BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Secara etimologi
kata genetika berasal dari kata genos dalam bahasa latin, yang berarti asal
mula kejadian. Namun, genetika bukanlah ilmu tentang asal mula kejadian
meskipun pada batas-batas tertentu memang ada kaitannya dengan hal itu juga.
Genetika adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk alih informasi hayati dari
generasi ke generasi. Oleh karena cara berlangsungnya alih informasi hayati
tersebut mendasari adanya perbedaan dan persamaan sifat diantara individu
organisme, maka dengan singkat dapat pula dikatakan bahwa genetika adalah ilmu
tentang pewarisan sifat. Dalam ilmu ini dipelajari bagaimana sifat keturunan
(hereditas) itu diwariskan kepada anak cucu, serta variasi yang mungkin
timbul di dalamnya.
Ilmu ini tidak
cocok diterjemah dengan ilmu kebakaran, karena sebagaimana tampak nanti, bahan
sifat keturunan itu tidaklah bersifat baka. Selalu mengalami perubahan,
berangsur atau mendadak. Seluruh makluk bumi mengalami evolusi termasuk
manusia. Evolusi itu terjadi karena perubahan bahan sifat keturunan, dan
dilaksanakan oleh seleksi alam.
Genetika perlu
dipelajari agar kita dapat mengetahui sifat-sifat keturunan kita sendiri serta
setiap makhuk hidup yang berada di lingkungan kita. Kita sebagai manusia tidak
hidup autonom dan terinsolir dari makhuk lain sekitar kita tapi kita menjalin
ekosistem dengan mereka, karena itu selain kita harus mengetahui sifat-sifat
menurun dalam tubuh kita, juga pada tumbuhan dan hewan. Lagi pula
prinsip-prinsip genetika itu dapat disebut sama saja bagi seluruh makluk.
Karena manusia sulit dipakai sebagai objek atau bahan percobaan genetis, kita
mempelajari hukum-hukumnya lewat sifat menurun yang terkandung dalam
tumbuh-tumbuhan dan hewan sekitar. Genetika bisa sebagai ilmu pengetahuan
murni, bisa pula sebagai ilmu pengetahuan terapan. Sebagai ilmu pengetahuan
murni ia harus ditunjang oleh ilmu pengetahuan dasar lain seperti kimia, fisika
dan metematika juga ilmu pengetahuan dasar dalam bidang biologi sendiri seperti
bioselluler, histologi, biokimia, fiosiologi, anatomi, embriologi, taksonomi
dan evolusi. Sebagai ilmu pengetahuan terapan ia menunjang banyak bidang
kegiatan ilmiah dan pelayanan kebutuhan masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas maka
penulis ingin menjabarkan tentang lingkup genetika dasar serta bentuk-bentuk
rekayasa genetika yang bermanfaat bagi kehidupan. Untuk kemudian makalah ini
diberi judul “Genetika Dasar dan Teknologi Rekayasa Genetika”.
B. RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah
di atas, maka rumusan masalah dari makalah ini antara lain:
1.
Bagaimana definisi tentang genetika?
2.
Bagaimana sejarah perkembangan dan kontribusi genetika dalam bidang-bidang yang
kain?
3.
Bagaimana hukum dasar tentang genetika?
4.
Bagaimana kajian teoritis tentang kromosom?
5.
Bagaimana kajian teoritis tentang gen dan alel?
6.
Apa hubungan antara kariotype dan golongan darah dalam bidang genetika?
7.
Apa saja kelainan dan penyakit genetik pada manusia?
8.
Apa yang dimaksud dengan teknologi rekayasa genetika?
C. TUJUAN
PENULISAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas
maka tujuan yang dapat dirumuskan dalam pembuatan makalah ini antara lain untuk
mengetahui:
1.
Definisi tentang genetika
2.
Sejarah perkembangan dan kontribusi genetika dalam bidang-bidang yang kain
3.
Hukum dasar tentang genetika
4.
Kajian teoritis tentang kromosom
5.
Kajian teoritis tentang gen dan alel
6.
Kariotype dan golongan darah dalam bidang genetika
7.
Kelainan dan penyakit genetik pada manusia
8.
Teknologi rekayasa genetika
D. MANFAAT
PENULISAN
Dari segenap pembahasan yang telah
dipaparkan, harapan yang ingin diwujudkan dalam makalah ini tercakup secara
teoretis dan secara praktis yang meliputi:
1.
Secara teoretis
Makalah ini diharapkan berguna
untuk memberikan sumbangan terhadap usaha peningkatan dan pengembangan mutu
pendidikan.
2.
Secara praktis
Tujuan praktis dari makalah ini
adalah: meningkatkan pengetahuan mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas
Negeri Yogyakarta tentang lingkup genetika dasar serta bentuk pemanfaatan
teknologi rekayasa genetika yang bermanfaat bagi kehidupan.
E.
METODOLOGI PENULISAN
Metode yang digunakan penulis dalam
penulisan makalah ini antara lain:
1.
Studi kepustakaan
Dengan memanfaatkan Perpustakaan
Universitas Negeri Yogyakarta Kampus 1 dan Kampus 2 guna memperoleh referensi
utama.
2.
Studi elektromedia
Dengan memanfaatkan fasilitas
Internet dan situs-situs pendukung guna memperoleh referensi sekunder.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
GENETIKA
Genetika berasal dari Bahasa Latin
genos yang berarti suku bangsa atau asal usul. Dengan demikian genetika berarti
ilmu yang mempelajari bagaimana sifat keturunan (hereditas) yang diwariskan
kepada anak cucu, serta variasi yang mungkin timbul di dalamnya. Menurut sumber
lainnya, genetika berasal dari Bahasa Yunani genno yang berarti melahirkan.
Dengan demikian genetika adalah ilmu yang mempelajari berbagai aspek yang
menyangkut pewarisan sifat dan variasi sifat pada organisme maupun suborganisme
(seperti virus dan prion).
