Tuesday, February 27, 2018

Gambaran Metode Kerja Kelompok


Metode kerja kelompok adalah sebagai salah satu teknik atau strategi dalam belajar mengajar, yaitu suatu mengajar dimana siswa didalam kelas dipandang sebagai suatu kelompok atau dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap siswa dibagi menjadi 5 (lima) atau 7 (tujuh) siswa, mereka bekerja sama dalam memecahkan masalah atau melaksanakan tugas tertentu dan berusaha mencapai tujuan pengajaran yang telah ditentukan pula oleh guru. Cilstrap dan Martin (2008 : 15) memberikan pengertian metode kerja kelompok sebagai kegiatan sekelompok siswa yang biasanya berjumlah kecil, yang diorganisir untuk kepentingan belajar. Keberhasilan kerja kelompok ini menuntut kegiatan yang kooperatif dari beberapa individu tersebut.
Menurut Cilstrap dan Martin (2008:16) pengelompokan pada metode kerja kelompok itu biasanya didasarkan pada :
1.      Adanya alat pelajaran yang tidak mencukupi jumlahnya.
      Agar penggunaannya dapat lebih efisien dan efektif, maka siswa perlu        dijadikan kelompok – kelompok kecil. Karena bila seluruh siswa sekaligus             menggunakan alat – alat itu tidak mungkin, tanpa saling menunggu             gilirannya.
2.      Kemapuan belajar siswa Didalam satu kelas kemampuan belajar siswa tidak sama.
      Siswa yang pandai didalam bahasa Inggris, belum tentu pandai dalam         pelajaran sejarah. Dengan adanya perbedaan kemampuan belajar itu, maka perlu dibentuk kelompok menurut kemampuan belajar masing – masing,       agar setiap siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuannya.
3.      Minat khusus
      Setiap individu memiliki minat khusus yang perlu dikembangkan hal mana             yang satu pasti berbeda dengan yang lain. Tetapi tidak menutup   kemungkinan ada anak yang minat khususnya sama, sehingga       memungkinkan dibentuknya kelompok, agar mereka dapat dibina    mengembangkan bersama minat khusus tersebut.
4.      Memperbesar partisipasi siswa
      Disekolah pada tiap kelas biasanya jumlah siswa terlalu banyak dan kita      tahu bahwa jumlah jam pelajaran adalah sangat terbatas sehingga dalam     jam pelajaran yang sedang berlangsung sukar sekali untuk guru akan       mengikutsertakan setiap murid dalam kegiatan itu. Bila itu terjadi siswa      yang ditunjuk guru akan aktif, yang tidak disuruh akan tetap pasif saja. Karena itulah bila berkelompok dan diberikan tugas yang sama pada       masing – masing kelompok, maka banyak kemungkinan siswa ikut serta      melaksankan dan memecahkannya.
5.      Pembagian tugas atau pekerjaan
      Didalam kelas bila guru menghadapi suatu masalah yang meliputi    berbagai persoalan, maka perlu tugas membahas masing – masing          persoalan pada kelompok, sesuai dengan jumlah persoalan yang akan       dibahas. Dengan demikian masing – masing kelompok harus membahas      tugas yang diberikan itu.
6.      Kerjasama yang efektif
      Dalam kelompok siswa harus bisa bekerjasama, mampu menyesuaikan         diri, menyeimbangkan pikiran, pendapat, atau tenaga untuk kepentingan            bersama. Sehingga mencapai suatu tujuan untuk bersama pula.
Sedangkan penerapan metode kerja kelompok yang biasa dilakukan oleh guru untuk dapat mengelompokan peserta didiknya secara arif dan professional pengelompokan peserta didik dalam suatu kelompok dapat didasarkan pada :
a.       Fasilitas yang tersedia.
b.      Perbedaan individual dalam minat belajar dan kemampuan belajar.
c.       Jenis pekerjaan yang diberikan.
d.      Wilayah tempat tinggal peserta didik.
e.       Jenis kelamin
f.       Memperbesar partisipasi peserta didik dalam kelompok.
g.      Berdasarkan pada lotre
Sedangkan kelebihan dan kelemahan kerja kelompok (Cilstrap dan Martin, 2008:18):
Kelebihan pada metode kerja kelompok
a.       Dapat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah.
b.      Dapat memberikan kesempatan pada para siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai sesuatu kasus atau masalah.
c.       Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi
d.      Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu serta kebutuhannya belajar.
e.       Para siswa lebih aktif tergabung dalam pelajaran mereka, dan mereka lebih aktif berpartisipasi dalam diskusi.
