Sampel
merupakan bagian dari keseluruhan obyek (populasi) yang diambil sebagai obyek
penelitian. Persoalan perancangan sampel dianggap sangat penting, tidak hanya
terkait dengan kredibiltas dan mutu penelitian itu sendiri tetapi juga terkait
dengan berapa banyak biaya penelitian yang harus dibayar. Oleh karena itu,
kepandaian dan pengalaman seseorang peneliti dalam menggabungkan berbagai
kepentingan yang berbeda sangat menentukan keberhasilan perancangan sampel.
A. Mengapa
Dalam Penelitian digunakan Sampel ?
Rumusan pertanyaan ini muncul
mengingat pembaca hasil penelitian akan mempertanyakan apakah dengan
digunakannya sampel dapat dikatakan telah dapat mewakili seluruh populasi.
Padahal sampel hanya sebagian kecil dari keseluruhan populasi. Kalaupun seluruh
populasi ditetapkan sebagai responden, maka teknik yang digunakan adalah
sensus. Dengan teknik sensus akan membutuhkan biaya yang mahal, tenaga pencacah
yang banyak. Serta waktu penyelenggaraan sensus yang cukup lama. Sifat sensus
yang seperti di atas tidak luwes dan tidak praktis untuk pengambilan keputusan
yang bersifat terbatas.
Sampael yang baik harus mengandung
dua kriteria yaitu kecermatan (accuracy) dan ketepatan (precision). Kedua
kriteria ini sangat penting sebagai pertimbangan pengambilan sampel agar dapat
mewakili keseluruhan populasi yang ada. Unsur kecermatan dalam pengambilan
sampel dimaksudkan bahwa sampel yang diambil tidak akan bias. Maksudnya sampel
tidak akan memberikan reaksi yang terlalu berlebih atau kurang. Jadi sampel
bisa mewakili populasi secara wajar. Kriteria ketepatan mengandung arti sampel
yang diambil dapat mewakili dengan wajar keseluruhan populasi tersebut. Agar
sampel dapat mewakili seluruh populasi, maka peneliti tidak akan sembarangan
dalam mengambil sampel.
Ada beberapa teknik pengambilan
sampel yang dapat digunakan sesuai dengan strategi penelitian yang akan
dilakukan. Dengan mempertimbangkan tujuan dan dana yang tersedia, peneliti
dapat memilih satu diantaranya sesuai dengan kebutuhannya masing-masing,
William Emory menyusun klasifikasi jenis-jenis sampel dalam tabel berikut :
Tabel
Klasifikasi Jenis-jenis sampel
Element
Selections
|
Representation
Basis
|
|
Probability
|
Non
Probability
|
|
Tidak dibatasi
(Unrestricted)
|
Simpel
random
|
Convenience
|
Dibatasi
(Restricted)
|
Complex
Random
-
systematic
-
cluster
-
stratified
-
double
|
Purposiv
-
expert choice
-
quota
|
Emory menyusun klasifikasi sampel berdasarkan dua pertimbangan, yaitu (a)
elemen penyeleksi (element selection) dan (b) basis keterwakilan
(representation basis). Berdasar elemen seleksi, responden dipilih dengan
mempertimbangkan apakah seluruh populasi mempunyai peran yang sama. Dengan
demkian setiap anggota populasi tidak akan ditolak untuk menjadi responden.
Basis keterwakilan menunjukkan bahwa setiap sampel harus dipertimbangkan apakah
responden dapat mewakili populasi mengingat adanya faktor-faktor yang dapat
menjadi penghambat peran masing-masing anggota populasi. Dengan
mempertimbangkan perannya masing-masing, melalui suatu proses seleksi, setiap
anggota populasi dapat menjadi sampel.
Ditinjau dari basis keterwakilannya,
setiap anggota populasi dapat mempunyai kesempatan yang sama menjadi rsponden.
Meskipun melalui proses seleksi kemukinannya sama, namun peneliti dapat pula
memilih responden dengan tidak perlu mempertimbangkan probabilitasnya. Cara
pengambilan sampel seperti ini disebut non probability.