B. SEJARAH
PERKEMBANGAN GENETIKA
Perkembangan genetika mengalami
fluktuasi yang signifikan. Untuk mempermudah dalam memahaminya maka sejarah
perkembangan genetika awalnya dibagi menjadi tiga, yaitu :
Zaman Pre Mendel ( sebelum abad XIX
)
Bangsa Babylonia (6000 Tahun lalu),
telah menyusun silsilah kuda untuk memperbaiki keturunannya. Sedangkan bangsa
Cina (beberapa abad SM), melakukan seleksi terhadap benih-benih padi untuk
mencari sifat unggul tanaman itu. Di Amerika dan Eropa (ribuan tahun lalu),
orang telah melakukan seleksi dan penyerbukan silang terhadap gandum dan jagung
yang asalnya adalah rumput liar.
Zaman Mendel ( 1822-1884 )
Di tandai dengan waktu Mendel
melakukan percobaan persilangan pada tanaman ercis (Pisum sativum). Mendel
ternyata berhasil mengamati sesuatu ,macam sifat keturunan ( karakter) yang di
turunkan dari generasi ke generasi. Mendel juga berhasil membuat perhitungan
matematika tentang sifat genetis karakter yang di tampilkan. Faktor genetis ini
kemudian disebut determinant/faktor. Dengan keberhasilannya tersebut, maka
Mendel dinamakan Bapak Genetika dan sekaligus memberi dasar pengetahuan bagi
genetika madder.
Zaman Post Mendel ( setelah tahun
1900 )
Zaman ini di tandai dengan
ditemukannya karya Mendel oleh :
a.
Hugo de Vries (Belanda)
b.
Carts Correns (Jerman)
c.
Erich Von Tshcemak (Austria)
Setelah itu banyak ahli yang
melakukan penelitian, diantaranya :
1)
Bateson & Punnet (1861-1926)
Pada tahun 1907 melakukan percobaan pada ayam untuk
membuktikan apakah percobaan Mendel berlaku pada hewan. Mereka menemukan adanya
sifat-sifat yang menyimpang dari matematika Mendel. Selain itu juga menemukan
juga adanya interaksi antara gen dalam menumbuhkan suatu variasi.
2)
Van Beneden & Boveri
Mengatakan bahwa kromosom dalam nucleus merupakan
pembawa bahan genetis.
3)
Flemming & Roux
Mengamati proses pembelahan sel somatic yang kemudian
diberi nama mitosis dan miosis.
4)
Weissmann
Mengatakan bahwa kromosom membagi dua pada waktu
pembelahan sel yakni dalam pembentukan gamet/meiosis.
5)
Sutton
Mengumumkan adanya kesejajaran antara tingkah laku
kromosom ketika sel sedang membelah dengan segregasi bahan genetis penemuan
Mendel.
6)
Morgan
Mengatakan gen merupakan unit terkecil bahan genetis,
(istilah gen diperkenalkan oleh Johansen) dan gen terdapat banyak dalam satu
kromosom, dengan kata lain gen-gen berangkai. Bahan genetis tidak baku, dapat
mengalami perubahan. Perubahan genetis yang bukan karena pengaruh hybrid ini
disebut mutasi.
7)
Garrod (1909)
Menemukan banyak penyakit bawaan disebabkan keabnormalan
kegiatan enzim, sedangkan enzim itu diproduksi oleh gen.
8)
Ingram (1956)
Mengatakan terdapat perbedaan hemoglobin normal dengan
abnormal yang penyebabnya adalah karena terdapat perbedaan pada urut-urutan
asam-asam amino dalam molekul globinnya. Perbedaan itu terjadi karena adanya
mutasi.
9)
Muller (1927) & Auerbach (1962)
Dalam penelitiannya melihat bahwa mutasi dapat terjadi
dengan cara buatan (induksi).
10)
Watson & Crick (1953) -Wilkins (1961)
Mengatakan susunan molekul gen adalah ADN.
11)
Nirenberg (1961)
Menyusun kode genetis yang menentukan urutan-urutan asam
amino dalam sintesa protein, dan mengetahui gen bekerja menumbuhkan suatu
karakter lewat sintesa protein dalam tubuh.
C. KONTRIBUSI
GENETIKA KE BIDANG-BIDANG LAIN
Sebagai ilmu
pengetahuan dasar, genetika dengan konsep-konsep di dalamnya dapat berinteraksi
dengan berbagai bidang lain untuk memberikan kontribusi terapannya.
1.
Pertanian
Di antara
kontribusinya pada berbagai bidang, kontribusi genetika di bidang pertanian,
khususnya pemuliaan tanaman dan ternak, boleh dikatakan paling tua.
Persilangan-persilangan konvensional yang dilanjutkan dengan seleksi untuk
merakit bibit unggul, baik tanaman maupun ternak, menjadi jauh lebih efisien
berkat bantuan pengetahuan genetika. Demikian pula, teknik-teknik khusus
pemulian seperti mutasi, kultur jaringan, dan fusi protoplasma kemajuannya
banyak dicapai dengan pengetahuan genetika. Dewasa ini beberapa produk
pertanian, terutama pangan, yang berasal dari organisme hasil rekayasa genetika
atau Genetically Modified Organism (GMO) telah dipasarkan cukup luas meskipun
masih sering mengundang kontroversi tentang keamanan.
Contoh lain dari
perkembangan ilmu genetika dibidang pertanian adalah di temukanya cara baru
dalam mengatasi serangga hama yaitu dengan cara perakitan tanaman tahan
serangga hama melalui teknik rekayasa genetik. Salah satu kendala dalam
produksi suatu komoditas tanaman di negara yang beriklim tropis dan lembab
adalah serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) seperti serangga hama dan
patogen tumbuhan. Bahkan pada tanaman tertentu seperti padi.
Serangga hama
masih merupakan kendala utama dan menjadi masalah serius, misalnya wereng
coklat dan peng-gerek batang. Di negara tertentu se-perti Amerika Serikat (AS),
kerugian akibat kerusakan yang ditimbulkan serangga hama seperti penggerek
jagung dan penggerek buah kapas bisa mencapai jutaan dolar AS.