f.       Dapat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengembangkan rasa menghargai dan menghormati pribadi temannya, menghargai pendapat orang lain ; hal mana mereka telah saling membantu kelompok dalam usahanya mencapai tujuan bersama.
Kelemahan dalam metode kerja kelompok
a.       Kerja kelompok sering hanya melibatkan kepada siswa yang mampu sebab mereka cakap memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang.
b.      Strategi ini kadang – kadang menuntut pengaturan tempat duduk yang berbeda – beda dan gaya mengajar yang berbeda pula.
c.       Keberhasilan strategi kerja kelompok ini tergantung pada kemampuan siswa memimpin kelompok atau untuk bekerja sendiri.
Bentuk-bentuk metode kerja kelompok adalah:
a.       Kerja kelompok berjangka pendek
            Berikut ini dapat disebut pula “ rapat kilat “ karena hanya mengambil          waktu kurang lebih 15 menit, yang mempunyai tujuan untuk memecahkan persoalan khusus yang terdapat pada suatu masalah. Umpamanya ketika             instruktur menjelaskan suatu pelajaran terdapat suatu masalah yang perlu    didiskusikan. Guru dapat menunjuk beberapa siswa, atau membagi kelas          menjadi beberapa kelompok untuk membahas masalah itu dalam waktu yang singkat.
b.      Kerja kelompok berjangka panjang
            Pekerjaan disini memakan waktu yang panjang, misalnya memakan waktu 2 hari, satu minggu atau mungkin 3 bulan tergantung pada luas dan       banyaknya tugas yang harus diselesaikan siswa. Apabila siswa telah             menyelesaikan tugasnya didalam suatu kelompok, ia boleh memilih             membantu kelompok lain sesuai dengan minat mereka.
            Kerja kelompok berjangka panjang dapat dilaksanakan dengan tujuan
1)      Membahas masalah yang benar – benar ada didalam masyarakat, umpamanya : masalah koprasi, lingkungan sehat, pembuangan sampah dan lain sebagainya. Masalah itu dibahas agar siswa mengetahui, memahami dan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk memecahkan masalah- masalah yang ada didalam masyarakat tersebut.
2)      Memotivasi siswa kearah kegiatan – kegiatan yang berhubungan dengan masyarakat. Misalnya : penerangan tentang makanan sehat, penggunaan metode mengajar yang lebih efisien. Jadi dengan kerja kelompok disini siswa dapat menerapkan teori yang dipelajari disekolah kedalam praktek kehidupan sehari –hari, disamping dapat menyumbangkan pemikirannya atau ide – idenya serta tenaganya bagi masyarakat sekitarnya.
3)      Dengan melaksanakan kerja kelompok memberi pengalaman kepada siswa untuk mengenal kepemimpinan, seperti membuat rencana sebelum melakukan suatu pekerjaan, membagi pekerjaan memecahkan masalah, menyelesaikan tugas dengan cara bekerja bersama.
4)      Dengan bekerja sama itu siswa dapat mengumpulkan bahan – bahan informasi atau data lebih banyak tentang berbagai jenis aspek suatu masalah didalam waktu relatif singkat
c.       Kerja kelompok campuran
            Disini siswa dibagi menjadi kelompok – kelompok yang disesuaikan           dengan kemampuan belajar siswa. Dalam kerja kelompok ini siswa diberi           kesempatan untuk bekerja sesuai dengan kemampuan masing – masing             sehingga kelompok yang pintar dapat selesai terlebih dahulu tidak usah       menunggu kelompok yang lain. Kelompok siswa yang agak lamban    dijinkan menyelesaikan tugasnya dalam waktu yang sesuai dengan             kemampuanya. Agar kerja kelompok campuran itu mencapai sasaran guru   perlu memperhatikan hal – hal berikut : guru harus menyediakan tugas         atau kegiatan belajar yang sesuia dengan kemampuan belajar setiap             kelompok kemudian setiap tugas harus disusun sedemikian rupa sehingga   setiap kelompok dapat mengerjakan sendiri tanpa bantuan orang lain atau    guru. Akhirnya guru harus memberi petunjuk yang jelas, sehingga siswa            tahu apa yang harus dilakukan dan apa yang diharapkan dari mereka           masing – masing.
Supaya kerja kelompok dapat lebih berhasil, maka harus melalui langkah – langkah sebagai berikut :
a.       Menjelaskan tugas kepada siswa
b.      Menjelaskan apa tujuan kerja kelompok itu
c.       Membagi siswa menjadi beberapa kelompok
d.      Setiap kelompok menunjuk seorang pencatat yang akan membuat laporan tentang kemajuan dan hasil kerja kelompok tersebut
e.       Guru berkeliling selama kerja kelompok itu berlangsung bila perlu memberi saran atau pertanyaan.
f.       Guru membantu menyimpulkan kemajuan dan menerima hasil kerja kelompok


