1 Pengertian
Keterampilan Berbicara
Menurut (Yudha
dan Rudyanto, 2005: 7) dalam
kutipannya “Keterampilan adalah kemampuan dalam
melakukan berbagai aktivitas seperti motorik, berbahasa, sosial emosional,
kognitif, dan afektif (nilai-nilai moral)”.
Sedangkan Soemarjadi,
dkk. (1992: 2) menyatakan ”Keterampilan
sama artinya dengan kata cekatan adalah kepandaian melakukan suatu pekerjaan
dengan cepat dan benar”
Jadi, Keterampilan
yang dipelajari dengan baik akan berkembang menjadi kebiasaan. Terdapat
hubungan yang saling mempengaruhi antara keterampilan dengan perkembangan
kemampuan keseluruhan anak. Keterampilan anak tidak akan berkembang tanpa
adanya kematangan.
12
|
Menurut Gorys
Keraf (1994: 33)“Keterampilan
berbicara adalah keterampilan
yang sangat penting untuk berkomunikasi, menjadi proses belajar,dan media yang
dapat dikembangkan oleh topik. Berkomunikasi yang dilakukan melalui
pengungkapan bahasa dengan kata-kata dan kalimat, sehingga dapat menjadi proses
belajar”.
Dalam interaksi tentu ada komunikasi
secara lisan untukmengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran,gagasan
dan perasaan agar orang lain mengerti dan memahamipikiran maupun perasaan
seseorang.
Dari pengertian keterampilan dan
berbicara di atas, maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara adalah
keterampilan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk
mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.
Aktivitas anak yang dapat dilakukan yaitu dengan berinteraksi dan berkomunikasi
dengan orang-orang yang ada di sekitarnya, sehingga dapat melatih anak terampil
berbicara.
Keterampilan berbicara yang dibahas
adalah khusus keterampilan berbicara untuk Anak usia dini (5-6 Tahun). Pada usia ini
seluruh keterampilan termasuk keterampilan berbicara perlu distimulasi agar
berkembang secara maksimal.
Keterampilan berbicara dalam penelitian
ini yaitu mengenai suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, gagasan) kepada
orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga dapat dipahami orang lain.
Selain itu bahasa yang menggunakan artikulasi digunakan untuk menyampaikan
maksud yang berawal dari kata-kata selanjutnya membentuk kalimat sehingga
seseorang dapat menyampaikan ide yang akan diungkapkan. Oleh karena itu,
diperlukan peningkatan terhadap keterampilan berbicara pada anak. Diharapkan
keterampilan berbicara dapat menjadi bekal anak untuk memasuki jenjang
pendidikan selanjutnya dan kehidupan yang mendatang.
2. Perkembangan
Keterampilan Berbicara
(5-6
Tahun)
Sebelum
mampu berbicara umumnya seorang anak memiliki
perilaku untuk mengeluarkan suara-suara bersifat sederhana kemudian berkembang
secara kompleks dan mengandung arti. Misalnya seorang
menangis, mengoceh kemudian mampu menirukan kata-kata yang di dengar orang tua
atau lingkungan sekiarnya, seperti kata mana, apa, makan, minum, dan
sebagainya. Semua membutuhkan proses dan
kita hanya perlu memberikan stimulus agar perkembangan keterampilan berbicara
pada anak muncul.
Sebagaimana menurut (Suhartono,
2005: 48) yang menyatakan bahwa “Perkembangan
bicara adalah berhubungan dengan fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik”. Aktivitas anak
sehari-hari yang dilakukan yaitu mendengarkan bunyi-bunyi bahasa di sekitarnya.
Dari hasil mendengarkan bunyi- bunyi itulah, yang digunakan anak sebagai awal
kegiatan bicara yaitu dengan menirukan yang telah didengarnya”.
Anak usia Tk berada dalam fase perkembangan Bahasa
secara ekspresif. Hal ini berati bahwa anak telah dapat mengungkapkan
keingunannya, penolakannya, maupun pendapatnya dengan menggunakan Bahasa lisan.
Sebagaimana menurut (Rita Kurnia, 2009:70) “Bahasa lisan sudah dapat digunakan
anak sebagai alat komunikasi”.
Berdasarkan
pendapat di atas bahwa perkembangan keterampilan berbicara antara lain
kata-kata yang diucapkannya mempunyai kecenderungan sama yang didengarkannya,
kemudian anak telah dapat mengungkapkan keinginanya, penolakannya, maupun
pendapatnya dengan menggunakan bahasa lisan sesuai proses perkembangan yang
dilewatinya. Dan Bahasa sudah dapat digunakan sebagai alat komunikasi.
