Friday, August 31, 2018

Hubungan Antara Lingkup Perkembangan Anak Dan Tahapan Usia Perkembangan Anak Dengan Jenis Permainan ( Menyanyi Angka dan Teropong Kertas )

A.    Deskripsi Kecerdasan Majemuk ( Kecerdasan Visual-Spasial )
a.       Definisi Kecerdasan Visual-Spasial.
Kecerdsan visual-spasial atau kecerdasan gambar atau kecerdasan pandang-ruang didefinisikan sebagai kemampuan mempersepsi dunia visual-spasial secara akurat serta mentransformasikan persepsi visual-spasial tersebut dalam berbagai bentuk (Amstrong, 2003). Kemampuan berpikir visual-spasial merupakan kemampuan berpikir dalam bentuk visualisasi, gambar, dan bentuk tiga dimensi.
Definisi tersebut dapat diuraikan ke dalam tiga kata kunci yaitu :
1.      Mempersepsi yakni menangkap dan memahami sesuatu melalui panca indera.
2.      Visual-spasial yakni sesuatu yang terkait dengan kemampuan mata khususnya warna dan ruang.
3.      Mentransformasikan yakni mengalih bentukan hal yang ditangkap mata ke dalam wujud lain, misalnya melihat dan memcermati bunga matahari, merekam dan menginterpretasikan dalam pikiran lalu menuangkan rekaman dan interprestasi tersebut ke dalam bentuk lukisan, sket, kolase atau lukisan perca.
Jika kita melihat pemandangan, merekam dan mengolahnya dalam pikiran, lalu kita menuangkannya dalam sebuah kanvas dan cat minyak, berarti kita melakukan aktivitas kecerdasan visual-spasial. Demikian juga jika kita menuangkan imajinasi kita ke dalam bentuk denah, peta, desain arsitektur, lukisan, market atau dekorasi maka kita tengah bergelut dengan kecerdasan visual-spasial.
b.      Komponen Kecerdasan Visual-Spasial
Komponen inti dari kecerdasan visual-spasial adalah kepekaan pada garis, warna, bentuk, ruang, keseimbangan, bayangan, harmoni, pola dan hubungan antar unsur tersebut. Komponen lainnya adalah kemampuan membayangkan, mempresentasikan ide secara visual dan spasial, dan mengorientasikan diri secara tepat. Komponen inti dari kecerdasan visual-spsial benar-benar bertumpu pada ketajaman melihat dan ketelitian pengamatan ( Amstrong, 1999 ).
Sekarang kita camkan dalam memori kita, bahwa kecerdasan visual-spasial dibangun dari komponen-komponen yang telah disebutkan. Dengan demikian kita akan semakin paham, bahwa kemampuan melihat secara cermat dan teliti adalah kunci pertama dari kecerdasan ini. Kemampuan ini benar-benar seperti  “memotret “ suatu objek, baik  langsung maupun tidak langsung. Kecermatan dan ketelitian dalam melihat akan menghasilkan penguraian unsur garis, warna, bentuk utuh secara detil dan terperinci. Komponen lain terkait dengan kemampuan kita membayangkan potret tersebut dan menuangkannya dalam bentuk gambar, serta meletakan objek dari sudut pandang kita (depan, atas, belakang, berapa jaraknya dan seberapa besar).
c.       Sistem Nuerologis Kecerdasan Visual-Spasial.
Sebagaimana dikatakan Gardner (1993) bahwa semua kecerdasan dalam multiple intelligences memiliki lokasi khusus di otak manusia. Sistem neurologis kecerdasan visual-spasial terletak di hemisfer kanan bagian belakang atau di lobus oksipitalis.
Lobus oksipitalis kanan dan kiri menerima dan mengolah informasi visual (Dharma perwira-Prins, 2004). Lobus oksipitalis paling ujung belakang merupakan pusat penglihatan primer, meliputi ketajaman dan keluasan penglihatan. Selain itu, lobus oksipitalis juga berfungsi untuk :
1.      Mengenali bentuk.
2.      Mengenali posisi garis, derajat kemiringan garis.
3.      Kemampuan melihat warna.
4.      Mengidentifikasi posisi gerak suatu benda
5.      Menulis garis atau bentuk lain.
Korteks oksipitalis mengandung sel-sel yang peka terhadap warna, dan sel-sel lainnya, peka terhadap garis dengan kemiringan tertentu dan juga peka terhadap bentuk. Didekat sel peka warna, terdapat sel yang selektif terhadap gerakan terarah dan sel yang sensitif terhadap bentuk. Jadi, di dalam area visual tidak terbentuk gambar yang dilihat oleh mata, tetapi gambar yang terurai. Gambar yang terurai ini disatukan kembali dengan adanya hubungan timbal balik antar daerah sel. Semua rangsang visual tentang bentuk, warna, gerakan dan latar belakang diolah diotak di dekat telinga (temporalis) dan otak bagian depan (frontalis) (Markam & Markam, 2003).
Selain area oksipitalis, daerah visual-spasial juga terdapat pada lobus parietalis kanan. Lobus ini berfungsi dalam membayangkan keadaan ruangan ditinjau dari semua sudut. Kemampuan ini baru dicapai pada usia 10 tahun. Bagian ini juga berfungsi mengarahkan gerakan untuk menempatkan benda atau bagian benda dalam gambar atau bangunan sesuai intruksi. Oleh karena itu, otak kanan parietalis sering dikenal sebagai otak visual-spasial nonbahasa (Markam & Markam, 2003).
d.      Indikator Kecerdasan Visual-Spasial
Kecerdasan visual-spasial muncul pada masa kanak-kanak. Tentu kita sering melihat anak usia dua tahun mencoret-coret tembok, kertas atau apa pun. Pada saat itulah anak-anak mulai memunculkan kecenderungan kecerdasan visual-spasial.
Kemampuan berpikir topologis, yakni kemampuan berpikir yang bersifat mengurai bagian-bagian dari suatu objek, pada awal masa kanak-kanak memungkinkan mereka menguasai kerangka pikir euclidien pada usia 9-10 tahun. Dengan demikian, apabila mendapatkan cukup dorongan untuk melakukan pengamatan terhadap objek dan mengeksplorasi unsur dari suatu objek, anak-anak akan menguasai kemampuan pandang-ruang secara baik, bahwa setiap bentuk memiliki komponen.
Kecerdasan visual-spasial memiliki indikator sebagai berikut :
1.      Individu yang cerdas secara visual-spasial (lebih) mudah membaca peta, gambar, grafik dan diagram. Mereka mudah dan menangkap informasi melalui bahan-bahan, peta pikiran dan gambar-gambar yang menyatakan hubungan satu konsep dengan konsep yang lain.
2.      Individu yang cerdas secara visual-spasial menonjol dalam seni lukis dan seni kriya. Mereka cepat menangkap karakteristik objek dan memiliki kemampuan alami untuk menuangkannya dalam bentuk gambar, bentuk tiga dimensi dan seni kerajinan.
3.      Individu yang cerdas secara visual-spasial mampu memberikan gambaran visual yang jelas ketika sedang memikirkan sesuatu. Mereka sangat imajinatif, mampu membayangkan sesuatu dengan detil bentuk, warna dan komposisinya.