Monday, February 26, 2018

Supervisi Akademik


Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran Glickman (1981).  Sementara itu,  Daresh (1989) menyebutkan bahwa supervisi akademik merupakan upaya membantu guru-guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian,  esensi supervisi akademik itu sama sekali bukan menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, melainkan membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalismenya. Meskipun demikian, supervisi akademik tidak bisa terlepas dari penilaian unjuk kerja guru dalam mengelola pembelajaran. Apabila di atas dikatakan, bahwa supervisi akademik merupakan serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran, maka menilai unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran merupakan salah satu kegiatan yang tidak bisa dihindarkan prosesnya (Sergiovanni, 1987). Penilaian unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran sebagai suatu proses pemberian estimasi kualitas unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, merupakan bagian integral dari serangkaian kegiatan supervisi akademik. Apabila dikatakan bahwa supervisi akademik merupakan serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya, maka dalam pelaksanaannya terlebih dahulu perlu diadakan penilaian kemampuan guru, sehingga bisa ditetapkan aspek yang perlu dikembangkan dan cara mengembangkannya.
Sergiovanni (1987) menegaskan bahwa refleksi praktis penilaian unjuk kerja guru dalam supervisi akademik adalah melihat realita kondisi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, misalnya:  Apa yang sebenarnya terjadi di dalam kelas? Apa yang sebenarnya dilakukan oleh guru dan murid-murid di dalam kelas? Aktivitas-aktivitas mana dari keseluruhan aktivitas di dalam kelas itu yang berarti bagi guru dan murid?  Apa yang telah dilakukan oleh guru dalam mencapai tujuan akademik? Apa kelebihan dan kekurangan guru dan bagaimana cara mengembangkannya?. Berdasarkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan ini akan diperoleh informasi mengenai kemampuan guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran. Namun satu hal yang perlu ditegaskan di sini, bahwa setelah melakukan penilaian unjuk kerja guru tidak berarti selesailah tugas atau kegiatan supervisi akademik, melainkan harus dilanjutkan dengan perancangan dan pelaksanaan pengembangan kemampuannya. Dengan demikian, melalui supervisi akademik guru akan semakin mampu memfasilitasi belajar bagi murid-muridnya. Alfonso, Firth, dan Neville (1981) menegaskan “Instructional supervision is here in defined as: behavior officially designed by the organization that directly affects teacher behavior in such a way to facilitate pupil learning and achieve the goals of organization”.
Menurut Alfonso, Firth, dan Neville, ada tiga konsep pokok (kunci) dalam pengertian supervisi akademik.
a)      Supervisi akademik harus secara langsung mempengaruhi dan mengembangkan perilaku guru dalam mengelola proses pembelajaran. Inilah karakteristik esensial supervisi akademik. Sehubungan dengan ini, janganlah diasumsikan secara sempit, bahwa hanya ada satu cara terbaik yang bisa diaplikasikan dalam semua kegiatan pengembangan perilaku guru. Tidak ada satupun perilaku supervisi akademik yang baik dan cocok bagi semua guru (Glickman, 1981). Tegasnya, tingkat kemampuan, kebutuhan, minat, dan kematangan profesional serta karakteristik personal guru lainnya harus dijadikan dasar pertimbangan dalam mengembangkan dan mengimplementasikan program supervisi akademik (Sergiovanni, 1987 dan Daresh, 1989).