Di negara maju,
seperti AS, untuk menanggulangi OPT dari jenis serangga hama, petani sudah
menggunakan insektida hayati yang berasal dari bakteri Bacillus thuringiensis
(Bt) selama lebih dari 30 tahun. Namun secara komersial produksi insektisida
hayati terbatas dan pengaruh perlindungannya hanya berumur pendek. Selain
pengendalian dengan insektisida, petani juga menggunakan varietas tahan.
Penggunaan varietas tahan merupakan cara pengendalian serangga hama yang murah
dan ramah lingkungan. Perbaikan sifat tanaman dapat dilakukan melalui
modifikasi genetic baik dengan pemuliaan tanaman secara konvensional maupun
dengan bioteknologi khususnya teknologi rekayasa genetik. Kadang-kadang dalam
perakitan varietas tanaman tahan serangga hama, pemulia konvensional menghadapi
suatu kendala yang sulit dipecahkan, yaitu langkanya atau tidak adanya sumber
gen ketahanan di dalam koleksi plama nutfah. Contoh sumber gen ketahanan yang
langka adalah gen ketahanan terhadap serangga hama, misalnya penggerek batang
padi, penggerek polong kedelai, hama boleng ubi jalar, penggerek buah kapas
(Cotton bolworm), dan penggerek jagung (Herman, 1997). Akhir-akhir ini,
kesulitan pemulia konvensional tersebut dapat diatasi dengan teknologi rekayasa
genetik melalui tanaman transgenik (Herman, 1996).
Pemulian dan
perekayasa genetik mempunyai tujuan yang sama. Pemulia tanaman secara
konvensional melakukan persilangan dan atau seleksi, sedangkan perekayasa
genetik mengembangkan secara terus menerus dan memanfaatkan teknik isolasi dan
transfer gen dari sifat yang diinginkan. Melalui rekayasa genetik sudah
dihasilkan tanaman transgenik yang memiliki sifat baru seperti ketahanan
terhadap serangga hama atau herbisida atau peningkatan kualitas hasil. Tanaman
transgenik tahan serangga hama tersebut sudah banyak ditanam dan dipasarkan di
berbagai negara (James, 2002). Sedangkan di Indonesia, tanaman transgenik tahan
serangga hama baru pada taraf penelitian perakitannya. Dalam makalah ini akan
dijelaskan tentang tanaman transgenik tahan serangga hama, perkembangan tanaman
transgenik secara global, dan status tanaman transgenik di Indonesia.
2.
Kesehatan
Salah satu contoh klasik kontrubusi
genetika di bidang kesehatan adalah diagnosis dan perawatan penyakit
Phenylketonuria (PKU). Penyakit ini merupakan penyakit menurun yang disebabkan
oleh mutasi gen pengatur katabolisme fenilalanin sehingga timbunan kelebihan
fenilalanin akan dijumpai di dalam aliran darah sebagai derivat-derivat yang
meracuni sistem syaraaf pusat. Dengan diet fenilalanin yang sangat ketat, bayai
tersebut dapat terhindar dari penyakit PKU meskipun gen mutan penyebabnya
sendiri sebenarnya tidak diperbaiki.
Beberapa penyakit genetika lainnya
telah dapat diatasi dampaknya dengan cara seperti itu. Meskipun demikia, hingga
sekarang masih banyak penyakit yang menjadi tantangan para peneliti dari
kalangan kedokteran dan genetika untuk menanganinya seperti perkembangannya
resistensi bakteri patogen terhadap antibiotok, penyakit-penyakit kanker, dan
sindrom hilangnya kekebalan bawaan atau Acquired Immuno Deficiency Syndrome
(AIDS).
Contoh lain dari perkembangan ilmu
genetika dibidang kesehatan adalah proyek genom manusia yang dipelopori oleh
amerika serikat dimana proyek ini akan menguraikan 100.000 gen manusia.
Diperkirakan pada abad XXI mendatang akan muncul bidang kedokteran baru yang
disebut ilmu kedokteran prediktif (predictive medicine). Munculnya ilmu
kedokteran tersebut di mungkinkan karena pada abad XXI mendatang, diperkirakan
seluruh informasi dari genom manusia yang mengandung 100.000 gen akan
teridentifikasi. Dengan diketahuinya genom manusia dapat digunakan memprediksi
berbagai penyakit, artinya dengan ilmu kedoktran prediktif dapat diketahui
kemungkinan seseorang mengalami kanker payudara atau kanker calon rental dengan
melakukan analisa terhadap kombinasi gen-gen yang dipunyai orang tersebut.
3.
Industri farmasi
Teknik rekayasa genetika
memungkinkan dilakukannya pemotongan molekul DNA tertentu. Selanjutnya,
fragmen-fragmen DNA hasil pemotongan ini disambungkan dengan molekul DNA lain
sehingga terbentuk molekul DNA rekombinan. Apabila molekul DNA rekombinan dimasukkan
kedalam suatu sel bakteri yang sangat cepat pertumbuhannya, misalnya
Escherichia coli, maka dengan mudah akan diperoleh salinan molekul DNA
rekombinan dalam jumlah besar dan waktu yang singkat. Jika molekul DNA
rekombinan tersebut membawa gen yang bermanfaat bagi kepentingan manusia, maka
berarti gen ini telah diperbanyak dengan cara yang mudah dan cepat. Prinsip
kerja semacam ini telah banyak di terapkan diberbagai industri yang memproduksi
biomolekul penting seperti insulin, interferon, dan beberapa hormon
pertumbuhan.
4.
Hukum
Sengketa di pengadilan untuk
menentukan ayah kandung bagi seorang anak secara klasik sering diatasi melalui
pengujian golongan darah. Pada kasus-kasus tertentu cara ini dapat
menyelesaikan masalah dengan cukup memuaskan, tetapi tidak jarang hasil yang
diperoleh kurang meyakinkan. Belakangan ini dikenal cara yang jauh lebih
canggih, yaitu uji DNA. Dengan membandingkan pola restriksi pada molekul DNA
anak, ibu, dan orang yang dicurigai sebagai ayah kandung anak, maka dapat diketahui
benar tidaknya kecurigaan tersebut.
