Monday, January 14, 2019

IKLIM ORGANISASI


Istilah iklim organisasi (organizational climate) pertama kalinya dipakai oleh Kurt Lewin pada tahun 1930-an, yang menggunakan istilah iklim psikologi (psychological climate). Kemudian istilah iklim organisasi dipakai oleh R. Tagiuri dan G. Litwin. Tagiuri mengemukakan sejumlah istilah untuk melukiskan perilaku dalam hubungan dengan latar atau tempat (setting) di mana perilaku muncul: lingkungan (environment), lingkungan pergaulan (milieu), budaya (culture), suasana (atmosphere), situasi (situasion), pola lapangan (field setting), pola perilaku (behaviour setting), dan kondisi (conditions) (Robert Stringer dalam Wirawan, 2007).
Definisi mengenai iklim organisasi telah dikemukakan oleh para penulis. Berikut ini akan dikemukakan sebagaian definisi tersebut. R. Tagiuri dan G. Litwin (Wirawan, 2007:121) mendefinisikan iklim organisasi sebagai:
A relativity enduring quality of the internal environment of an organization that (a). Is experienced by its members, b. Influence their behaviour, and can be described in terms of the values of a prticular set of characteristics (or attributes) of the organizations. (Iklim organisasi merupakan kualitas lingkungan internal organisasi yang secara relatif terus berlangsung; dialami oleh anggota organisasi; memengaruhi perilaku mereka dan dapat dilukiskan dalam pengertian satu set karakteristik atau sifat organisasi).

Litwin dan R.A Stringer (Wirawan, 2007:122) mendefinisikan iklim organisasi sebagai:
A concept describibing the subjective nature or quality of the organizational environment. Its properties can be perceived or experienced by members of the organization and reported by them in an appropriate questionnaire. (Suatu konsep yang melukiskan sifat subjektif atau kualitas lingkungan organisasi. Unsur-unsurnya dapat dipersepsikan dan dialami oleh anggota organisasi dan dilaporkan melalui kuisioner yang tepat).

Robert O. Gowen (Wirawan, 2007:122) dalam bukunya berjudul Organizational Behaviour in Education mendefinisikan iklim organisasi sebagai “...study of perception that individuals have a various aspects of the environment in organization”, sedangkan buku ini mendefinisikan iklim organisasi sebagai studi persepsi individu mengenai berbagai aspek lingkungan organisasinya.
Robert Stringer (Wirawan, 2007:123) dalam bukunya berjudul Leadership and Organizational Climate mendefinisikan iklim organisasi sebagai “..collection and pattern of environmental determinant of aroused motivation”, sedangkan buku ini mendefinisikan iklim organisasi sebagai koleksi dan pola lingkungan yang menentukan munculnya motivasi.
Setiap lingkungan keluarga, institusi pendidikan, perusahaan dan departemen-departemen kerja mempunyai iklim sendiri-sendiri. Menurut Hepner (1973) pembentuk iklim organisasi adalah manusia, dan bukan bangunan, perabot, peralatan, maupun hasil produksi. James dan Jenoe dalam Karyanto (1995) mengemukakan tiga pandangan tentang iklim organisasi, yaitu :
a.         Iklim organisasi sebagai sekumpulan ciri organisasi yang dapat diterangkan dengan obyektivitas yang masuk akal. Ciri-ciri ini membedakan organisasi tersebut dengan organisasi lainnya yang secara relatif bertahan dan mempengaruhi perilaku individu dalam organisasi tersebut.
b.        Iklim sebagai konsep yang merefleksikan isi dan kelebihan dari nilai-nilai, norma, perilaku dan perasaan para anggota dan sebuah sistem sosial yang secara operasional dapat diukur melalui persepsi dari anggota-anggota sistem.
c.         Iklim organisasi itu mempunyai sesuatu yang signifikan hanya pada setiap individu. Karena individu tersebut itulah yang terlibat atau tidak terlibat dalam keputusan-keputusan, mengalami atau tidak komunikasi yang efektif dan hangat, mempunyai atau tidak otonomi, dan sebagainya.