b)      Perilaku supervisor dalam membantu guru mengembangkan kemampuannya harus didesain secara ofisial, sehingga jelas waktu mulai dan berakhirnya program pengembangan tersebut. Desain tersebut terwujud dalam bentuk program supervisi akademik yang mengarah pada tujuan tertentu. Oleh karena supervisi akademik merupakan tanggung jawab bersama antara supervisor dan guru, maka alangkah baik jika programnya didesain bersama oleh supervisor dan guru.
c)      Tujuan akhir supervisi akademik adalah agar guru semakin mampu memfasilitasi belajar bagi murid-muridnya.
Tujuan supervisi akademik adalah membantu guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran yang dicanangkan bagi murid-muridnya (Glickman, 1981). Melalui supervisi akademik diharapkan kualitas akademik yang dilakukan oleh guru semakin meningkat (Neagley, 1980). Pengembangan kemampuan dalam konteks ini janganlah ditafsirkan secara sempit, semata-mata ditekankan pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan mengajar guru, melainkan juga pada peningkatan komitmen (commitmen) atau kemauan (willingness) atau motivasi (motivation) guru, sebab dengan meningkatkan kemampuan dan motivasi kerja guru, kualitas pembelajaran akan meningkat.
Sedangkan menurut Sergiovanni (1987) ada tiga tujuan supervisi akademik, yaitu:
a)      Supervisi akademik diselenggarakan dengan maksud membantu guru mengembangkan kemampuannya profesionalnnya dalam memahami akademik, kehidupan kelas, mengembangkan keterampilan mengajarnya dan menggunakan kemampuannya melalui teknik-teknik tertentu.
b)      Supervisi akademik diselenggarakan dengan maksud untuk memonitor kegiatan belajar mengajar di sekolah. Kegiatan memonitor ini bisa dila-kukan melalui kunjungan kepala sekolah ke kelas-kelas di saat guru sedang mengajar, percakapan pribadi dengan guru, teman sejawatnya, maupun dengan sebagian murid-muridnya.
c)      Supervisi akademik diselenggarakan untuk mendorong guru menerapkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas-tugas mengajarnya, mendorong guru mengembangkan kemampuannya sendiri, serta mendorong guru agar ia memiliki perhatian yang sungguh-sungguh (commitment) terhadap tugas dan tanggung jawabnya.
Menurut Alfonso, Firth, dan Neville (1981) supervisi akademik yang baik adalah supervisi  yang mampu berfungsi mencapai multitujuan tersebut di atas. Tidak ada keberhasilan bagi supervisi akademik jika hanya memerhatikan salah satu tujuan tertentu dengan mengesampingkan tujuan lainnya. Hanya dengan merefleksi ketiga tujuan inilah supervisi akademik akan berfungsi mengubah perilaku mengajar guru. Pada gilirannya nanti perubahan perilaku guru ke arah yang lebih berkualitas akan menimbulkan perilaku belajar murid yang lebih baik. Alfonso, Firth, dan Neville (1981) mengemukakan bahwa perilaku supervisi akademik secara langsung berhubungan dan berpengaruh terhadap perilaku guru. Ini berarti, melalui supervisi akademik, supervisor mempengaruhi perilaku mengajar guru sehingga perilakunya semakin baik dalam mengelola proses belajar mengajar. Selanjutnya perilaku mengajar guru yang baik itu akan mempengaruhi perilaku belajar murid. Dengan demikian, bisa disimpulkan bahwa tujuan akhir supervisi akademik adalah terbinanya perilaku belajar murid yang lebih baik.
