Pengalaman di antara guru atau pendidik dalam
proses pembelajaran menunjukkan bahwa ada pada beberapa sekolah. Model pembelajarannya
mengkondisikan peserta didik disibukkan oleh kegiatan-kegiatan yang kurang
perlu seperti mencatat bahan pelajaran yang sudah ada dalam buku, menceritakan
hal-hal yang tidak perlu, dan sebagainya. Sering pula ditemukan waktu kontak
antara guru dengan peserta didik tidak dimanfaatkan secara baik. Guru lebih suka memaksakan kehendaknya dalam
belajar peserta didik sesuai keinginannya dan ada juga guru untuk memudahkan kerjanya
meminta salah seorang peserta didik untuk mencatat dipapan tulis kemudian
peserta didik lainnya mencatat apa yang dicatat dipapan tulis dan
kegiatan-kegiatan lainnya yang kurang perlu dan sebagainya. Sedangkan guru yang
bersangkutan istirahat di ruang guru atau duduk di kelas asyik dengan
kegiatannya sendiri. Model pembelajaran seperti ini tentu saja dipandang tidak
mendidik seperti dikemukakan A.S. Neil (1973) menyebutkan bahwa :
“Saya percaya bahwa memaksakan apapun
dengan kekuasaan adalah salah. Seorang anak seharusnya tidak melakukan apapun
sampai dia mampu berpendapat dengan mengemukakan pendapatnya sendiri” (Hobson
dalam Palmer, 2003: 1). Pendapat Neil ini memberikan gambaran bahwa para
peserta didik diminta untuk berpikir dan belajar tanpa tekanan. Tetapi,
bimbingan dan arahan yang menganut prinsip-prinsip kemerdekaan dan demokrasi.
Masalah lainnya adalah kepala sekolah
tidak memanfaatkan kesempatan yang ada untuk melalukan evaluasi tentang program
pembelajaran. Kepala sekolah tersebut membiarkan para guru menggunakan model
pembelajaran yang telah lama dilaksanakan atau bersifat rutin belaka. Sehingga,
kepala sekolah tidak mengetahui mana yang harus diperbaiki dan mana yang
dikembangkan dalam program pembelajaran. Seharusnya, kepala sekolah mendorong
para guru menggunakan model-model pembelajaran yang dapat memberi jaminan bahwa
pembelajaran dilakukan atas dasar prinsip-prinsip pedagogik.
Dukungan kepala sekolah
ini diwujudkan dalam bentuk menyediakan fasilitas yang diperlukan untuk pembelajaran.
Sejalan dengan pendapat tersebut, maka pijakatn utama bagi praktek pembelajaran
yang bijak dari seorang pendidik yang terlatih menurut kontrol dan rutin serta
bantuan nyata sesuai aturan-aturan sosial. Namun, tetap dengan kebebasan
pribadi yang luas (Hinshelwood dalam Palmer, 2003: 11). Artinya keterampilan
guru dalam menggunakan sarana dan prasarana dalam pembelajaran secara optimal
adalah penting.
No comments:
Post a Comment