Tuesday, January 25, 2022

Clean Water and Sanitation

 Sanitasi (sanitation) adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia.Secara umum, pengertian sanitasi adalah suatu upaya yang dilakukan oleh manusia untuk mewujudkan dan menjamin kondisi lingkungan (terutama lingkungan fisik, yaitu tanah, air, dan, udara) yang memenuhi syarat-syarat kesehatan.Sanitasi merupakan suatu kondisi yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat, terutama penyediaan air minum bersih dan pembuangan limbah yang memadai. Sanitasi bisa membantu mencegah timbulnya penyakit dengan cara pengendalian faktor lingkungan fisik yang berhubungan dengan rantai penularan penyakit.Atau bisa dikatakan bahwa sanitasi merupakan perilaku manusia yang disengaja untuk membudayakan kebiasaan hidup bersih dan sehat untuk mencegah manusia terkontaminasi langsung dengan bahan-bahan kotor dan berbahaya dengan harapan bisa menjaga dan memperbaiki tingkat kesehatan manusia.Sanitasi memiliki peranan yang penting.Sanitasi merupakan satu kesatuan yang penting dalam kehidupan. Tanpa sanitasi yang baik maka keadaan lingkungan akan menjadi kotor, kuantitas dan kualitas air akan menurun. pembahasan mengenai air tidak hanya membahas tentang air yang kita minum, melainkan juga mengenai bagaimana menjaga hutan apabila rusak sehingga menyebabkan berkurangnya sumber daya air.

Air dan sanitasi adalah proses yang kita butuhkan untuk menjaga kelestarian lingkungan, sehingga memberikan kita kehidupan dan kesehatan yang baik. Bicara mengenai air jika kita tidak bisa menampung air dengan baik maka akan kekurangan air ketika musim kemarau datang, namun sebaliknya bila tidak ada tempat untuk menampung air yang baik akan terjadi banjir ketika musim hujan, ujar Wakil Presiden Republik Indonesia, Jusuf Kalla dalam membuka acara Water, Sanitation and Cities Forum 2015 di Jakarta, (27/5). Jusuf Kalla menambahkan dana yang dimiliki oleh pemerintdah daerah agar dialihkan untuk sarana dan prasarana sumber daya air, sanitasi dan fasilitas perkotaan untuk memenuhi kebutuhan air dan sanitasi.

Ada lima contoh sanitasi yang baik, yaitu: 1) berhenti buang air besar sembarangan (BABS) dengan memperbaiki fasilitas jamban yang dibangun dengan benar sesuai standar sehingga dapat memutus mata rantai penularan penyakit, 2) cuci tangan pakai sabun sebelum makan, mengolah makanan, dan sesudah buang air dan memegang unggas, dengan menyediakan sarana cuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun, 3) pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga dengan menyediakan pengolahan kualitas air dan menerapkan sistem higiene sanitasi pangan, 4) pengelolaan sampah rumah tangga dengan prinsip mengurangi (reduce), memakai ulang (reuse), dan mendaur ulang (recycle), dan menyediakan sarana pembuangan sampah rumah tangga. Selain itu, perlu adanya gerakan bersama, seperti gerakan pungut sampah seperti kota Bandung lakukan, dan 5) pengelolaan limbah cair rumah tangga, meliputi pengelolaan limbah cair yang berasal dari sisa kegiatan mencuci, kamar mandi, dan dapur dengan menyediakan saluran pembuangan limbah cair rumah tangga yang terhubung dengan saluran limbah umum/got atau sumur resapan dan memeliharanya, agar dapat dikurangi kadar polutannya, sehingga memenuhi standar baku mutu lingkungan.

Sanitasi diperlukan untuk mewujudkan lingkungan bersih dan sehat. Sanitasi yang buruk akan berdampak pada status kesehatan masyarakat khususnya bagi bayi dan juga anak-anak. Menurut Direktur Kesehatan Lingkungan Kementrian Kesehatan masih ada sekitar 75 juta keluarga di Indonesia atau hanya sekitar 68,06 persen yang memiliki sanitasi yang layak. Di DKI Jakarta, sebagai kota yang padat penduduk, sanitasinya sudah cukup berkembang, namun masih ada sekitar 26,31 persen keluarga yang belum mendapatkan sanitasi yang bersih.Masalah sanitasi merupakan masalah klasik yang tak kunjung usai di Indonesia.Beberapa waktu lalu isu kesehatan nasional tentang kondisi kelayakan sanitasi di Indonesia mengemuka kembali.Menurut World Health Organisation (WHO), Indonesia menempati peringkat ketiga negara yang memiliki sanitasi terburuk/tidak layak pada 2017, sementara peringkat pertama ditempati India dan peringkat kedua Tiongkok.Ruang lingkup sanitasi layak adalah tersedianya air bersih serta sarana dan pelayanan pembuangan limbah kotoran manusia.Tentu saja ini bukan suatu prestasi yang membanggakan mengingat sebenarnya program peningkatan sanitasi layak bagi masyarakat Indonesia sudah dimulai sejak pencanangan Millennium Development Goals (MDGs) pada 2000.Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), rumah tangga di Indonesia yang mempunyai sanitasi layak pada 1999 hanya 32,56% (16,67 juta rumah tangga). Kondisi ini memang terus mengalami perbaikan setelah pemerintah mencanangkan program peningkatan kesehatan sebagai bagian dari MDGs.Pada 2015, saat MDGs berakhir, rumah tangga bersanitasi layak bisa mencapai 62,14% (40,76 juta rumah tangga). Meskipun sudah dianggap berhasil, bila dibandingkan negara-negara tetangga kita masih sangat tertinggal jauh.Penyebaab buruknya sanitasi adalah kurangnya kesadaran masyarakat dalam memahami dan menjalankan hidup sehat.