Arti Probability sampling adalah
teknik pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama pada setiap
elemen populasi untuk dipilih sebagai sampel. Teknik ini berdasarkan konsep
seleksi secara acak (random selection) yang pada dasarnya setiap elemen
populasi dapat mempunyai kesempatan yang sama untuk mnjadi sampel. Hal ini akan
berbeda dengan nonprobability sampling yang tidak memberikan kesempatan yang
sama pada setiap populasi untuk menjadi sampel. Dengan demikian dalam
nonprobability sampling, menggunakan cara yang berbeda.
Penentuan desain sampel dalam suatu
penelitian bisnis memerlukan banyak pertimbangan. Seorang peneliti perlu
memperhatikan enam langkah berikut ini :
- Apakah sampel relevan dengan populasinya ?
- Tipe sampel apakah yang akan diambil ?
- Apakah akan menggunakan kerangka pengambilan sampel
?
- Apakah yang menjadi parameter pihak-pihak yang
berkepentingan ?
- Berapa sampel yang akan diambil ?
- Berapa biaya yanga akan dikeluarkan ?
Ke enam langkah di atas menunjukkan bahwa sampel yang diambil harus dapat
memenuhi tujuan penelitian yang akan dicapai. Ini berarti sampel harus
benar-benar memenuhi ukuran kelayakan yang berarti sampel harus cukup
kompeten. Arti cukup, berarti jumlahnya memadai untuk dianalisis, sedangkan
arti kata kompeten berarti dapat diyakini kredibilitasnya. Dengan dua
pertimbangan tersebut diharapkan suatu sampel benar-benar mewakili responden
dan kualitas jawabannya memadai.
- Apakah sampel relevan dengan populasinya ? Dalam
penelitian sosial, si peneliti dihadapkan pada sekelompok orang dengan
perannya masing-masing. Sebagai contoh penelitian dengan situasi dan
lokasi di kampus, seorang peneliti dihadapkan pada bermacam-macam peran
sebagai anggota populasi seperti mahasiswa, dosen, pedagang lesehan dan
lain-lain. Jika fokus penelitian tentang mahasiswa, maka peran yang
lainnya tidak relevan dalam penelitian ini. Dengan demikian relevansi
sampel dalam suatu penelitian tergantung obyek penelitiannya.
- Tipe sampel apakah yang akan diambil ? Hal
ini berkaitan dengan metode apa yang harus digunakan dalam menentukan
sampel. Setiap peneliti akan menemukan permasalahan jenis sampel macam apa
yang sesuai dengan kebutuhan penelitiannya.
- Apakah akan menggunakan kerangka pengambilan
sampel ? Peneliti tidak hanya menggunakan daftar populasi begitu saja
sebagai dasar perumusan pengambilan sampel. Stratifikasi yang ada dalam
setiap masyarakat menjadikan keharusan penggunaan kerangka pengambilan
sampel, dengan maksud agar sampel dapat benar-benar mewakili populasi yang
ada.
- Apakah yang menjadi parameter pihak-pihak yang
berkepentingan ? Dalam menentukan bentuk sampel, peneliti harus
memperhatikan kepentingan khusus yang menjadi parameter populasi.
- Berapa sampel yang akan diambil ? Jumlah
sampel yang akan diambil dalam suatu penelitian merupakan persoalan yang
sangat penting dalam suatu penelitian.Berapa ukuran yang pantas besarnya
sampel penelitian, ternyata tidak ada kesepakatan mengenai jumlah absolut
maupun dalam persentase.
- Berapa biaya yang akan dikeluarkan ?
Besarnya biaya penelitian dapat menjadi kendala suatu obyek penelitian.
Oleh karena itu, dalam merencanakan sampel, peneliti juga memperhatikan
aspek anggaran yang disediakan. Pemilik proyek penelitian pada umumnya
tidak bersedia mengeluarkan dana bagi suatu penelitian yang membutuhkan
dana sangat besar, namun hasil penelitiannya tidak sebanding dengan biaya
yang telah dikeluarkannya.