Berkaitan  dengan prinsip-prinsip supervisi akademik, akhir-akhir ini, beberapa literatur telah banyak mengungkapkan teori supervisi akademik sebagai landasan bagi setiap perilaku supervisi akademik. Beberapa istilah, seperti demokrasi (democratic), kerja kelompok (team effort), dan proses kelompok (group process) telah banyak dibahas dan dihubungkan dengan konsep supervisi akademik. Pembahasannya semata-mata untuk menunjukkan kepada kita bahwa perilaku supervisi akademik itu harus menjauhkan diri dari sifat otoriter, di mana supervisor sebagai atasan dan guru sebagai bawahan. Begitu pula dalam latar sistem persekolahan, keseluruhan anggota (guru) harus aktif berpartisipasi, bahkan sebaiknya sebagai prakarsa, dalam proses supervisi akademik, sedangkan supervisor merupakan bagian darinya.  Semua ini merupakan prinsip-prinsip supervisi akademik modern yang harus direalisasikan pada setiap proses supervisi akademik di sekolah-sekolah.
Selain tersebut di atas, berikut ini ada beberapa prinsip lain yang harus diperhatikan dan direalisasikan oleh supervisor dalam melaksanakan supervisi akademik, yaitu:
a)      Supervisi akademik harus mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis. Hubungan kemanusiaan yang harus diciptakan harus bersifat terbuka, kesetiakawanan, dan informal. Hubungan demikian ini bukan saja antara supervisor dengan guru, melainkan juga antara super- visor dengan pihak lain yang terkait dengan program supervisi akademik. Oleh sebab itu, dalam pelaksanaannya supervisor harus memiliki sifat-sifat, seperti sikap membantu, memahami, terbuka, jujur, ajeg, sabar, antusias, dan penuh humor (Dodd, 1972).
b)      Supervisi akademik harus dilakukan secara berkesinambungan. Supervisi akademik bukan tugas bersifat sambilan yang hanya dilakukan sewaktu-waktu jika ada kesempatan. Perlu dipahami bahwa supervisi akademik merupakan salah satu essential function dalam keseluruhan program sekolah (Alfonso dkk., 1981 dan Weingartner, 1973). Apabila guru telah berhasil mengembangkan dirinya tidaklah berarti selesailah tugas supervisor, melainkan harus tetap dibina secara berkesinambungan. Hal ini logis, mengingat problema proses pembelajaran selalu muncul dan berkembang.
c)      Supervisi akademik harus demokratis. Supervisor tidak boleh mendominasi pelaksanaan supervisi akademiknya. Titik tekan supervisi akademik yang demokratis adalah aktif dan kooperatif. Supervisor harus melibatkan secara aktif guru yang dibinanya. Tanggung jawab perbaikan program akademik bukan hanya pada supervisor melainkan juga pada guru. Oleh sebab itu, program supervisi akademik sebaiknya direncana- kan, dikembangkan dan dilaksanakan bersama secara kooperatif dengan guru, kepala sekolah, dan pihak lain yang terkait di bawah koordinasi supervisor.
d)     Program supervisi akademik harus integral dengan program pendidikan. Di dalam setiap organisasi pendidikan terdapat bermacam-macam sistem perilaku dengan tujuan sama, yaitu tujuan pendidikan. Sistem perilaku tersebut antara lain berupa sistem perilaku administratif, sistem perilaku akademik, sistem perilaku kesiswaan, sistem perilaku pengembangan konseling, sistem perilaku supervisi akademik (Alfonso, dkk., 1981). Antara satu sistem dengan sistem lainnya harus dilaksanakan secara integral. Dengan demikian, maka program supervisi akademik integral dengan program pendidikan secara keseluruhan. Dalam upaya perwujudan prinsip ini diperlukan hubungan yang baik dan harmonis antara supervisor dengan semua pihak pelaksana program pendidikan (Dodd, 1972).