Tahiuni dalam Delp (1977) menyimpulkan bahwa iklim organisasi adalah kualiatas relatif dari lingkungan internal suatu organisasi, yang dialami dan mempengaruhi perilaku anggotanya, dan dapat digambarkan dalam suatu perangkat karakteristik.
Iklim organisasi melukiskan lingkungan internal organisasi dan berakar pada budaya organisasi. Budaya organisasi menekankan diri pada asumsi-asumsi tidak diucapkan yang mendasari organisasi, sedangkan iklim organisasi berfokus pada persepsi-persepsi yang masuk akal atau dapat dinilai, terutama yang memunculkan motivasi, sehungga mempunyai pengaruh langsung terhadap kinerja anggota organisasi.
Membahas tentang iklim organisasi, kita sebenamya sedang membahas sifat-sifat atau ciri yang dirasa dalam lingkungan kerja dan timbul terutama karena kegiatan organisasi yang dilakukan secara sadar atau tidak, dan yang dianggap mempengaruhi tingkah laku kemudian. Dengan kata lain, iklim dapat dipandang sebagai "kepribadian" organisasi seperti yang dilihat oleh para anggotanya.
Seperti iklim dalam klimatologi, iklim organisasi relatif tetap, tetapi dalam setiap iklim dapat terjadi perubahan musim dan cuaca. Di daerah beriklim tropis, misalnya, ada musim hujan dan musim kemarau. Di setiap musim, cuacanya juga dapat berganti-ganti. Iklim di suatu daerah terjadi karena ada faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya iklim yaitu faktor-faktor di luar bumi (lingkungan eksternal) dan faktor-faktor yang ada di bumi (lingkungan internal). Faktor-faktor eksternal bumi yang memengaruhi iklim antara lain matahari, bulan, dan planet lainnya. Sedangkan faktor-faktor internal antara lain daratan, gunung, gurun, lautan, sungai, danau, dan hutan.
Begitu pula, iklim organisasi juga ditentukan oleh lingkungan internal dan eksternal seperti digambarkan melalui gambar 2.1.
Gambar  2.1 Sumber Iklim Organisasi
 









Lingkungan internal organisasi antara lain keadaan lingkungan fisik tempat kerja, keadaan lingkungan sosial, sistem manajemen organisasi, kondisi fisik dan kejiwaan anggota organisasi, serta budaya organisasi. Sedangkan yang termasuk lingkungan eksternal antara lain perkembangan jenis industri, pengaturan industri oleh pemerintah, kehidupan ekonomi makro, dan kompetisi dengan pesaing.
Robert Stringer (Wirawan, 2007:135) mengemukakan bahwa terdapat lima faktor yang menyebabkan terjadinya iklim suatu organisasi, yaitu lingkungan eksternal, strategi, praktik kepemimpinan, pengaturan organisasi, dan sejarah organisasi (Gambar 2.2). Masing-masing faktor ini sangat menentukan, oleh karena itu orang yang ingin mengubah iklim suatu organisasi harus mengevaluasi masing-masing faktor tersebut.
Gambar 2.2 Faktor-faktor penyebab iklim organisasi
1.             Lingkungan eksternal. Industri atau bisnis yang sama mempunyai iklim organisasi yang sama. Misalnya, iklim organisasi umum perusahaan asuransi umumnya sama. Demikian juga iklim organisasi pemerintah, sekolah dasar, atau perusahaan angkutan di Indonesia, mempunyai iklim umum yang sama. Kesamaan faktor umum tersebut disebabkan pengaruh lingkungan eksternal organisasi.
Walaupun lingkungan eksternal memengaruhi keenam dimensi iklim organisasi, menurut Stringer terdapat pengaruh langsung yang paling banyak terhadap tiga dimensi: struktur, tanggung jawab, dan komitmen. Ketiga dimensi lainnya: standar, pengakuan, dan dukungan lebih terpengaruh oleh faktor-faktor internal penentu iklim organisasi.
2.             Strategi organisasi. Kinerja atau suatu perusahaan bergantung pada strategi (apa yang diupayakan untuk dilakukan), energi yang dimiliki oleh karyawan untuk melaksanakan pekerjaan yang diperlukan oleh strategi (motivasi), dan faktor-faktor lingkungan penentu dari level energi tersebut. Strategi yang berbeda menimbulkan pola iklim organisasi yang berbeda. Strategi memengaruhi iklim organisasi secara tidak langsung.
Dalam kasus tertentu, strategi dapat mempunyai pengaruh langsung terhadap iklim organisasi. Strategi menentukan apa yang penting bagi organisasi, hasil apa yeng mempunyai nilai, dan perilaku-perilaku apa yang paling mungkin mencapai tujuan eksplisit dari strategi.
3.             Pengaturan organisasi. Pengaturan organisasi mempunyai pengaruh paling kuat terhadap iklim organisasi.
4.             Kekuatan sejarah.  Semakin tua umur suatu organisasi semakin kuat pengaruh kekuatan sejarahnya. Pengaruh tersebut dalam bentuk tradisi dan ingatan yang membentuk harapan anggota organisasi dan mempunyai pengaruhterhadap iklim organisasinya. Menurut Stringer (Wirawan, 2007:137-138), terdapat lima aspek sejarah dan budaya suatu organisasi:
a.         Nilai-nilai sejarah,
b.         Kepercayaan,
c.         Mite,.
d.        Tradisi, dan
e.         Norma