Dalam kasus-kasus kejahatan seperti
pembunuhan, pemerkosaan, dan bahkan teror pengeboman, teknik rekayasa genetika
dapat diterapkan untuk memastikan benar tidaknya tersangka sebagai pelaku. Jika
tersangka masih hidup pengujian dilakukan dengan membandingkan DNA tersangka
dengan DNA objek yang tertinggal di tempat kejadian, misalnya rambut atau
sperma. Cara ini dikenal sebagai sebagia sidik jari DNA (DNA finger printing).
Akan tetapi, jika tersangka mati dan tubuhnya hancur, maka DNA dari
bagian-bagian tubuh tersangka dicocokkan pola restruksinya dengan DNA kedua
orang tuanya atau saudara-saudaranya yang masih hidup.
5.
Kemasyarakatan dan kemanusiaan
Di negara-negara maju, terutama di
kota-kata besarnya, dewasa ini dapat dijumpai klinik konsultasi genetik yang
antara lain berperan dalm memberikan pelayanan konsultasi perkawinan.
Berdasarkan atas data sifat-sifat genetik, khususnya penyakit genetik, pada
kedua belah pihak yang akan menikah, dapat dijelaskan berbagai kemungkinan
penyakit genetik yang akan diderita oleh anak mereka, dan juga besar kecilnya
kemungkinan tersebut.
Contoh kontribusi pengetahuan
genetika di bidang kemanusiaan antara lain dapat di lihat pada gerakan yang
dinamakan eugenika, yaitu gerakan yang berupaya untuk memperbaiki kualitas
genetika manusia. Jadi, dengan gerakan ini sifat-sifat positif manusia
akan dikembangkan, sedangkan sifat-sifat negatifnya ditekan. Di berbagai negara,
terutama di negara-negara berkembang, gerakan eugenika masih sering dianggap
tabu. Selain itu, ada tantangan yang cukup besar bagi keberhasilan gerakan ini
karena pada kenyataannya orang yang tingkat kecerdasannya tinggi dengan status
sosial ekonomi yang tinggi pula biasanya hanya mempunyai anak sedikit.
Sebaliknya, orang dengan tingkat kecerdasan dan status sosial-ekonomi rendah
umumnya justru akan beranak banyak.
D. HUKUM DASAR
TENTANG GENETIKA
Setelah memahami tentang sejarah
perkembangan genetika maka disini akan dibahas mengenai Hukum Mendel. Seperti
yang kita ketahui ada berbagai macam warna mata, mulai dari mata berwarna
coklat, biru, hijau, atau abu-abu, rambut berwarna hitam, coklat, pirang atau
merah, semua itu hanya merupakan sebagian contoh dari variasi warisan yang
dapat kita amati pada individu-individu dalam suatu populasi. Prinsip genetika
apa yang dapat menjelaskan mekanisme pemindahan sifat tersebut dari orang tua
ke keturunannya? Suatu penjelasan yang mungkin diberikan mengenai hereditas adalah
hipotesis “pencampuran”, yaitu suatu gagasan bahwa materi genetik yang
disumbangkan kedua orang tua bercampur dengan cara didapatkannya warna hijau
dari pencampuran warna biru dan kuning. Hipotesis ini memprediksi bahwa dari
generasi ke generasi, populasi dengan perkawinan bebas akan memunculkan
populasi individu yang seragam. Namun demikian, pengamatan kita setiap hari,
dan hasil percobaan pengembangbiakan hewan dan tumbuhan, ternyata bertolak
belakang dengan prediksi tersebut. Hipotesis pencampuran juga gagal untuk
menjelaskan fenomena lain dari penurunan sifat , misalnya sifat-sifat yang
melompati sebuah generasi.
Sebuah alternative terhadap model
pencampuran ini adalah hipotesis penurunan sifat. Menurut model ini, orang tua
memberikan unit-unit warisan yang memiliki ciri sendiri (gen) yang tetap
mempertahankan ciri khusus ini pada keturunan. Kumpulan gen suatu organisme
lebih menyerupai sekumpulan kelereng dibandingkan seember cat. Seperti
kelereng, gen dapat dipilah dan diteruskan dari generasi ke generasi, dalam
bentuk yang tidak terbatas. Asal genetika modern, dimulai di taman sebuah
biara, dimana seorang biarawan yang bernama Gregor Mendel mencatat sebuah
mekanisme penurunan sifat partikulat. Mendel menemukan prinsip dasar hereditas
dengan membudidayakan kacang ercis dalam suatu percobaan yang terencana dan
teliti.
Prinsip dasar hereditas yang
ditemukan oleh Mendel dirumuskannya dalam 2 hukum, yaitu Hukum Mendel I dan
Hukum Mendel Mendel II.
Hukum Mendel I (Segregation of
allelic genes)
Hukum Mendel I disebut juga hukum
segregasi adalah mengenai kaidah pemisahan alel pada waktu pembentukan gamet.
Pembentukan gamet terjadi secara meiosis, dimana pasangan-pasangan homolog
saling berpisah dan tidak berpasangan lagi/terjadi pemisahan alel-alel suatu gen
secara bebas dari diploid menjadi haploid. Dengan demikian setiap sel gamet
hanya mengandung satu gen dari alelnya. Fenomena ini dapat diamati pada
persilangan monohybrid, yaitu persilangan satu karakter dengan dua sifat beda.
Persilangan Monohibrid
P1
UU
x uu
(Ungu)
(Putih)
G1
U
x u
F1
Uu
Pada waktu pembentukan gamet
betina, UU memisah menjadi U dan U, sehingga dalam sel gamet tanaman ungu hanya
mengandung satu macam alel yaitu alel U. Sebaliknya tanaman jantan berbunga
putih homozigot resesif dan genotipenya uu. Alel ini memisah secara bebas
menjadi u dan u, sehingga gamet-gamet jantan tanaman putih hanya mempunyai satu
macam alel , yaitu alel u. Proses pembentukan gamet inilah yang menggambarkan
fenomena Hukum Mendel I.