e)      Supervisi akademik harus komprehensif. Program supervisi akademik harus mencakup keseluruhan aspek pengembangan akademik, walaupun mungkin saja ada penekanan pada aspek-aspek tertentu berdasarkan hasil analisis kebutuhan pengembangan akademik sebelumnya. Prinsip ini tiada lain hanyalah untuk memenuhi tuntutan multi tujuan supervisi akademik, berupa pengawasan kualitas, pengembangan profesional, dan memotivasi guru.
f)       Supervisi akademik harus konstruktif. Supervisi akademik bukanlah sekali-kali untuk mencari kesalahan-kesalahan guru. Memang dalam proses pelaksanaan supervisi akademik itu terdapat kegiatan penilaian unjuk kerjan guru, tetapi tujuannya bukan untuk mencari kesalahan-kesalahannya. Supervisi akademik akan mengembangkan pertumbuhan dan kreativitas guru dalam memahami dan memecahkan problem-problem akademik yang dihadapi.
g)      Supervisi akademik harus obyektif. Dalam menyusun, melaksanakan, dan mengevaluasi, keberhasilan program supervisi akademik harus obyektif. Objektivitas dalam penyusunan program berarti bahwa program supervisi akademik itu harus disusun berdasarkan kebutuhan nyata pengembangan profesional guru. Begitu pula dalam mengevaluasi keberhasilan program supervisi akademik. Di sinilah letak pentingnya instrumen pengukuran yang memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi untuk mengukur seberapa kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran.
Para pakar pendidikan telah banyak menegaskan bahwa seseorang akan bekerja secara profesional apabila ia memiliki kompetensi yang memadai.  Seseorang tidak akan bisa bekerja secara profesional apabila ia hanya memenuhi salah satu kompetensi di antara sekian kompetensi yang dipersyaratkan. Kompetensi tersebut merupakan perpaduan antara kemampuan dan motivasi. Betapapun tingginya kemampuan seseorang, ia tidak akan bekerja secara profesional apabila ia tidak memiliki motivasi kerja yang tinggi dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Sebaliknya, betapapun tingginya motivasi kerja seseorang, ia tidak akan bekerja secara profesional apabila ia tidak memiliki kemampuan yang tinggi dalam mengerjakan tugas-tugasnya.
Supervisi akademik yang baik harus mampu membuat guru semakin kompeten, yaitu guru semakin menguasai kompetensi, baik kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Oleh karena itu, supervisi akademik harus menyentuh pada pengembangan seluruh kompetensi guru.  Menurut Neagley (1980) terdapat dua aspek yang harus menjadi perhatian supervisi akademik baik dalam perencanaannya, pelaksanaannya, maupun penilaiannya.
Pertama, apa yang disebut dengan substantive aspects of professional development (yang selanjutnya akan disebut dengan aspek substantif). Aspek ini menunjuk pada kompetensi guru yang harus dikembangkan melalui supervisi akademik. Aspek ini menunjuk pada kompetensi yang harus dikuasai guru. Penguasaannya merupakan sokongan terhadap keberhasilannya mengelola proses pembelajaran. Ada empat kompetensi guru yang harus dikembangkan melalui supervisi akademik, yaitu yaitu kompetensi-kompetensi kepribadian, pedagogik, professional, dan sosial. Aspek substansi pertama dan kedua merepresentasikan nilai, keyakinan, dan teori yang dipegang oleh guru tentang hakikat pengetahuan, bagaimana murid-murid belajar, penciptaan hubungan guru dan murid, dan faktor lainnya. Aspek ketiga berkaitan dengan seberapa luas pengetahuan guru tentang materi atau bahan pelajaran pada bidang studi yang diajarkannya.