B. Probability Sampling
Dalam probability sampling jumlah
pengambilan sampel tidak dibatasi akan terbentuk metode simple random
sampling, sedangkan kalau dibatasi akan membentuk metode complex random
sampling.
1.
Simple Random Sampling, adalah pengambilan
sampel yang memberikan kesempatan yang sama untuk semua anggota populasi.
Teknik pengambilan sampel ini dilakukan dengan cara yang sangat sederhana
sepanjang setiap elemen dalam populasi diberi kesempatan yang sama untuk
menjadi sampel, maka teknik ini dianggap memenuhi syarat. Kebaikan teknik
tersebut yaitu prosedurnya sangat mudah dilaksanakan dan tidak memerlukan
proses pengolahan data yang rumit. Kelemahannya adalah memungkinkan munculnya
sampling eror yang sangat tinggi. Ini berarti sangat dimungkinkan adanya sampel
yang sebenarnya tidak dapat mewakili responden karena tidak sepenuhnya memahami
persoalan yang dihadapinya. Pengambilan sampel semcam ini mengandung
kemungkinan bias, sehingga hasil penelitian dapat diragukan oleh pihak lain.
2.
Systematic Sampling, merupakan pendekatan
pengambilan sampel yang dilakukan dengan menentukan sejumlah elemen dalam
populasi yang diambi. Sebagai contoh pengambilan sampel diawali dengan acak
untuk sampel ke satu dan untuk sampel berikutnya dengan pola (sistematika)
tertentu. Pola pengambilan sampel ini sangat simple dan bersifat fleksibel,
sehingga sangat mudah dilaksanakan. Langkah-langkah pengambilan sampel adalah
sebagai berikut :
a.
buatlah kartu bernomor untuk semua anggota populasi,
dapat pula dengan daftar nama-nama semua anggota populasi
b.
tentukan rasio sampel yang akan digunakan, dan
c.
tentukan secara random nomor pertama sampel yang akan
dipilih.
Kelemahan
pendekatan diatas, kemungkinan sampel bias sangat besar. Sangat dimungkinkan
dari suatu populasi sebetulnya tidak terwakili oleh sampel yang diambil.
3.
Stratified Random Sampling adalah pendekatan
pengambilan sampel yang dilakukan secara acak dengan memperhatikan strata dari
populasi. Pendekatan ini dilakukan mengingat dalam setiap populasi tertentu
pasti akan ditemukan suatu strata populasi yang bersifat mutually exclusive.
Pengambilan sampel yang dilakukan secara random memperhatikan stratifikasi
populasi tersebut. Alasan penggunaan pendekatan ini adalah :
- secara statistik akan menaikkan efisiensi setiap
sampel,
- memberikan data yang cukup untuk melakukan analisis
berbagai jenis pengelompokkan populasi, dan
- memungkinkan diterapkannya metoda dan prosedur
penelitian yang berbeda untuk setiap strata yang diambil.
Kebaikan penggunaan pendekatan ini adalah setiap strata diharapkan secara
internal bersifat homogen sedangkan dengan strata yang lain bersifat heterogen.
Langkah-langkah pengambilan sampel adalah sbb :
- tentukan basis stratifikasi populasi yang akan
digunakan
- tentukan berapa banyak strata yang akan diambil
(meskipun tidak dapat ditentukan berapa jumlah yang pasti), dan
- tentukan berapa banyak jumlah sampel untuk setiap
strata, apakah dengan proportionate sampling atau disproportionate
sampling.
4.
Propostionate Sampling, pengambilan jumlah
sampel dilakukan secara porporsional dengan maksud agar pengambilan sampel
dilakukan dengan suatu penalaran yang logis yang diharapkan dalam setiap strata
akan diwakili oleh suatu sampel.
5.
