Manajemen pelatihan
adalah proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dna pengevaluasian
terhadap kegiatan pelatihan dengan memanfaatkan aspek-aspek pelatihan untuk
mencapai tujuan pelatihan secara efektif dan efisien. Manajemen atau
pengelolaan pelatihan merupakan proses penggunaan sumber daya secara efektif
untuk mencapai sasaran yang berupa kegiatan memahirkan. Sebagai suatu proses,
manajemen pelatihan bergamitan dengan trisula aktivitas, yakni (a) perencanaan,
(b) pelaksanaan, dan (c) evaluasi. Ketiga komponen tersebut dapat dijabarkan ke
dalam sepuluh langkah kegiatan dalam menyusun rencana pelatihan.
Penyusunan rencana
pelatihan secara hierarkis dapat diuraikan sebagai berikut:
Langkah 1: Identifikasi dan Analisis Kebutuhan Pelatihan
Langkah 2: Menguji dan Analisis Jabatan dan Tugas
Langkah 3: Klasifikasi dan Menentukan dan Peserta Pelatihan
Langkah 4: Rumuskan Tujuan Pelatihan
Langkah 5: Pendesainan Kurikulum dan Silabus Pelatihan
Langkah 6: Perencanaan Program Pelatihan Langkah
Langkag 7: Penyusunan dan Pengembangan Kerangka Acuan (TOR) Langkah
Langkah 8: Pelaksanaan Program Pelatihan Langkah
Langkah 9: Evaluasi Program Pelatihan Langkah
Langkah 10: Tindak Lanjut Pelatihan
Berikut ini penjelasan
dari kesepuluh penyusunan rencana pelatihan:
1. Identifikasi dan Analisis Kebutuhan Pelatihan
Langkah pertama dan
utama dalam mengelola pelatihan adalah menjajagi dan mengetahui kebutuhan
pelatihan serta sejauh mana kebutuhan tersebut perlu dipenuhi. Langkah ini
merupakan langkah yang bersifat mutlak dan esensial. Mengingat pentingnya
langkah ini, maka dalam melakukannya perlu perhatian dan persiapan yang matang.
Pendekatan identifikasi
kebutuhan pelatihan secara sistematis ini mempunyai relevansi yang jelas antara
kebutuhan pelatihan dengan kebutuhan atau persyaratan tugas. Tujuan pendekatan
pengelolaan program pelatihan ini adalah :
a. Meningkatnya prestasi kerja (kinerja) melalui perubahan pengetahuan dan
keterampilan
b. Terukurnya biaya yang dikeluarkan dengan manfaat yang akan diperoleh (Cost
Benefit Ratio)
c. Spesifikasi tujuan pelatihan sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan
tugas yang ada.
d. Adanya peningkatan yang dapat diukur di dalam pencapaian tujuan organisasi
atau lembaga.
2. Menguji dan Menganalisis Jabatan dan Tugas
Menguji dan menganalisis jabatan adalah suatu proses mendapatkan
informasi (data) tentang suatu jabatan untuk penyusunan standar-standar
tertentu. Secara umum, untuk melakukan analisis jabatan dan analisis tugas
dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
- Menganalisis Uraian Tugas (Job Description);
- Mengananalisis spesifikasi tugas ;
- Menganalisis kualifikasi
Adapun, faktor-faktor yang perlu dipersiapkan antara lain adalah:
a. Pengetahuan,
keterampilan dan sikap
b. Metoda (proses,
mesin/alat, bahan)
c. Organisasi / prosedur
3. Klasifikasi dan
menentukan peserta pelatihan
Berdasarkan pada tahap
tersebut di atas dapat diketahui adanya berbagai klasifikasi peserta sesuai
dengan "jabatan dan tugas" yang diemban oleh masing-masing peserta.
