Monday, January 28, 2019

PERANCANGAN SAMPEL



           

            Sampel merupakan bagian dari keseluruhan obyek (populasi) yang diambil sebagai obyek penelitian. Persoalan perancangan sampel dianggap sangat penting, tidak hanya terkait dengan kredibiltas dan mutu penelitian itu sendiri tetapi juga terkait dengan berapa banyak biaya penelitian yang harus dibayar. Oleh karena itu, kepandaian dan pengalaman seseorang peneliti dalam menggabungkan berbagai kepentingan yang berbeda sangat menentukan keberhasilan perancangan sampel.

A. Mengapa Dalam Penelitian digunakan Sampel ?
            Rumusan pertanyaan ini muncul mengingat pembaca hasil penelitian akan mempertanyakan apakah dengan digunakannya sampel dapat dikatakan telah dapat mewakili seluruh populasi. Padahal sampel hanya sebagian kecil dari keseluruhan populasi. Kalaupun seluruh populasi ditetapkan sebagai responden, maka teknik yang digunakan adalah sensus. Dengan teknik sensus akan membutuhkan biaya yang mahal, tenaga pencacah yang banyak. Serta waktu penyelenggaraan sensus yang cukup lama. Sifat sensus yang seperti di atas tidak luwes dan tidak praktis untuk pengambilan keputusan yang bersifat terbatas.
            Sampael yang baik harus mengandung dua kriteria yaitu kecermatan (accuracy) dan ketepatan (precision). Kedua kriteria ini sangat penting sebagai pertimbangan pengambilan sampel agar dapat mewakili keseluruhan populasi yang ada. Unsur kecermatan dalam pengambilan sampel dimaksudkan bahwa sampel yang diambil tidak akan bias. Maksudnya sampel tidak akan memberikan reaksi yang terlalu berlebih atau kurang. Jadi sampel bisa mewakili populasi secara wajar. Kriteria ketepatan mengandung arti sampel yang diambil dapat mewakili dengan wajar keseluruhan populasi tersebut. Agar sampel dapat mewakili seluruh populasi, maka peneliti tidak akan sembarangan dalam mengambil sampel.
            Ada beberapa teknik pengambilan sampel yang dapat digunakan sesuai dengan strategi penelitian yang akan dilakukan. Dengan mempertimbangkan tujuan dan dana yang tersedia, peneliti dapat memilih satu diantaranya sesuai dengan kebutuhannya masing-masing, William Emory menyusun klasifikasi jenis-jenis sampel dalam tabel berikut :

Tabel Klasifikasi Jenis-jenis sampel
Element Selections
Representation Basis
Probability
Non Probability
Tidak dibatasi (Unrestricted)
Simpel random
Convenience
Dibatasi (Restricted)
Complex
Random
-      systematic
-      cluster
-      stratified
-      double
Purposiv
-        expert choice
-        quota