4.      Individu yang cerdas secara visual-spasial mampu nenggambar sosok orang atau benda menyerupai aslinya. Mereka sangat peka terhadap bentuk, unsur bentuk, ukuran, komposisi, warna dan detil lainya. Mereka mampu merekam dengan akurat apa yang dilihat dan dibayangkan.
5.      Individu yang cerdas secara visual-spasial senang melihat film, slide, gambar atau foto. Mereka tertarik dengan objek pandang dan ruang dalam berbagai bentuk dan cepat menyerap informasi maupun ciri yang melekat pada objek tersebut.
6.      Individu yang cerdas secara visual-spasial menikmati permainan yang membutuhkan ketajamam visual-spasial, seperti maze. Mereka menyukai penelusuran yang melibatkan kemampuan melihat, mendeteksi bentuk dan alur, serta konstruksi sesuatu.
7.      Individu yang cerdas secara visual-spasial sering melamun. Membayangkan sesuatu dan mengembangkan imajinasi mereka. Memori mereka terhadap peristiwa, citraan gerak, detil objek relatif akurat. Mereka memiliki kemampuan untuk menghadirkan kembali berbagai memori visual-spasial tersebut dalam bentuk lamunan dan fantasi, serta mengolahnya dalam bentuk imajinasi.
8.      Individu yang cerdas secara visual-spasial senang membuat konstruksi tiga dimensi dari unsur, seperti lego, bricks, bombiq, dan balok. Mereka memiliki kemampuan mengurai unsur dari benda, dan meletakan kembali unsur-unsur tersebut pada tempatnya. Mereka juga memiliki kepekaan terhadap komponen konstruksi dan mampu menganalisis setiap bagian dari konstruksi tersebut.
9.      Individu yang cerdas secara visual-spasial senang mencoret-coret di kertas atau di  buku. Mereka memanfaatkan komponen garis, bentuk-bentuk geometri atau bentuk yang lain untuk mengekspresikan emosi, mengisi kejenuhan dan mencari ilham.
10.  Individu yang cerdas secara visual-spasial lebih memahami informasi visual daripada dengan kata-kata. Mereka belajar dengan melihat dan mengamati benda, bentuk, warna dan detil.
11.  Individu yang cerdas secara visual-spasial mampu merasakan dan menangkap pola-pola yang lembut maupun rumit (Campbell, dkk 1996)
e.       Indikator Kecerdasan Visual-Spasial Anak Usia Dini.
Anak yang cerdas visual-spasial sangat peka tatanan dan peka terhadap perubahan tatanan itu dan akan memberi reaksi. Mereka suka mengerjakan maze, dan permainan lain yang memerlukan ketajaman melihat, Anak-anak yang sering memanfaatkan waktu mereka untuk menggambar, merancang sesuatu, membangun balok-balok, lego atau melamun (Amstrong, 2002).
Pada anak-anak usia 2-6 tahun, kecerdasan visual-spasial terdeteksi melaluai indikator berikut :
1.      Anak menonjol dalam kemampuan menggambar, mampu menunjukan detil unsur dari pada anak-anak sebayanya. Garis-garis pada pakaian, ciri khusus pada kaos superman, misalnya muncul dalam gambar yang mereka buat dan hal  ini tidak muncul pada anak-anak sebayanya (usia KB dan TK ).
2.      Anak memiliki kepekaan terhadap warna, cepat mengenali warna dan mampu memadukan warna dengan lebih baik dari pada anak-anak sebayanya. Ketika mengamati gambar, anak mampu melihat unsur yang kecil, warna yang ada pada gambar dan objek (usia 2-6 tahun).
3.      Anak suka menjelajah lokasi disekitarnya dan memperhatikan tata letak benda-benda disekitarnya, serta cepat menghafal letak benda-benda. Mereka bersepeda hingga keluar lokasi KB atau TK, mereka tidak takut bermain dengan anak-anak yang lebih besar dan diajak menjelajah dusun bahkan desa lain (usia KB dan TK )
4.      Anak menyukai balok atau benda lain untuk membuat suatu bangun benda, seperti mobil, rumah, perawat atau apapun yang diinginkan anak. Begitu melihat bangun geometri (dua maupun tiga dimensi), anak tertarik untuk segera membuat konstruksi (usia KB dan TK).
5.      Anak suka melihat-lihat dan memperhatikan buku yang berilustrasi atau buku-buku penuh gambar. Majalah-majalah yang memuat berbagai gambar penuh warna dilihat beberapa kali (usia 2-6 tahun).
6.      Anak suka mewarnai berbagai gambar yang ada di buku, menebalkan garisnya, dan menirunya. Anak juga mencoret-coret benda, seperti dinding, almari, meja, kursi dengan spidol, pastel atau pinsil warna- warni (usai 2-6 tahun).
7.      Anak menikmati bermain kolase dari berbagai unsur (usia TK), membuat benda dari playdough, malam (lilin) atau sejenisnya (usia KB dan TK).
8.      Anak memperhatikan berbagai jenis grafik, peta dan diagram, serta menanyakan nama dan maksud bentuk-bentuk informasi tersebut sementara anak sebayanya kurang antusias. Pada saat bermain grafik, anak dengan kecerdasan visual-spasial tampak lebih antusias dan sepat memahami informasi yang dimaksudkan pendidik (usia KB dan TK).
9.      Anak menikmati foto-foto di album dan cepat mengenali orang-orang atau benda-benda di foto, tertarik dengan kamera dan ingin menggunakannya, serta dapat mengarahkan kamera pada objek yang dikehendakinya (usia KB dan TK).
10.  Anak banyak bercerita tentang mimpinya dan dapat menunjukan detail mimpi dari pada sebayanya (usia KB dan TK).
11.  Anak tertarik pada profesi yang terkait dengan penggunaan kecerdasan visual-spasial serta optimal seperti pelukis (anak-anak menyebutnya sebagai tukang gambar), fotografer (tukang foto), arsitek (anak menyebutnya tukang gambar rumah), perancang busana (anak menyebutnya tukang baju), pilot (penjelajah ruang angkasa), atau karir lain yang berorientasi visual-spasial (usia KB dan TK).
12.  Anak dapat merasakan pola-pola sederhana dan mampu menilai pola mana yang lebih bagus dari pola lainnya. Anak juga dapat menggunakan informasi komposisi warna pada pola, sepeti kain. Pada saat memilih baju, anak menunjukan perhatian terhadap warna dan model (usia TK).
Kecerdasan tersebut menunujukan bahwa kecerdasan visual-spasial telah muncul pada usia 2-3 tahun. Kecerdasan ini meliputi kepekaan terhadap warna, menikmati gambar, membuat coretan, menikmati foto-foto. Pada anak usia KB, hampir semua indikator telah muncul, kecuali kesadaran akan pola dan detil mimpi. Anak usia TK telah memiliki semua indikator kecerdasan visual-spasial dalam berbagai kadar pencapaian.