Banyak hal yang harus dipertimbangkan dalam penentuan peserta. Namun, yang pasti
bahwa "makin heterogen/beragam" makin tajam pula sudut pandang yang
timbul karena adanya berbagai "posisi" dalam melihat dan
mempertimbangkan sesuatu. Disamping itu, penentuan peserta, khususnya dalam hal
jumlah, perlu pula mempertimbangkan ketersediaan sumberdaya yang mendukung
pelatihan.
4.
Merumuskan Tujuan
Pelatihan
Pada dasarnya tujuan
pelatihan dapat dibedakan dalam tiga kategori pokok domain, yang meliputi:
(Bloom, 1971)
a. Cognitive Domain, adalah tujuan
pelatihan yang berkaitan dengan meningkatkan pengetahuan peserta.
b. Affective Domain, adalah tujuan
pelatihan yang berkaitan dengan sikap dan tingkah laku dan,
c. Psychomotor Domain yaitu tujuan pelatihan
yang berkaitan dengan ketrampilan/skill peserta diklat.
Ada beberapa faktor
yang perlu diperhatikan dalam menyusun dan merumuskan tujuan pelatihan, yaitu:
a.
Jenis Tujuan Pelatihan, yaitu hendaknya jenis
tujuan pelatihan harus mencakup Pengetahuan (P), Sikap (S) dan Ketrampilan (K)
dan hasil yang diharapkan merupakan perubahan tingkah laku yang dapat diobservasi/diamati.
b.
Kedalaman Tujuan Pelatihan, Semakin dalam tujuan
pelatihan semakin rumit untuk mencapainya, sehingga akan mempengaruhi materi
maupun metoda pelatihan yang harus diberikan.
c.
Sumber Daya yang tersedia, dalam merumuskan
tujuan pelatihan hendaknya juga mempertimbangkan sumberdaya yang tersedia.
d.
Waktu, faktor waktu sangat
menentukan dalam merumuskan tujuan pelatihan
e.
Peserta Pelatihan; faktor peserta juga
sangat berpengaruh di dalam merumuskan tujuan pelatihan baik dilihat dari latar
belakang, pengalaman, usia, pendidikan dan lain sebagainya. Dalam Pendidikan
Orang Dewasa (Andragogi), rancangan belajar tidak ditekankan pada isi, namun lebih
pada proses yang menyertainya.
f.
Metoda dan Media; dalam menyusun materi
pelatihan hendaknya juga mempertimbangkan kesesuaian metoda dan media yang ada.
g.
Ketersediaan Pelatih; adakah pelatih yang
mempunyai kualifikasi sebagaimana yang dikehendaki dalam pencapaian tujuan yang
diharapkan.
h.
Evaluasi Pelatihan; faktor yang ikut mempengaruhi perumusan tujuan adalah kompleksitas
penyelenggaraan evaluasi baik dari sisi isi evaluasi maupun proses yang harus
ditempuh.
5. Rancangan Program Pelatihan (Rancangan Kurikulum & Silabus)
Langkah-langkah penting di dalam menyusun Rancangan Kurikulum &
Silabus adalah sebagai berikut di bawah ini.
- Menentukan &
Memprioritaskan Isi/Muatan Materi Pelatihan
Pada dasarnya, bilamana penjajagan atau identifikasi kebutuhan pelatihan
dilakukan dengan baik dan benar serta perumusan tujuan pelatihan dan tingkat
kedalamannya disusun dan dirumuskan dengan baik, maka sebenarnya sudah dapat
teridentifikasi apa isi materi pelatihan yang diharapkan.