Emory menyusun klasifikasi sampel berdasarkan dua pertimbangan, yaitu (a) elemen penyeleksi (element selection) dan (b) basis keterwakilan (representation basis). Berdasar elemen seleksi, responden dipilih dengan mempertimbangkan apakah seluruh populasi mempunyai peran yang sama. Dengan demkian setiap anggota populasi tidak akan ditolak untuk menjadi responden. Basis keterwakilan menunjukkan bahwa setiap sampel harus dipertimbangkan apakah responden dapat mewakili populasi mengingat adanya faktor-faktor yang dapat menjadi penghambat peran masing-masing anggota populasi. Dengan mempertimbangkan perannya masing-masing, melalui suatu proses seleksi, setiap anggota populasi dapat menjadi sampel.
            Ditinjau dari basis keterwakilannya, setiap anggota populasi dapat mempunyai kesempatan yang sama menjadi rsponden. Meskipun melalui proses seleksi kemukinannya sama, namun peneliti dapat pula memilih responden dengan tidak perlu mempertimbangkan probabilitasnya. Cara pengambilan sampel seperti ini disebut non probability.
            Arti Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama pada setiap elemen populasi untuk dipilih sebagai sampel. Teknik ini berdasarkan konsep seleksi secara acak (random selection) yang pada dasarnya setiap elemen populasi dapat mempunyai kesempatan yang sama untuk mnjadi sampel. Hal ini akan berbeda dengan nonprobability sampling yang tidak memberikan kesempatan yang sama pada setiap populasi untuk menjadi sampel. Dengan demikian dalam nonprobability sampling, menggunakan cara yang berbeda.
            Penentuan desain sampel dalam suatu penelitian bisnis memerlukan banyak pertimbangan. Seorang peneliti perlu memperhatikan enam langkah berikut ini :
  1. Apakah sampel relevan dengan populasinya ?
  2. Tipe sampel apakah yang akan diambil ?
  3. Apakah akan menggunakan kerangka pengambilan sampel ?
  4. Apakah yang menjadi parameter pihak-pihak yang berkepentingan ?
  5. Berapa sampel yang akan diambil ?
  6. Berapa biaya yanga akan dikeluarkan ?
Ke enam langkah di atas menunjukkan bahwa sampel yang diambil harus dapat memenuhi tujuan penelitian yang akan dicapai. Ini berarti sampel harus benar-benar memenuhi ukuran kelayakan yang berarti sampel harus cukup kompeten. Arti cukup, berarti jumlahnya memadai untuk dianalisis, sedangkan arti kata kompeten berarti dapat diyakini kredibilitasnya. Dengan dua pertimbangan tersebut diharapkan suatu sampel benar-benar mewakili responden dan kualitas jawabannya memadai.
  1. Apakah sampel relevan dengan populasinya ? Dalam penelitian sosial, si peneliti dihadapkan pada sekelompok orang dengan perannya masing-masing. Sebagai contoh penelitian dengan situasi dan lokasi di kampus, seorang peneliti dihadapkan pada bermacam-macam peran sebagai anggota populasi seperti mahasiswa, dosen, pedagang lesehan dan lain-lain. Jika fokus penelitian tentang mahasiswa, maka peran yang lainnya tidak relevan dalam penelitian ini. Dengan demikian relevansi sampel dalam suatu penelitian tergantung obyek penelitiannya.
  2. Tipe sampel apakah yang akan diambil ? Hal ini berkaitan dengan metode apa yang harus digunakan dalam menentukan sampel. Setiap peneliti akan menemukan permasalahan jenis sampel macam apa yang sesuai dengan kebutuhan penelitiannya.
  3. Apakah akan menggunakan kerangka pengambilan sampel ? Peneliti tidak hanya menggunakan daftar populasi begitu saja sebagai dasar perumusan pengambilan sampel. Stratifikasi yang ada dalam setiap masyarakat menjadikan keharusan penggunaan kerangka pengambilan sampel, dengan maksud agar sampel dapat benar-benar mewakili populasi yang ada.
  4. Apakah yang menjadi parameter pihak-pihak yang berkepentingan ? Dalam menentukan bentuk sampel, peneliti harus memperhatikan kepentingan khusus yang menjadi parameter populasi.
  5. Berapa sampel yang akan diambil ? Jumlah sampel yang akan diambil dalam suatu penelitian merupakan persoalan yang sangat penting dalam suatu penelitian.Berapa ukuran yang pantas besarnya sampel penelitian, ternyata tidak ada kesepakatan mengenai jumlah absolut maupun dalam persentase.
  6. Berapa biaya yang akan dikeluarkan ? Besarnya biaya penelitian dapat menjadi kendala suatu obyek penelitian. Oleh karena itu, dalam merencanakan sampel, peneliti juga memperhatikan aspek anggaran yang disediakan. Pemilik proyek penelitian pada umumnya tidak bersedia mengeluarkan dana bagi suatu penelitian yang membutuhkan dana sangat besar, namun hasil penelitiannya tidak sebanding dengan biaya yang telah dikeluarkannya.