Hukum Mendel II (Independent
Assortment of Genes)
Hukum Mendel II disebut juga hukum
asortasi. Menurut hukum ini, setiap gen/sifat dapat berpasangan secara bebas
dengan gen/sifat lain. Hukum ini berlaku ketika pembentukan gamet pada
persilangan dihibrid.
Persilangan Dihibrid
P1
BBKK
x
bbkk
(Biji bulat berwarna
kuning)
(Biji keriput Hijau)
G1
BK
x
bk
F1
BbKk
P2
BbKk
x
BbKk
G2
BK, Bk, bK,bk BK, Bk,
bK,bk
Pada waktu pembentukan gamet
parental ke-2, terjadi penggabungan bebas (lebih tepatnya kombinasi bebas)
antara B dan b dengan K dan k. Asortasi bebas ini menghasilkan empat macam
kombinasi gamet, yaitu BK, Bk, bK, bk. Proses pembentukan gamet inilah yang
menggambarkan fenomena Hukum Mendel II.
E. KAJIAN
TEORITIS TENTANG KROMOSOM
Pengertian Kromosom
Kromosom adalah kromatin yang
merapat, memendek dan membesar pada waktu terjadi proses pembelahan dalam inti
sel (nucleus), sehingga bagian-bagiannya dapat terlihat dengan jelas di bawah
mikroskop biasa. Kromosom berasal dari kata chroma = berwarna, dan soma =
badan. Terdapat di dalam plasma nucleus, berupa benda-benda berbentuk lurus
seperti batang atau bengkok, dan terdiri dari bahan yang mudah mengikat zat
warna.
Istilah kromosom pertama kali
diperkenalkan oleh W. Waldeyer pada tahun 1888, walaupun Flemming (1879)
telah melihat pembelahan kromosom di dalam inti sel. Ahli yang mula-mula
menduga bahwa benda-benda tersebut terlibat dalam mekanisme keturunan ialah
Roux (1887) melaporkan bahwa banyaknya benda itu di dalam nucleus dari mahkluk
yang berbeda adalah berlainan, dan jumlahnya tetap selama hidupnya. Morgan
(1993), menemukan fungsi kromosom dalam pemindahan sifat- sifat genetik.
Beberapa ahli lainnya seperti Heitz (1935), Kuwanda (1939), Gritter (1940) dan
Kauffmann (1948), kemudian menyusul memberi keterangan lebih banyak tentang
morfologi kromosom.
2.
Morfologi kromosom
Kebanyakan makhluk di dalam
nukleusnya terdapat benda-benda halus berbentuk lurus seperti batang atau
bengkok dan terdiri dari zat yang mudah mengikat zat warna. Benda-benda
tersebut dinamakan kromosom dan zat yang menyusunnya disebut kromatin
(Suryo, 1990 : 6). Kromosom dapat dilihat dengan mudah, apabila menggunakan
teknik pewarnaan khusus selama nukleus membelah. Hal ini karena pada saat itu
kromosom mengadakan kontraksi sehingga menjadi lebih tebal, dan dapat mengisap
zat warna lebih baik. Dalam arti lain, kromosom tampak jelas
pada saat sel sedang membelah karena mengalami pemadatan dan penggandaan.
Ukuran kromosom bervariasi bagi setiap species. Panjangnya berkisar
antara 0,2-50 mikron, diameternya antara 0,2-20 mikron dan pada manusia
mempunyai panjang 6 mikron.
Satu kromosom terdiri dari 2 (dua)
bagian, yaitu :
a.
Sentromer disebut juga kinetochore, merupakan bagian kepala kromosom. Sentromer
adalah daerah yang mengerut dari kromosom saat proses mitosis atau meiosis dan
merupakan tempat melekatnya benang-benang gelendong. Fungsinya adalah sebagai
tempat berpegangan benang plasma dari gelendong inti (spindle) pada stadium
anafase. Sentromer tidak mengandung kromonema dan gen. Berdasarkan letak dan
panjangnya lengan, sentromer dapat dibedakan dalam beberapa bentuk kromosom,
yaitu :
1) Metasentris, apabila sentromer terletak di
median (kira-kira di tengah kromosom), sehingga kromosom terbagi menjadi dua
lengan sama panjang dan mempunyai bentuk seperti huruf V.
2) Submetasentris, apabila sentromer terletak di
submedian (ke arah salah satu ujung kromosom), sehingga kromosom terbagi
menjadi dua lengan tak sama panjang dan mempunyai bentuk seperti huruf J.
3) Akrosentris, apabila sentromen terletak di
subterminal (di dekat ujung kromosom), sehingga kromosom tidak membengkok melainkan
tetap lurus seperti batang. Satu lengan kromosom sangat pendek, sedang lengan
lainnya sangat panjang.
4) Telosentris, apabila sentromen terletak di
ujung kromosom, sehingga kromosom hanya terdiri dari sebuah lengan saja dan
berbentuk lurus seperti batang. Kromosom manusia tidak ada yang telosentris.
b.
Lengan ialah badan kromosom sendiri. Mengandung kromonema dan gen. Lengan
memiliki 3 daerah :
a.
Selaput, ialah lapisan tipis yang menyelimuti badan kromosom
b.
Kandung / matrix, mengisi seluruh lengan, terdiri dari cairan bening
c.
Kromonema, ialah benang halus berpilin-pilin yang terendam dalam kandung, dan
berasal dari kromonema kromatin sendiri. Di dalam kromonema terdapat kromomer
(pada manusia tidak jelas).
Melihat pada perbedaan banyaknya
mengisap zat warna teknik mikroskopik, kromatin (kromosom yang sedang tidak
mengalami proses pembelahan) bagian lengan kromosom dibedakan oleh E. Hertz
(1928) atas :
1. Heterokromatin, ialah daerah
kromatin yang relatif lebih banyak dan lebih mudah mengisap zat warna
dibandingkan dengan bagian lain dari lengan.