- Membangun Hubungan
Logis dan Urutannya
Pada dasarnya dalam membangun hubungan logis dan urutannya; dapat
ditempuh dalam dua tahap, yaitu :
·
Hubungan logis
dan urutannya berdasarkan antar bidang topik/isi
·
Hubungan logis
dan urutannya berdasarkan pada satu bidang topik/isi yang dipecah menjadi sub
topik yang lebih rinci
- Menentukan Metoda
& Media Pelatihan
Sesuai dengan prinsip pendidikan orang dewasa yang menghendaki adanya
keterlibatan aktif peserta pelatihan, maka di dalam menentukan metoda
pelatihan, hal yang paling mendasar untuk diperhatikan adalah "adanya
keterlibatan maksimal" peserta pelatihan
- Menentukan Kebutuhan
Waktu
Biasanya, dalam menentukan perkiraan kebutuhan waktu didasarkan pada
"skala prioritas". Artinya bahwa "topik utama" yang menjadi
prioritas akan mendapatkan alokasi waktu yang cukup panjang, sedangkan
"topik yang lain" memperoleh alokasi waktu yang relatif pendek.
6.
Rencana Program
Pelatihan
Uraian berikut ini merupakan uraian rinci perencanaan penyelenggaraan
pelatihan sehingga "kurikulum pelatihan" sebagaimana telah diuraikan
di atas dapat tercapai. Secara rinci perencanaan penyelenggaraan pelatihan
harus menentukan hal-hal sebagai berikut :
- Siapa
peserta pelatihan dan berapa jumlahnya,
- siapa
fasilitator/pelatih,
- dimana
tempat pelatihan akan dilaksanakan,
- waktu
penyelenggaraan,
- kelengkapan
pendukung,
- kebutuhan
biaya dan menetapkan sumber dana,
- bahan
pelatihan,
- tempat
penyelenggaraan,
- konsumsi,
- akomodasi,
- transportasi,
- dokumentasi,
- sekretariat,
7)
Menyusun dan
Mengembangkan Kerangka Acuan (TOR)
Langkah penting selanjutnya adalah menyusun dan mengembangkan suatu
kerangka Acuan Pelatihan atau Terms of Reference (TOR). Pada umumnya garis besar isi Kerangka Acuan Pelatihan (TOR) ini meliputi
pokok pokok sebagai berikut:
a.
Latar
Belakang/Pendahuluan (Mengapa);
b.
Tujuan Pelatihan (Untuk
Apa);
c.
Pokok Bahasan/Materi
Pelatihan (Apa);
d.
Pendekatan dan
Metodologi Pelatihan (Bagaimana);
e.
Peserta Pelatihan dan
Fasilitator (Siapa);
f.
Waktu dan Tempat
Pelatihan (Kapan dan Dimana);
g.
Sumber dana dan
Pembiayaan (Berapa);
8.
Pelaksanaan Program
Pelatihan
Secara garis besar,
dalam penyelenggaraan pelatihan ada dua hal penting yang perlu dilakukan oleh
"Panitia Penyelenggara", yaitu Tahap Persiapan dan Tahap Pelaksanaan
Pelatihan.
a.
Tahap Persiapan
Persiapan operasional
ini antara lain meliputi:
1.
Pemberitahuan/Undangan
kepada peserta;
2.
Pemberitahuan/Undangan
kepada Fasilitator/Nara Sumber;
3.
Menetapkan tempat
penyelenggaraan dan fasilitas yang tersedia
4.
Mempersiapkan
Kelengkapan Bahan Pelatihan.
5.
Mempersiapkan Konsumsi;
b.
Tahap Pelaksanaan Pelatihan
Secara umum, alur pokok
yang ditempuh dalam pelaksanaan pelatihan adalah sebagai berikut di bawah ini:
1. Pembukaan Pelatihan;
2. Pencairan Suasana.
3. Pembahasan Materi
Pelatihan;
4. Rangkuman, Evaluasi
dan Tindak Lanjut pelatihan
9.
Evaluasi Program
Pelatihan
Evaluasi pelatihan
dilakukan dengan tujuan:
a.
Menemukan bagian-bagian
mana saja dari suatu pelatihan yang berhasil mencapai tujuan, serta
bagian-bagian yang tidak mencapai tujuan atau kurang berhasil sehingga dapat
dibuat langkah-langkah perbaikan yang diperlukan.
b.