B. Probability Sampling

            Dalam probability sampling jumlah pengambilan sampel tidak dibatasi akan terbentuk metode simple random sampling, sedangkan kalau dibatasi akan membentuk metode complex random sampling.
1.      Simple Random Sampling, adalah pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama untuk semua anggota populasi. Teknik pengambilan sampel ini dilakukan dengan cara yang sangat sederhana sepanjang setiap elemen dalam populasi diberi kesempatan yang sama untuk menjadi sampel, maka teknik ini dianggap memenuhi syarat. Kebaikan teknik tersebut yaitu prosedurnya sangat mudah dilaksanakan dan tidak memerlukan proses pengolahan data yang rumit. Kelemahannya adalah memungkinkan munculnya sampling eror yang sangat tinggi. Ini berarti sangat dimungkinkan adanya sampel yang sebenarnya tidak dapat mewakili responden karena tidak sepenuhnya memahami persoalan yang dihadapinya. Pengambilan sampel semcam ini mengandung kemungkinan bias, sehingga hasil penelitian dapat diragukan oleh pihak lain.
2.      Systematic Sampling, merupakan pendekatan pengambilan sampel yang dilakukan dengan menentukan sejumlah elemen dalam populasi yang diambi. Sebagai contoh pengambilan sampel diawali dengan acak untuk sampel ke satu dan untuk sampel berikutnya dengan pola (sistematika) tertentu. Pola pengambilan sampel ini sangat simple dan bersifat fleksibel, sehingga sangat mudah dilaksanakan. Langkah-langkah pengambilan sampel adalah sebagai berikut :
a.       buatlah kartu bernomor untuk semua anggota populasi, dapat pula dengan daftar nama-nama semua anggota populasi
b.      tentukan rasio sampel yang akan digunakan, dan
c.       tentukan secara random nomor pertama sampel yang akan dipilih.
      Kelemahan pendekatan diatas, kemungkinan sampel bias sangat besar. Sangat dimungkinkan dari suatu populasi sebetulnya tidak terwakili oleh sampel yang diambil.
3.      Stratified Random Sampling adalah pendekatan pengambilan sampel yang dilakukan secara acak dengan memperhatikan strata dari populasi. Pendekatan ini dilakukan mengingat dalam setiap populasi tertentu pasti akan ditemukan suatu strata populasi yang bersifat mutually exclusive. Pengambilan sampel yang dilakukan secara random memperhatikan stratifikasi populasi tersebut. Alasan penggunaan pendekatan ini adalah :
  1. secara statistik akan menaikkan efisiensi setiap sampel,
  2. memberikan data yang cukup untuk melakukan analisis berbagai jenis pengelompokkan populasi, dan
  3. memungkinkan diterapkannya metoda dan prosedur penelitian yang berbeda untuk setiap strata yang diambil.
Kebaikan penggunaan pendekatan ini adalah setiap strata diharapkan secara internal bersifat homogen sedangkan dengan strata yang lain bersifat heterogen. Langkah-langkah pengambilan sampel adalah sbb :
  1. tentukan basis stratifikasi populasi yang akan digunakan
  2. tentukan berapa banyak strata yang akan diambil (meskipun tidak dapat ditentukan berapa jumlah yang pasti), dan
  3. tentukan berapa banyak jumlah sampel untuk setiap strata, apakah dengan proportionate sampling atau disproportionate sampling.
4.      Propostionate Sampling, pengambilan jumlah sampel dilakukan secara porporsional dengan maksud agar pengambilan sampel dilakukan dengan suatu penalaran yang logis yang diharapkan dalam setiap strata akan diwakili oleh suatu sampel.
5.      Disproportionate sampling (jumlah sampel tidak proporsional), maksudnya setiap strata tidak harus/perlu diwakili oleh responden dalam jumlah yang proporsional. Sampel non proporsional dimungkinkan juga dengan penalaran atau alas an, belum tentu anggota populasi pada setiap strata dapat mewakili kepentingan/tujuan penelitian secara keseluruhan.
6.      Cluster Random Sampling, adalah pendekatan pengambilan sampel dengan cara melakukan seleksi terlebih dahulu terhadap setiap individu yang menjadi populasi. Pemilihan sampel dapat pula dilakukan dengan cara membagi populasi kedalam kelompok-kelompok elemen dan secara random beberapa dari kelompok tersebut dipilih sebagai sampel. Perbedaan antara Cluster dengan Stratified adalah sebagai berikut :