Kedua, apa yang disebut dengan professional development competency areas (yang selanjutnya akan disebut dengan aspek kompetensi). Aspek ini menunjuk pada luasnya setiap aspek substansi. Guru tidak berbeda dengan kasus profesional lainnya. Ia harus mengetahui bagaimana mengerjakan (know how to do) tugas-tugasnya. Ia harus memiliki pengetahuan tentang bagaimana merumuskan tujuan akademik, murid-muridnya, materi pelajaran, dan teknik akademik. Tetapi, mengetahui dan memahami keempat aspek substansi ini belumlah cukup. Seorang guru harus mampu menerapkan pengetahuan dan pemahamannya. Dengan kata lain, ia harus bisa mengerjakan (can do). Selanjutnya, seorang guru harus mau mengerjakan (will do) tugas-tugas berdasarkan kemampuan yang dimilikinya. Percumalah pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh seorang guru, apabila ia tidak mau mengerjakan tugas-tugasnya dengan sebaik-baiknya. Akhirnya seorang guru harus mau mengembangkan (will grow) kemampuan dirinya sendiri.

Dunia Pendidikan : Kepala Sekolah dan Sistem Kerja


Tanggung jawab seorang kepala sekolah adalah tercapai hasil sebaik mungkin dengan mengkoordinasikan sitem kerja pada unit kejanya secara efektif. Suatu sistem, kerja secara sederhana dapat digambarkan dalam hubungan kondisi proses hasil sebagai berikut :
Penjelasan Sistem Kerja Kepala Sekolah
Kondisi: Semua masukan yang diperlukan sebagai kondisi dalam proses seperti faktor lingkungan kerja (baik fisik maupun non fisik), diantaranya SDM, ruangan belajar dan bekerja, peralatan belajar mengajar, struktur organisasi, prosedur, intruksi, kebijakan pemerintah (kurikulum), hubungan antar pribadi dana suasana kerja.
Proses : Semua kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai hasil (keluaran) misalnya bila sekolah ditinjau sebagai suatu sistem, maka proses disini adalah interaksi sernua komponen sekolah dalam pembelajaran.
Hasil : hasil adalah keluaran, yaitu segala sesuatu yang dihasilkan dari proses kerja. Misalnya : barang dan jasa tertentu atau laporan mengenal pelaksanaan pekerjaan. Hasil sekolah sebagai sistem adalah lulusan sekolah.
Balikan formatif : balikan (feedback) formatif adalah informasi yang digunakan untuk mempengaruhi kualitas hasil balikan ini mengharuskan adanya perubahan dalam cara menghasilkan perubahan tertentu, sebagai contoh kepala sekolah meminta agar guru menggunakan tehnik mengajar tertentu dalam mengajar.
Balikan motivatif : informasi yang digunakaan untuk mempengaruhi kualititas hasil / keluaran. Informasi ini untuk meningkatkan kecapatan bekerja misalnya, kepala sekola memuji seorang guru yang bekerja dengan baik dalam menangani keluhan orang tua peserta didik.
Kepala Sekolah Sebagai Manajer

Kepala Sekolah Sebagai Manajer di Sekolah


Antara kepemimpinannya dan manajerial tidak dapat dipisahkan. Kepemimpinan akan menjiwai manajer dalam melaksanakan tugasnya. Tugas kepala sekolah sering dirumuskan sebagai EMASLIM, artinya educator (pendidikan), manager, administrator, supervisor, leader (pemimpin), inovator (pencipta), dan motivator (pendorong). Dalam melaksanakan ketujuh tugas itulah kepemimpinan akan ditetapkan. Dengan kata lain, kepeminpinan harus terpadu dalam pelaksanaan ketujuh tugas tersebut.
Sejalan dengan implementasi konsep MBS, maka semakin penting peran kepala sekolah sebagai manajer (pengelola) Pendidikan disatuan sekolah dalam upaya meningkatkan mutu sekolah. Sebagai seorang manajer aktifitasnya harus melakukan manajemen (mengelola) sekolah yang berorientasi pada pencapaian tujuan pendidikan.

 
Dalam pengelolaan sekolah hendaknya melalui berbagai kegiatan (aktivitas), sebagaimana dikemukakan oleh A.Tabrani Rusyan “Pada umumnya kegiatan manajer atau aktivitas manajemen itu adalah : Planing, Organizing, Staffing, Directing dan Controlling”. (1997 : 20). Sedangkan Dadi Permadi Berpendapat "Prinsip Prinsip manajemen yang lama dirumuskan dengan POAC (Planning, Organizing, Actuating dan Controlling). Dalam manajemen yang modern sudah berubah dimana sebelum membuat perencanaan sebaiknya didahului dengan mengkaji informasi informasi yang relevan. Dan kedua pendapat di atas pada prinsipnya mempunyai kesamaan pendapat bahwa dalam rangka pengelolaan sekolah tidak lepas dari perencanaan, pengorganisasian dan pengawasan, yang pada manajemen modern sebelum memulai langkah tersebut perlu mengkaji sumber informasi terutama relevansinya dengan perubahan perubahan (inovasi).
Oleh karena itu, peran kepala sekolah sebagai manajer mempunyai tugas dan kewjiban sebagai berikut
1.      Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia;
2.      Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama;
3.      Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, sekolah dan pemerintah tentang mutu sekolah;

4.      Meningkatkan kompetensi yang sehat antar sekolah untuk pencapaian mutu yang diharapkan.

OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK)