B. Contoh Jenis Permainan Yang Dapat Mengembangkan Kecerdasan Majemuk (Kecerdasan Visual ) Untuk Usia 4-5 Tahun
1.      Judul permainan : Teropong Kertas.
2.      Alat dan bahan permainan ( media ) : Kertas karton berwarna merah, kuning, biru, ukuran 30 cm x 40 cm, lem fox.
3.      Tujuan permainan :
a.       Memfokuskan pandangan anak pada satu objek.
b.      Merangsang kemampuan mengamati fitur-fitur (elemen ciri) dari objek tersebut.
c.       Menemukan objek-objek yang menarik dan mengelaborasi detil secara kolaboratif dengan anak.
d.      Memberikan kesempatan mencari dan menemukan objek diluar ruangan.
4.      Cara bermain :
a.       Ajari anak menggulung kertas sehingga membentuk teropong. Lem atau rekatkan sisi atas dan bawah sehingga tidak lepas, (besar kecil teropong terserah anak atau beri masukan apabila mereka meminta).
b.      Ajak anak menggunakan “teropong” tersebut untuk mengamati benda tertentu, (ingat teropong pura-pura ini tidak dimaksudkan untuk memperjelas benda yang jauh, tetapi untuk memfokuskan pandangan anak ).
c.       Dampingi anak untuk menceritakan hasil pengamatannya, seperti warna, bentuk, motif dan unsur lainnya.




