicanangkan, rumah tangga di
Indonesia yang mempunyai sanitasi layak meningkat menjadi 67,89% (45,60 juta
rumah tangga).
Pemerintah
seharusnya tidak cepat merasa puas dengan kenaikan perbaikan sanitasi tersebut
mengingat target SDGs pada 2030 Indonesia harus bisa mencapai 100% rumah
tangga bersanitasi layak. Untuk mencapai target tersebut, setidaknya pemerintah
harus meningkatkan perbaikan sanitasi rumah tangga yang tidak layak minimal
sebesar 2,47% per tahun.Kalau dilihat perkembangan perbaikan dari 2016,
pemerintah hanya mampu memperbaiki 0,09% per tahun rumah tangga
bersanitasi tidak layak. Melihat data-data tersebut, seharusnya pemerintah
berlari cepat mengejar ketertinggalan itu.Dari 35 provinsi di Indonesia,
tiga provinsi yang memiliki sanitasi terburuk adalah Provinsi Papua, Provinsi
Bengkulu, dan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Provinsi Papua sebagai provinsi
dengan sanitasi terburuk dengan jumlah rumah tangga bersanitasi layak hanya
33,06%, sedangkan Provinsi Bengkulu hanya 42,71%, dan Provinsi Nusa Tenggara
Timur hanya 45,31%.Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
BPS, di perkotaan rumah tangga bersanitasi layak sebanyak 80,67%, sedangkan di
perdesaan hanya 53,43% rumah tangga yang bersanitasi layak.Laju peningkatan
perbaikan sanitasi masyarakat perdesaan lebih lambat bila dibandingkan
perkotaan karena masih kurangnya pengetahuan masyarakat perdesaan tentang
pentingnya sanitasi yang bersih dan sehat serta akses fasilitas sanitasi yang
belum memadai.
No comments:
Post a Comment