Pemerintah melanjutkan program peningkatan kesehatan sesuai dengan arah Sustainable Development Goals (SDGs) yang merupakan lanjutan dari MDGsTujuan SDGs yang keenam yang harus dipenuhi pemerintah adalah menjamin ketersediaan dan pengelolaan air bersih dan sanitasi berkelanjutan untuk semua.Program Indonesia Sehat merupakan salah satu ikhtiar pemerintah untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam rangka menuju Indonesia Sehat 2030 sesuai SDGs, pada 2016 pemerintah melalui Kementerian Kesehatan mencanangkan Program Gerakan Masyarakat Hidup Bersih dan Sehat (Germas).Gerakan nasional tersebut bertujuan memasyarakatkan budaya hidup sehat serta meninggalkan kebiasaan dan perilaku yang kurang sehat.Program ini memiliki beberapa fokus seperti membangun akses untuk memenuhi kebutuhan air minum, instalasi kesehatan masyarakat, serta pembangunan sanitasi dan pemukiman yang layak huni.Ketiganya merupakan infrastruktur dasar yang menjadi fondasi Germas.Gerakan nasional ini dalam rangka penguatan pembangunan kesehatan yang mengedepankan upaya promotif dan preventif tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif.Germas melibatkan semua elemen bangsa demi membudayakan paradigma hidup sehat.Ada setidaknya tujuh langkah Germas yang bisa dilakukan masyarakat dalam rangka membiasakan pola hidup sehat.Langkah-langkah itu adalah melakukan aktivitas fisik, mengonsumsi sayur dan buah, tidak merokok, tidak mengonsumsi alkohol, memeriksa kesehatan secara rutin, membersihkan lingkungan, dan menggunakan jamban.Langkah yang terakhir merupakan salah satu program perbaikan sanitasi buruk Indonesia. Pada 2017, setahun setelah Germas dicanangkan, rumah tangga di Indonesia yang mempunyai sanitasi layak meningkat menjadi 67,89% (45,60 juta rumah tangga).

Pemerintah seharusnya tidak cepat merasa puas dengan kenaikan perbaikan sanitasi tersebut mengingat target SDGs pada 2030 Indonesia harus bisa mencapai 100% rumah tangga bersanitasi layak. Untuk mencapai target tersebut, setidaknya pemerintah harus meningkatkan perbaikan sanitasi rumah tangga yang tidak layak minimal sebesar 2,47% per tahun.Kalau dilihat perkembangan perbaikan dari 2016, pemerintah hanya mampu memperbaiki 0,09% per tahun rumah tangga bersanitasi tidak layak. Melihat data-data tersebut, seharusnya pemerintah berlari cepat mengejar ketertinggalan itu.Dari 35 provinsi di Indonesia, tiga provinsi yang memiliki sanitasi terburuk adalah Provinsi Papua, Provinsi Bengkulu, dan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Provinsi Papua sebagai provinsi dengan sanitasi terburuk dengan jumlah rumah tangga bersanitasi layak hanya 33,06%, sedangkan Provinsi Bengkulu hanya 42,71%, dan Provinsi Nusa Tenggara Timur hanya 45,31%.Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS, di perkotaan rumah tangga bersanitasi layak sebanyak 80,67%, sedangkan di perdesaan hanya 53,43% rumah tangga yang bersanitasi layak.Laju peningkatan perbaikan sanitasi masyarakat perdesaan lebih lambat bila dibandingkan perkotaan karena masih kurangnya pengetahuan masyarakat perdesaan tentang pentingnya sanitasi yang bersih dan sehat serta akses fasilitas sanitasi yang belum memadai.

Solusi sebagai mahasiswa adalah dengan meningkatkan kesadaran dalam gaya hidup sehat, mengurangi sampah plastik, bergotong royong membersihkan selokan, mengurangi penggunaan detergen berlebih, selalu mencuci tangan, dan menggunakan air dengan baik untuk melakukan sanitasi terhadap lingkungan.

No comments:

Post a Comment

Mekanisme Kontraksi Otot

  Pada tingkat molekular kontraksi otot adalah serangkaian peristiwa fisiokimia antara filamen aktin dan myosin.Kontraksi otot terjadi per...

Blog Archive