Gambar mangga











d.      Catat seberapa teliti anak mengamati, lakukan elisitas apabila perlu (pertanyaan untuk memancing pemikiran dan pernyataan anak), seperti berapa jumlah mangganya ? sudah matang atau masih mentah ?
e.       Bantu anak jika mereka mengalami kesulitan. Ikuti saja jika anak yang justru balik bertanya pada anak, seperti ! mangga apa ? “ anak tak tertawa dan justru bertanya lagi, “kok manalagi, Bu? “
“iya begitu kamu makan, kamu akan minta lagi………” manalagi ? “, gitu. Maka namanya, “ mangga manalagi “.
5.      Manfaat permainan :
a.       Memberikan pengalaman yang konkrit yang menyenangkan.
b.      Merangsang fungsi panca indera anak ( mata )
c.       Mengacu kreativitas anak
d.      Merangsang anak untuk bereksplorasi dan bereksperimen dalam mengembangkan berbagai aspek perkembangan.









C. Hubungan Antara Lingkup Perkembangan Anak Dan Tahapan Usia Perkembangan Anak Dengan Jenis Permainan ( Menyanyi Angka dan Teropong Kertas )
Melalui permainan“ Menyanyi Angka “ dan permainan “ Teropong Kertas “ pada usia 4-5 Tahun dapat mengembangkan berbagai potensi anak. Misalnya, dapat memperkaya perbendaharaan bahasa anak, melatih kemampuan berkomunikasi, mengenal (konsep, bentuk, warna, ukuran dan jumlah), merangsang imajinasi, menjadikan wahana yang menyenangkan bagi anak, melatih anak untuk belajar mengendalikan diri sendiri dan mengenal berbagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.






No comments:

Post a Comment

Mekanisme Kontraksi Otot

  Pada tingkat molekular kontraksi otot adalah serangkaian peristiwa fisiokimia antara filamen aktin dan myosin.Kontraksi otot terjadi per...

Blog Archive