Ernawulan
Syaodih (2005: 49) mengemukakan bahwa “Perkembangan berbicara anak usia 5-6
tahun adalah anak sudah dapat mengucapkan kata dengan jelas dan lancar, dapat
menyusun kalimat yang terdiri dari enam sampai delapan kata, dapat menjelaskan
arti kata-kata yang sederhana, dapat menggunakan kata hubung, kata depan dan
kata sandang”. Pada masa akhir usia Taman Kanak-kanak umumnya sudah mampu
berkata-kata sederhana, cara bicara anak telah lancar, dapat dimengerti dan
cukup mengikuti tata bahasa walaupun masih melakukan kesalahan bahasa.
Sedangkan Suhartono (2005:43) mengatakan
pada waktu anak masuk Taman Kanak-kanak, anak telah memiliki sejumlah besar
kosakata. Anak sudah dapat membuat pertanyaan negatif, kalimat majemuk, dan
berbagai bentuk kalimat. Anak sudah bisa memahami kosa kata lebih banyak. Anak
dapat bergurau, bertengkar dengan teman-temannya dan berbicara sopan dengan
orangtua serta guru
Dalam penelitian ini akan membahas salah satu
perkembangan keterampilan berbicara usia 5-6 tahun. Berbicara merupakan suatu
keterampilan berbahasa dan dipengaruhi oleh kemampuan menyimak. Berbicara dan
menyimak adalah kegiatan dua arah atau tatap muka yang dilakukan secara
langsung. Kemampuan berbicara berkaitan dengan kosa kata yang diperoleh oleh
lingkungannya. Anak yang mendapat stimulus dari lingkungan di setiap fase
perkembangannya dari sejak lahir maka dia akan mampu berbicara sesuai dengan
tingkat pencapaian perkembangan di usia 5-6 tahun.
3
Tujuan Pengembangan
Keterampilan Berbicara
Menurut
Suhartono (2005: 123), Tujuan keterampilan
berbicara anak antara lain: “a) agar anak dapat melafalkan bunyi bahasa yang
digunakan secara tepat, b) agar anak mempunyai perbendaharaan kata yang memadai
untuk keperluan berkomunikasi, dan c) agar anak dapat menggunakan kalimat
secara baik untuk berkomunikasi secara lisan”.
Keterampilan
berbicara pada anak berorientasi pada perbendaharaan kata yang memadai untuk
keperluan berkomunikasi secara lisan. Aspek yang perlu diperhatikan lebih
lanjut adalah bagaimana anak dapat menggunakan perbendaharaan kata tersebut
dalam kalimat dengan baik sesuai dengan konteks dan tata karma melakukan komunikasi
secara lisan.
Beberapa
hal yang menjadi tujuan agar anak pandai berbicara menurut Tadzikrotun (2005: 102) antara lain:
a) anak
memperoleh pemuasan kebutuhan dan keinginankarena dapat menyampaikan apa yang
ia butuhkan dan ia inginkan, b) anak mampu membina hubungan dengan orang lain
dan dapat memerankan kepemimpinannya, c) anak akan memperoleh penilaian baik,
kaitannya dengan isi dan cara bicara, d) anak mampu memberikan komentar-komentar
positif dan menyampaikan hal-hal baik kepada lawan bicara, dan e) anak dapat
memiliki kemampuan akademik yang lebih baik, karena anak yang memiliki kosa
kata banyak cenderung berhasil dalam meraih prestasi akademik.
Berdasarkan kedua
pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan keterampilan berbicara
anak antara lain agar anak dapat melafalkan bunyi bahasa yang digunakan secara
tepat dan mempunyai perbendaharaan kata yang memadai dan menggunakan kalimat
secara baik untuk keperluan berkomunikasi. Selain itu, anak memperoleh pemuasan
kebutuhan dan keinginan karena dapat menyampaikan apa yang ia butuhkan dan ia
inginkan. Anak juga memperoleh penilaian baik, kaitannya dengan isi dan cara
bicara, mampu memberikan komentar-komentar positif dan menyampaikan maksud
hal-hal baik kepada lawan bicara.
Melihat tujuan berbicara,
maka dalam penelitian ini berbicara merupakan hal yang sangat penting dalam
kehidupan manusia. Ketika seseorang berbicara maka dia dapat berkomunikasi
dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Hal tersebut tidak lepas dari
manusia sebagai makhluk sosial, yaitu manusia tidak dapat hidup sendiri, selalu
membutuhkan kehadiran manusia lain.
4 Faktor
yang Mempengaruhi Keterampilan Berbicara Anak
Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi keterampilan berbicara anak menurut bebrapa ahli diantaranya :
Menurut Hurlock
(1978: 176) “Dua kriteria yang dapat
digunakan untuk memutuskan apakah anak berbicara dalam artian yang benar atau
hanya “membeo”. Pertama, anak harus mengetahui arti kata yang
digunakannya dan mengkaitkannya dengan obyek yang diwakilinya. Kedua, anak
harus melafalkan kata-katanya sehingga orang lain memhaminya dengan mudah. Kata-kata
yang hanya dapat dipahami anak karena sudah sering mendengarnya atau karena
telah belajar memahaminya dan menduga apa yang sedang dikatakan tidak memenuhi
kriteria tersebut”.