Nilai-nilai sejarah, yaitu cara karyawan mengakses sifat, aktivitas, atau perilaku tertentu sebagai baik atau buruk dan produktif atau pemborosan. Kepercayaan, yaitu pengertian karyawan mengenai cara organisasi bekerja dan kemungkinan konsekuensi atas tindakan yang mereka lakukan. Mite, yaitu bahwa cerita atau legenda yang terus berlangsung mengenai organisasi dan para pemimpinnya mampu memperkuat nilai-nilai inti dan kepercayaan. Tradisi, yaitu kejadian-kejadian penting yang berulang dalam suatu organisasi yang memperkuat dan mengabdikan nilai-nilai budaya. Norma., yaitu peraturan-peraturan informal yang ada dalam suatu organisasi mengenai pakaian, kebiasaan kerja, jam kerja, dan perilaku interpersonal.
Dimensi iklim organisasi yang dipengaruhi kekuatan sejarah adalah: standar, tanggung jawab, dukungan, dan komitmen.
5.             Kepemimpinan. Perilaku pemimpin memengaruhi iklim organisasi yang kemudian mendorong motivasi karyawan. Motivasi karyawan merupakan pendorong utama terjadinya kinerja. Stringer dalam Wirawan (2007:138) mengemukakan hubungan kepemimpinan dengan iklim organisasi, motivasi, dan kinerja dalam gambar 2.3.
Gambar 2.3 Hubungan antara kepemimpinan, motivasi, dan kinerja
Praktik kepemimpinan atasan setiap hari merupakan memengaruhi iklim organisasi. Menurut Stringer (Wirawan, 2007:138-139), terdapat tiga alasan mengapa kepemimpinan sangat berpengaruh terhadap iklim organisasi.
a.         Kepemimpinan merembes ke semua unit dan aktivitas organisasi. Faktor-faktor penentu iklim organisasi lainnya seperti pengaturan organisasi dan strategi dikomunikasikan kepada anggota organisasi melalui kata-kata dan tindakan manajer atau pemimpin kelompok kerja yang diekspresikan sebagai kepemimpinan.
b.        Penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan mempunyai pengaruh paling besar terhadap iklim organisasi.
c.         Kepemimpinan merupakan faktor penentu iklim organisasi yang paling mudah dirubah, jadi perubahan dalam iklim organisasi dan dari sini kinerja dapat dicapai melalui perubahan kepemimpinan.


No comments:

Post a Comment

Mekanisme Kontraksi Otot

  Pada tingkat molekular kontraksi otot adalah serangkaian peristiwa fisiokimia antara filamen aktin dan myosin.Kontraksi otot terjadi per...

Blog Archive