Stratified Sampling

Cluster Sampling

1. Populasi dibagi kedalam beberapa kelompok (subgroups), berdasarkan hubungan criteria tertentu sesuai dengan variabel yang dipelajari.
1. Populasi dibagi dalam beberapa kelompok (subgroups), berdasarkan kriteria yang ada atau tersedia dalam pengumpulan data
2. Diusahakan agar homogenitas dalam kelompok serta heterogenitas antar kelompok dapat terjaga
2. Homogenitas dalam kelompok dan heterogenitas antar kelompok dijaga, tetapi biasanya dibuat cadangan
3. Pemilihan elemen sampel dalam masing-masing group dilakukan secara random
3. Untuk studi yang bersifat tipikal, pemilihan sampel dalam kelompok dilakukan secara random

Perancangan sampel dengan pendekatan ini hendaknya diperhatikan pertanyaan – pertanyaan berikut ini :
1.      Sejauhmana homogenitas setiap cluster ?
2.      Apakah setiap cluster dapat dipisahkan kesamaan atau ketidaksamaannya ?
3.      Seberapa luaskah cluster yang akan diambil ?
4.      Apakah akan digunakan single step atau multiple step cluster ?
5.      Berapa banyak sampel yang diinginkan ?

7.      Double Sampling, adalah pendekatan pengambilan secara berganda. Pendekatan ini dilakukan dengan dua langkah, pertama, memperoleh data dengan menggunakan salah satu dari pendekatan di atas, kedua atas dasar data yang diperoleh tadi dilakukan pemilihan sampel tahap kedua dengan pendekatan yang sama atau yang lainnya.

C. Nonprobability Sampling


            Dalam suatu penelitian, peneliti sering dihadapkan pada pilihan apakah akan mengunakan pengambilan sampel dengan menggunakan probability ataukah nonprobability sampling. Dengan cara acak, dihadapkan dengan kemungkinan adanya sampel bias yang tidak diketahui, namun dengan pengambilan sampel yang terpilih bahaya semacam itu dapat dihindarkan. Disisi lain, dengan nonprobability peneliti tidak dapat mengetahui interval range yang sangat berguna untuk mengetahui paramater suatu populasi. Berbagai alternatif tersbut memunculkan kelemahan dan kebaikan yang akan membawa konsekuensi yang berbeda-beda dalam penyelesaian keseluruhan pekerjaan penelitian tersebut. Meskipun banyak kelemahannya, banyak peneliti menggunakan p[endekatan nonprobability, dengan alasan – alasan teknis sebagai berikut :
1.      Total populasi tidak diketahui dengan pasti
2.      Penggunaan probability tidak operasional di lapangan, karena sampel cenderung akan bias
3.      Analisis antar seksi (Cross section) tidak dipergunakan dalam penelitian
4.      Biaya dan waktu yang tersedia tidka memungkinkan operasi penelitian menggunakan probability sampling.


Dalam penelitian yang menggunakan nonprobability sampling dikenal dua macam teknik pengambilan sampling yaitu (a) convenience sampling, dan (b) purposive sampling terdiri dari judgement atau sering diebut expert choice dan quota.
        

No comments:

Post a Comment

Mekanisme Kontraksi Otot

  Pada tingkat molekular kontraksi otot adalah serangkaian peristiwa fisiokimia antara filamen aktin dan myosin.Kontraksi otot terjadi per...

Blog Archive