2. Eukromatin, ialah daerah
kromatin yang terang dan mengandung gen-gen yang sedang aktif.
Pada satu kromatin, daerah hetero
tersebar di antara eukromatin, paling banyak dekat sentromer. Daerah
heterokromatin sewaktu waktu dapat berubah menjadi eukromatin, bilamana
gen-gennya berubah menjadi aktif. Sebaliknya daerah eukromatin dapat pula
berubah menjadi heterokromatin, pada saat gen-gennya tidak aktif atau
beristirahat. Dengan demikian dapatlah kita ketahui, bahwa suatu gen tidak
selalu giat melakukan transkripsi, bergantung pada kebutuhan sel pada waktu
bermetabolisme.
3.
Tipe Kromosom
Menjelang abad ke-20, banyak
peneliti telah mencoba untuk mengetahui jumlah kromosom yang terdapat di dalam
nukleus sel tubuh manusia, tetapi selalu menghasilkan data-data yang berbeda
karena pada waktu itu teknik pemeriksaan kromosom masih terlalu sederhana.
Dalam tahun 1912, Winiwater menyatakan bahwa di dalam sel tubuh manusia
terdapat 47 kromosom. Tetapi kemudian pada tahun 1920 Painter menegaskan
penemuannya, bahwa manusia memiliki 48 kromosom. Pendapat ini bertahan sampai
30 tahun lamanya, sampai akhirnya Tjio dan Levan dalam tahun 1956 berhasil
membuktikan melalui teknik pemeriksaan kromosom yang lebih sempurna, bahwa
nucleus sel tubuh manusia mengandung 46 kromosom.
Kromosom manusia dibedakan atas 2
tipe :
1. Autosom, ialah kromosom biasa,
yang tidak berperan menentukan dalam mengatur jenis kelamin. Dari 46 krmosom di
dalam nucleus sel tubuh manusia, maka yang 44 buah (22 pasang) merupakan
autosom
2. Gonosom, ialah seks kromosom
(kromosom kelamin), yang berperan dalam menentukan jenis kelamin. Biasanya
terdapat sepasang kromosom. Melihat macamnya dapat dibedakan atas Kromosom X
dan Kromosom Y.
F.
KAJIAN TEORITIS TENTANG GEN DAN ALEL
Gen adalah unit terkecil bahan
sifat menurun atau dapat diturunkan (hereditas). Besarnya diperkirakan 4-50mm.
Istilah gen pertama kali diperkenalakan oleh W.Johansen (1909), sebagai
pengganti istilah faktor keturunan atau elemen yang dikemukakan oleh Gregor
Mendel. Gregor Mendel telah berasumsi tentang adanya suatu bahan yang terkait
dengan suatu sifat atau karakter yang dapat diwariskan. Ia menyebutnya
'faktor'. Pada 1910, Thomas Hunt Morgan menunjukkan bahwa gen terletak di
kromosom. Selanjutnya, terjadi 'perlombaan' seru untuk menemukan substansi yang
merupakan gen. Banyak penghargaan Nobel yang kemudian jatuh pada peneliti yang
terlibat dalam subjek ini.
Gen menumbuhkan serta mengatur
berbagai jenis karakter dalam tubuh baik fisik maupun psikis. Pengaturan
karakteristik ini melalui proses sintesa protein, seperti: kulit dibentuk oleh
keratin, otot dari aktin dan miosin, darah dari Hb, globulin, dan fibrinogen,
jaringan pengikat dari kolagen dan elastin, tulang dari Ossein, tulang rawan
dari kondrin.
Gen sebagai faktor keturunan
tersimpan di dalam kromosom, yaitu di dalam manik-manik yang disebut kromomer
atau nukleusom dari kromonema. Morgan seorang ahli genetika dari Amerika
Serikat menyebut kromomer itu dengan lokus. Lokus adalah lokasi yang
diperuntukan bagi gen dalam kromosom. Jadi menurut Morgan, gen tersebut
tersimpan di dalam setiap lokus yang khas dalam kromosom.
Gen sebagai zarah kompak yang
mengandung satuan informasi genetik dan mengatur sifat-sifat menurun tertentu
memenuhi lokus suatu kromosom. Setiap kromosom mengandung banyak gen. Oleh
sebab itu, dalam setiap kromosom khususnya di dalam kromonema terdapat deretan
lokus. Batas antar lokus yang satu dengan lokus yang lain tidak jelas
seperti deretan kotak-kotak.
Pada saat itu DNA yang sudah
ditemukan dan diketahui hanya berada pada kromosom (1869), tetapi orang belum
menyadari bahwa DNA terkait dengan gen. Melalui penelitian Oswald Avery
terhadap bakteri Pneumococcus (1943), serta Alfred Hershey dan Martha Chase
(publikasi 1953) dengan virus bakteriofag T2, barulah orang mengetahui bahwa
DNA adalah bahan genetik. Gen terdiri dari DNA yang diselaputi dan diikat
oleh protein. Jadi secara kimia dapat disebut bahwa bahan genetis itu adalah
DNA.
Sebagai substansi hereditas, gen
mempunyai fungsi sebagai berikut:
a) Mengatur perkembangan dan proses metabolisme
individu
b) Menyampaikan informasi genetis dari generasi
ke generasi berikutnya
c) Sebagai zarah tersendiri dalam kromosom. Zarah
adalah zat terkecil yang tidak dapat dibagi-bagi lagi.
d) Setiap gen mendapat tempat khusus dalam
kromosom.
Gen bersifat antara lain :
a) Sebagai materi tersendiri yang terdapat dalam
kromosom
b) Mengandung informasi genetika
c) Dapat menduplikasikan diri pada peristiwa
pembelahan sel
Alel berasal dari kata allelon
singkatan dari allelomorf yang artinya bentuk lain. Alel merupakan sepasang gen
yang terletak pada lokus yang sama pada kromosom yang homolog, yang bertugas
membawa suatu sifat/karakter. Tidak semua gen mempunyai 2 alel ada juga yang
lebih dari 2 disebut beralel banyak (alel ganda), misalnya : gen yang mengatur
protein darah.