Perubahan yang paling fundamental dalam struktur sistem keuangan tersebut adalah ditiadakannya fungsi Dewan Moneter yang sebelumnya dikenal dalam sistem moneter Indonesia. Perubahan sistem sistem tersebut disebabkan karena terjadinya pengalihan status Bank Indonesia menjadi lembaga independen dan berfungsi sebagai otoritas tunggal dibidang moneter dan perbankan berdasarkan Undang-Undang Nomoer 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Demikian juga, Otoritas Jasa Keuangan menurut Undang-undang merupakan lembaga independen yang berfungsi sebagai salah satu otoritas keuangan yang akan melaksanakan fungsi pengaturan, pengawasan, dan pembinaan Lembaga-Lembaga Keuangan Hukum Bukan Bank (LKBB) selain sektor perbankan. (Kasmir, 2014)
Otoritas keuangan yang nantinya akan memiliki peran dalam pengaturan dan pengawasan dibidang keuangan dan perbankan terdiri dari :
a.       Bank Indonesia
b.      Pemerintah (Departemen Keuangan
c.       Otoritas Jasa Keuangan (RUU-nya dalam proses pembahasan)
d.      Lembaga Penjamin Simpanan
Tujuan OJK adalah agar keseluruhan kegiatan jasa keuangan:
a.       Terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel
b.      Mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil
c.       Mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.
Adapun fungsi, tugas dan wewenang OJK adalah :
1.      Fungsi OJK berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sector jasa keuangan
2.      Tugas OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan yaitu :
a.       Perbankan
b.      Pasar modal
c.       Asuransi
d.      Dana pension
e.       Lembaga pembiayaan
f.       Pegadaian
g.      Lembaga penjaminan
h.      Lembaga pembiayaan ekspor Indonesia
i.        Perusahaan pembiayaan Sekunder perumahan
j.        Penyelenggara program jaminan sosial, pension dan kesejahteraan
3.      Wewenang OJK adalah :
a.       Tugas Pengaturan
b.      Tugas Pengawasan


RESUME LEMBAGA KEUANGAN INTERNASIONAL




            Lembaga keuangan internasional didirikan untuk menangani masalah-masalah keuangan yang bersifat internasional, baik berupa bantuan pinjaman atau bantuan lainnya. Pemberian bantuan yang dilakukan oleh lembaga keuangan internasional dapat bersifat lunak dan jangka waktu pengembaliannya relative panjang (Kasmir, 2014).
            Adapun lembaga keuangan yang memiliki peranan sangat penting dalam pembangunan internasional adalah :
1.      Bank Dunia
Bank dunia memiliki dua keanggotaan yang memiliki keanggotaan :
a.       International Finance Corporation (IFC)
b.      International Development Association (IDA)
2.      Bank Pembangunan Asia
Kegiatan Bank Pembangunan Asia diantaranya :
a.       Memberikan bantuan pinjaman untuk berbagai proyek, baik mata uang local maupun mata uang asing
b.      Memberikan bantuan teknik seperti :
-          Penyediaan jasa konsultasi
-          Penyediaan jasa tenaga ahli
3.      International Monetary Fund (IMF)
Adapun tujuan didirikannya IMF adalah :
a.       Menjadi tempat secara permanen bagi pertemuan-pertemuan dan perundingan untuk mencapai kerja sama internasional dalam bidang keuangan
b.      Membantu memperluas perdagangan internasional yang seimbang diantara para anggotanya dan membantu  perekonomian para anggotanya
c.       Berusaha meniadakan competitive depresiations dan mengusahakan tercapainya stable exchange rate
d.      Menghilangkan exchange restriction
e.        Membantu para anggota yang mengalami kesukaran dalam pinjaman luar negeri
f.       Mengurangi waktu dan besarnya disekuibrium dalam neraca pembayaran negara anggota IMF. (Kasmir, 2014)

Di kalangan pelaku pasar modal dunia, nama Merryl Lynch, JP Morgan, UBS grup, Lehman Brothers, Goldman Sach merupakan lembaga-lembaga yang mempengaruhi pasar keuangan dunia. Tahun 2000 Merryl Lynch yang berbasis di New York mengelola dana 1,68 triliun US $. Kurang lebih 1,5% dana para klien Merril ini cukup untuk menguasai seluruh saham di Bursa Efek Jakarta.(Irmayanto, dkk, 2011)


Simbol Bilangan atau Angka

  a. Pengertian Angka Memahami suatu angka dapat membantu manusia untuk melakukan banyak perhitungan mulai dari yang sederhana maupaun y...

Blog Archive