Disproportionate sampling (jumlah sampel tidak
proporsional), maksudnya setiap strata tidak harus/perlu diwakili oleh
responden dalam jumlah yang proporsional. Sampel non proporsional dimungkinkan
juga dengan penalaran atau alas an, belum tentu anggota populasi pada setiap
strata dapat mewakili kepentingan/tujuan penelitian secara keseluruhan.
6.
Cluster Random Sampling, adalah pendekatan
pengambilan sampel dengan cara melakukan seleksi terlebih dahulu terhadap
setiap individu yang menjadi populasi. Pemilihan sampel dapat pula dilakukan
dengan cara membagi populasi kedalam kelompok-kelompok elemen dan secara random
beberapa dari kelompok tersebut dipilih sebagai sampel. Perbedaan antara Cluster
dengan Stratified adalah sebagai berikut :
Stratified Sampling
|
Cluster Sampling
|
1. Populasi dibagi kedalam
beberapa kelompok (subgroups), berdasarkan hubungan criteria tertentu sesuai
dengan variabel yang dipelajari.
|
1. Populasi
dibagi dalam beberapa kelompok (subgroups), berdasarkan kriteria yang ada
atau tersedia dalam pengumpulan data
|
2. Diusahakan agar homogenitas
dalam kelompok serta heterogenitas antar kelompok dapat terjaga
|
2. Homogenitas
dalam kelompok dan heterogenitas antar kelompok dijaga, tetapi biasanya
dibuat cadangan
|
3. Pemilihan elemen sampel dalam
masing-masing group dilakukan secara random
|
3. Untuk studi
yang bersifat tipikal, pemilihan sampel dalam kelompok dilakukan secara
random
|
Perancangan sampel
dengan pendekatan ini hendaknya diperhatikan pertanyaan – pertanyaan berikut
ini :
1.
Sejauhmana homogenitas setiap cluster ?
2.
Apakah setiap cluster dapat dipisahkan kesamaan atau
ketidaksamaannya ?
3.
Seberapa luaskah cluster yang akan diambil ?
4.
Apakah akan digunakan single step atau multiple
step cluster ?
5.
Berapa banyak sampel yang diinginkan ?
7.
Double Sampling, adalah pendekatan pengambilan
secara berganda. Pendekatan ini dilakukan dengan dua langkah, pertama, memperoleh
data dengan menggunakan salah satu dari pendekatan di atas, kedua atas
dasar data yang diperoleh tadi dilakukan pemilihan sampel tahap kedua dengan
pendekatan yang sama atau yang lainnya.
C. Nonprobability Sampling
Dalam suatu penelitian, peneliti
sering dihadapkan pada pilihan apakah akan mengunakan pengambilan sampel dengan
menggunakan probability ataukah nonprobability sampling. Dengan
cara acak, dihadapkan dengan kemungkinan adanya sampel bias yang tidak
diketahui, namun dengan pengambilan sampel yang terpilih bahaya semacam itu
dapat dihindarkan. Disisi lain, dengan nonprobability peneliti tidak
dapat mengetahui interval range yang sangat berguna untuk mengetahui paramater
suatu populasi. Berbagai alternatif tersbut memunculkan kelemahan dan kebaikan
yang akan membawa konsekuensi yang berbeda-beda dalam penyelesaian keseluruhan
pekerjaan penelitian tersebut. Meskipun banyak kelemahannya, banyak peneliti
menggunakan p[endekatan nonprobability, dengan alasan – alasan teknis sebagai
berikut :
1.
Total populasi tidak diketahui dengan pasti
2.
Penggunaan probability tidak operasional di
lapangan, karena sampel cenderung akan bias
3.
Analisis antar seksi (Cross section) tidak
dipergunakan dalam penelitian
4.
Biaya dan waktu yang tersedia tidka memungkinkan
operasi penelitian menggunakan probability sampling.
Dalam penelitian
yang menggunakan nonprobability sampling dikenal dua macam teknik
pengambilan sampling yaitu (a) convenience sampling, dan (b) purposive
sampling terdiri dari judgement atau sering diebut expert choice dan
quota.
No comments:
Post a Comment