Contoh alel ganda:
Homozygot : alel dengan pasangan
kedua gen pada suatu individu sama (simbolnya sam /genotipenya sama)
Heterozygot : alel dengan pasangan
kedua gen tidak sama ( simbolnya berbeda/genotipenya sama).
Dari sudut pandang genetika klasik,
alel (dari bahasa Inggris allele) merupakan bentuk alternatif dari gen dalam
kaitan dengan ekspresi suatu sifat (fenotipe). Sebagai ilustrasi, suatu lokus
dapat ditempati gen yang mengatur warna kelopak bunga merah (alel untuk bunga
merah) dan juga alel untuk warna kelopak bunga putih (alel untuk bunga putih).
Pada individu, pasangan alel menentukan genotipe dari individu yang
bersangkutan.
Sejalan dengan perkembangan
genetika, pengertian alel menjadi lebih luas dan umum. Dalam arti modern, alel
adalah berbagai ekspresi alternatif dari gen atau seberkas DNA, tergantung
tingkat ekspresi genetik yang diamati.
Pada tingkat fenotipe, pengertian
alel adalah seperti yang dikemukakan di atas.
Pada tingkat enzim (dalam analisis
isoenzim), alel sama dengan isoenzim.
Pada tingkat genom, alel merupakan
variasi-variasi yang diperoleh pada panjang berkas DNA (polimorfisme DNA).
Pada tingkat transkriptom, alel
adalah bentuk-bentuk alternatif dari RNA yang dihasilkan oleh suatu oligo.
Pada tingkat proteom, alel
merupakan variasi-variasi yang bisa dihasilkan dalam suatu keluarga gen.
G. KARIOTYPE
Kariotype berasal dari dua kata
karyon = inti dan typhos = bentuk. Kariotype adalah susunan kromosom yang
berurutan menurut panjang, jumlah dan bentuk dari sel somatis suatu individu.
Untuk mempelajari kromosom ini telah digunakan bermacam-macam jaringan, tetapi
yang paling umum digunakan adalah kulit, sumsum tulang atau darah perifer.
Penemuan penting dan mutakhir adalah dengan pembuatan kultur jaringan. Bahan
untuk penelitian adalah darah vena.
Cara kerja :
1.
Darah vena diambil sebanyak 5 cc.
2.
Sel-sel darah dipisahkan dan dicampur dengan medium kultur yang mengandung zat
phytohaemaglutinin (PHA):
a.
Sel-sel darah merah menggumpal, dan sel – sel darah putih dapat terpisah
b.
Sel-sel darah putih terpacu untuk membelah
3.
Sel-sel darah putih dipelihara dalam keadaan steril pada suhu 370C untuk
kira-kira 3 hari.
4.
Setelah terjadi pembelahan, dibutuhkan zat kolkhisin sedikit, sehingga
pembelahan terhenti pada stadium metaphase (kromosom mengalami kontraksi
maksimal dan terlihat jelas).
5.
Satu jam kemudian ditambah larutan hipotonik salin, sehingga sel-sel membesar
dan kromosom kromosom menyebar letaknya pada satu bidang datar.
6.
Kromosom-kromosom dipotret dengan sebuah kamera yang dipasang pada mikroskop.
7.
Kromosom hasil pemotretan kemudian digunting, diatur dalam pasangan homolog,
mulai dari yang paling besar sampai ke yang paling kecil.
8.
Terdapat 22 pasang autosom dan sepasang kromosom kelamin. Seringkali sulit
membedakan kromosom satu dengan yang lain. Karenanya kromosom dikelompokkan
menjadi kelompok A – G berdasarkan ukuran kromosom serta letak dari sentromer.
Sedangkan untuk membedakan kromosom
perempuan dan laki- laki terlihat pada kromosom X dan Y. Pada perempuan
kromosom ke 23 merupakan pasangan XX dan laki-laki XY. Kromosom-X mirip dengan
kromosom-kromosom pada kelompok C, dan kromosom-Y mirip dengan
kromosom-kromosom dari kelompok G.
Setiap species mahkluk hidup
memiliki bentuk dan jumlah kromosom sendiri-sendiri, dengan demikian
kariotypenya pun tentu sendiri-sendiri pula. Peranan kariotype dalam pengamatan
sifat keturunan besar sekali. Dengan kariotype dapat diketahui kelainan
kromosom pada manusia.
H. GOLONGAN DARAH
Alel-Alel Berganda
Sebagian besar gen yang ada dalam
populasi sebenarnya terdiri lebih dari dua bentuk alel. Golongan darah A B O
pada manusia merupakan satu contoh dari alel berganda dari sebuah gen tunggal.
Ada empat kemungkinan fenotip untuk
karakter ini:
a.
Golongan darah seseorang mungkin A, B, AB atau O. Huruf-huruf ini menunjukkan
dua karbohidrat, substansi A dan substansi B, yang mungkin ditemukan pada
permukaan sel darah merah.
b.
Sel darah seseorang mungkin mempunyai sebuah substansi (tipe A atau B),
kedua-duanya (tipe AB), atau tidak sama sekali (tipe O).
c.
Kesesuaian golongan darah sangatlah penting dalam transfusi darah. Jika darah
donor mempunyai faktor (A atau B) yang dianggap asing oleh resipien, protein
spesifik yang disebut antibodi yang diproduksi oleh resipien akan mengikatkan
diri pada molekul asing tersebut sehingga menyebabkan sel-sel darah yang
disumbangkan menggumpal. Penggumpalan ini dapat membunuh resipien.
d.
Keempat golongan darah dihasilkan dari berbagai kombinasi antara tiga alel yang
berbeda dari satu gen, disimbolkan sebagai IA (untuk karbohidrat A), IB (untuk
karbohidrat B) dan i (menghasilkan karbohidrat yang bukan A maupun B). Ada enam
genotip yang mungkin. Alel IA dan IB kedua-duanya dominan terhadap alel i.