Memberi kesempatan
kepada peserta untuk menyumbangkan pemikiran dan saran saran serta penilaian
terhadap efektifitas program pelatihan yang dilaksanakan.
c.
Mengetahui sejauh mana
dampak kegiatan pelatihan terutama yang berkaitan dengan terjadinya perilaku di
kemudian hari.
d.
Identifikasi kebutuhan
pelatihan untuk merancang dan merencanakan kegiatan pelatihan selanjutnya. Atas dasar ini, maka kegiatan evaluasi
pelatihan dapat berupa :
·
Evaluasi Proses Pelatihan
Evaluasi proses adalah evaluasi yang dilakukan terhadap langkah-langkah
kegiatan selama proses pelatihan berlangsung. Evaluasi proses dilakukan dengan
mengungkapkan pendapat seluruh peserta tentang Fasilitator, Peserta, Materi/Isi,
dan proses pelatihan. Pada umumnya
evaluasi proses pelatihan dapat dilakukan dengan beberapa model atau cara,
yaitu : Evaluasi harian, Evaluasi mingguan dan Evaluasi akhir
·
Evaluasi Hasil Pelatihan
Evaluasi hasil pelatihan berguna untuk mengetahui dan mengukur
akibat-akibat yang ditimbulkan oleh suatu tindakan pelatihan.
10. Tindak Lanjut Pelatihan
Rencana Tindak Lanjut pelatihan adalah setiap upaya atau kegiatan yang
dilakukan oleh peserta pelatihan setelah kegiatan pelatihan selesai. Rencana
Tindak Lanjut hendaknya dibuat secara spesifik dan realistis sesuai dengan
tanggung jawabnya. Dalam menyusun Rencana Tindak Lanjut, pada umumnya akan
mencakup hal-hal sebagai berikut:
- "Apa", yaitu menyangkut jenis kegiatan yang dapat dilakukan di dalam
kegiatan sehari-hari di tempat kerjanya.
- "Bagaimana", yaitu cara atau langkah-langkah yang harus ditempuh sehingga apa
dapat terlaksana dengan baik dan benar.
- "Siapa", yaitu
menyebutkan pihak terkait (stakeholder) siapa saja yang harus dan perlu
dilibatkan dalam melakukan kegiatan tindak lanjut. masyarakat, staf yang
lain atau pimpinan lembaga.
- "Kapan", yaitu menjelaskan dan menguraikan tentang batasan waktu kapan
akan dimulai dan kapan akan berakhir.
- "Dimana", yaitu menyebutkan dimana kegiatan tersebut akan dilakukan. Apakah
akan dilakukan di lapangan dengan guru dan perangkat sekolah lainnya
ataukah akan dilakukan di tempat kerjanya atau di unit kerjanya sendiri,
di unit yang lain atau akan diterapkan di luar lembaga lain yang terlibat
di dalamnya.
Berdasarkan Rencana
Tindak Lanjut sebagaimana diuraikan tersebut di atas, maka akan dengan mudah
pihak yang bertanggung jawab terhadap program pelatihan untuk mengetahui
keluaran dan hasil serta dampak pelatihan.
Dengan demikian jelas
bahwa tanggung jawab dampak pelatihan tidak hanya ada di pundak fasilitator
atau penyelenggara pelatihan. Yang paling penting adalah komitmen dan dukungan
dari semua pihak, khususnya pimpinan lembaga atau instansi sehingga
"pengetahuan dan ketrampilan" yang di dapat selama pelatihan bisa
diterapkan sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.
Agar supaya hasil
pelatihan mempunyai dampak yang signifikan, maka peluang yang kondusif untuk
mempraktekkannya dalam pekerjaan sehari-hari perlu diciptakan. Karena
seringkali ditemukan banyak peserta pelatihan tidak bisa mempraktekkannya
karena sistem lain yang kurang mendukung. Untuk itu maka proses perlu dilakukan
secara terus menerus guna melakukan perbaikan secara bertahap dan
berkesinambungan.
No comments:
Post a Comment