Sedangkan Nurbiana Dhieni, dkk. (2005:
3.5) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang dapat dijadikan ukuran kemampuan
berbicara seseorang yang terdiri aspek kebahasaan dan non kebahasaan, aspek kebahahasaan
meliputi: (a) ketepatan ucapan; (b) penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi
yang sesuai; (c) pilihan kata; (d) ketepatan sasaran pembicaraan. Sedangkan
aspek non kebahasaan meliputi: (a) sikap tubuh, pandangan, bahasa tubuh, dan
mimik yang tepat; (b) kesediaan menghargai pembicaraan orang lain; (c)
kenyaringan suara dan kelancaran dalam berbicara; (d) relevansi, penalaran dan
penguasaan terhadap topik tertentu.Selain itu Sabarti Akhadiah, dkk. (1992: 154-160) yang menyatakan juga bahwa
faktor penunjang dalam keterampilan berbicara ialah:
a. Aspek
Kebahasaan
1) Ketepatan
ucapan (pelafalan bunyi)
Anak
harus dapat mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat dan jelas. Penempatan tekanan,
nada, jangka, intonasi, dan ritme Penempatan tekanan, nada, jangka, intonasi,
dan ritme yang sesuai akan menjadi daya tarik tersendiri dalam berbicara,
bahkan merupakan salah satu faktor penentu dalam keefektifan berbicara.
2) Penggunaan
kata dan kalimat
Penggunaan
kata sebaiknya dipilih yang memiliki makna dan sesuai dengan konteks kalimat. Anak
juga perlu dilatih menggunakan struktur kalimat yang benar.
b. Aspek
Non Kebahasaan
1) Sikap
yang wajar, tenang, dan tidak kaku
Berbicara
harus bersikap wajar, tenang, dan tidak kaku. Wajar berarti berpenampilan apa
adanya, tidak dibuat-buat. Sikap tenang adalah sikap dengan perasaan hati-hati
yang tidak gelisah, tidak gugup, dan tidak tergesa-gesa. Selanjutnya dalam
berbicara juga tidak boleh kaku.
2) Pandangan
yang diarahkan kepada lawan bicara
Pandangan
harus diarahkan kepada lawan bicara agar lawan bicara memperhatikan topik yang
sedang dibicarakan serta lawan bicara merasa dihargai.
3) Kesediaan
menghargai pendengar orang lain
Belajar
menghormati pemikiran orang lain dapat dilakukan dengan menghargai pendapat
orang lain.
4) Gerak-gerik
dan mimik yang tepat
Gerak-gerik
dan mimik yang tepat berfungsi untuk membantu memperjelas atau menghidupkan
pembicaraan.
5) Kenyaringan
suara
Tingkat
kenyaringan suara disesuaikan dengan situasi, tempat, jumlah, pendengar, dan
akustik (ruang dengar) yang ada. Tidak terlalu nyaring dan tidak terlalu lemah
sesuaikan dengan situasi, tempat, jumlah pendengar, dan akustik (ruang dengar)
yang ada.
6) Kelancaran
Kelancaran
dalam berbicara akan mempermudah untuk menangkap isi pembicaraan yang
disampaikan
7) Penalaran
dan relevansi
Penalaran
dan relevansi yaitu hal yang disampaikan memiliki urutan yang runtut dan
memiliki arti yang logis serta adanya saling keterkaitan atau hubungan dari hal
yang disampaikan.
Berdasarkan
uraian di atas, faktor yang mempengaruhi keterampilan berbicara anak dibedakan
menjadi dua, yaitu aspek kebahasaan dan nonkebahasaan. Faktor-faktor tersebut
mempengaruhi kualitas berbicara anak, sehingga faktor tersebut harus
diperhatikan manakala pendidik sedang mengajarkan keterampilan berbicara.
Dalam
penelitian ini akan membahas faktor-faktor yang mempengaruhi dalam keterampilan
berbicara ialah dalam aspek kebahasaan dan non-kebahasaan. Aspek kebahasaan
terdiri dari ketepatan ucapan, penempatan tekanan, nada, jangka, intonasi, dan
ritme, penggunaan kata dan kalimat. Aspek non-kebahasan terdiri dari sikap yang
wajar, pandangan yang diarahkan kepada lawan bicara, kesediaan menghargai pendengar
orang lain, gerak-gerik dan mimik yang tepat, kenyaringan suara, kelancaran,
penalaran dan relevansi. Oleh karena itu, faktor tersebut diperlukan untuk
peningkatan terhadap keterampilan berbicara pada anak.
No comments:
Post a Comment