Jadi, individu IA IA dan IA i mempunyai golongan darah tipe A, dan IB IB dan IB
i mempunyai tipe B. Homozigot resesif, ii, mempunyai golongan darah tipe O,
sebab tidak ada substansi A maupun B yang diproduksi. Alel IA dan IB adalah
kodominan; keduanya diekspresikan dalam fenotip dari heterozigot IA IB, yang
memiliki golongan darah tipe AB.
2.
Golongan Darah O-A-B
a.
Antigen A dan B (Aglutinogen)
Dua antigen tipe A dan tipe B
terdapat pada permukaan sel darah merah pada sebagian besar populasi.
Antigen-antigen (sebuah zat yang merangsang respon imun, terutama dalam
menghasilkan antibodi) inilah (yang disebut juga aglutinogen karena mereka
seringkali menyebabkan aglutinasi/pembekuan sel darah) yang menyebabkan reaksi
transfusi. Karena antigen-antigen ini diturunkan, orang dapat tidak mempunyai
antigen tersebut di dalam selnya, atau hanya satu, atau sekaligus mempunyai
keduanya.
b.
Golongan Darah O-A-B yang Utama
Pada transfusi darah dari orang ke
orang, donor darah dan darah resipien normalnya diklasifikasikan ke dalam empat
tipe O-A-B utama, bergantung pada ada atau tidaknya kedua aglutinogen, yaitu
aglutinogen A dan B. Bila tidak terdapat aglutinogen A ataupun B, golongan
darahnya adalah golongan O. Bila hanya terdapat aglutinogen tipe A, darahnya
adalah golongan A. Bila hanya terdapat aglutinogen tipe B, darahnya adalah
golongan B. Dan bila terdapat aglutinogen A dan B, darahnya adalah golongan AB.
c.
Penentuan Genetik dari Aglutinogen
Dua gen, satu pada setiap dua
kromosom yang berpasangan, akan menentukan golongan darah O-A-B. Kedua gen ini
bersifat alelomorfik yang dapat menjadi salah satu dari ketiga golongan, tetapi
hanya satu tipe saja pada setiap kromosom: tipe O, tipe A, atau tipe B. Gen
tipe O tidak berfungsi atau hampir tidak berfungsi, sehingga tipe ini
menghasilkan aglutinogen tipe O yang tidak khas dalam sel. Sebaliknya, gen tipe
A dan B menghasilkan aglutinogen yang kuat dalam sel. Enam kemungkinan
kombinasi dari gen-gen ini, yaitu OO,OA,OB,AA,BB, dan AB. Kombinasi gen-gen ini
dikenal sebagai genotip, dan setiap orang merupakan salah satu dari keenam
genotip tersebut. Orang dengan genotip OO tidak menghasilkan aglutinogen, dan
karena tiu, golongan darahnya adalah O. Orang dengan genotip OA atau AA
menghasilkan aglutinogen tipe A, dan karena itu, mempunyai golongan darah A.
Genotip OB dan BB menghasilkan golongan darah B, dan genotip AB menghasilkan
golongan darah AB.
d.
Aglutinin
Bila tidak terdapat aglutinogen
tipe A dalam sel darah merah seseorang, maka dalam plasmanya akan terbentuk
antibodi yag dikenal sebagai aglutinin anti A. Demikian pula, bila tidak
terdapat aglutinogen tipe B di dalam sel darah merah, maka dalam plasmanya terbentuk
antibodi yang dikenal sebagai aglutini anti-B. Jadi, golongan darah O, meskipun
tidak mengandung aglutinogen, tetapi mengandung aglutinin anti-A dan anti-B;
golongan darah A mengandung aglutinogen tipe A dan aglutinin anti-B; dan
golongan darah B mengandung aglutinogen tipe B dan aglutinin anti-A. Akhirnya,
golongan darah AB mengandung kedua aglutinogen A dan B tetapi tidak mengandung
aglutinin sama sekali. Golongan darah dengan genotipnya dan unsur pokok
aglutinogen serta aglutininnya.
e.
Pewarisan Antigen A dan B
Antigen A dan B diwariskan sebagai
alelomorf Mendel, A dan B adalah dominan. Misalnya, seseorang yang bergolongan
darah B mendapatkan turunan satu antigen B dari setiap ayah dan ibu atau satu
antigen dari salah satu orang tua dan satu O dari orang tua lain; jadi, seorang
individu yang berfenotip B dapat mempunyai genotip BB (homozigot) atau BO
(heterozigot).
Kalau golongan darah orang tua
diketahui, kemungkinan genotip pada anak-anak mereka dapat ditetapkan. Kalau
kedua orang tuanya bergolongan B, mereka dapat mempunyai anak bergenotip BB
(antigen B dari kedua orang tua), BO (antigen B dari salah satu orang tua, O
dari orang tua lain yang heterozigot), atau OO (antigen O dari kedua orang
tuanya, yang keduanya heterozigot). Kalau golongan darah seorang ibu dan
anaknya diketahui, penggolongan darah dapat membuktikan bahwa seseorang adalah
bukan ayahnya, meskipun tidak dapat membuktikan bahwa ia adalah ayahnya.
Manfaat prediktif semakin besar
kalau penggolongan darah kelompok orang yang bersangkutan ini meliputi pula
identifikasi antigen lain selain aglutinogen ABO. Dengan menggunakan sidik DNA,
angka penyingkiran paternal meningkat hampir mendekati 100%.
3.
Golongan Darah Rh
Bersama dengan sistem golongan
darah O-A-B, sistem Rh juga penting dalam transfusi darah. Perbedaan utama
antara sistem O-A-B dan sistem Rh adalah sebagai berikut: Pada sistem O-A-B,
aglutinin bertanggung jawab atas timbulnya reaksi transfusi yang terjadi secara
spontan, sedangkan pada sistem Rh, reaksi aglutinin spontan hampir tak penah
terjadi. Malahan, orang mula-mula harus terpajan secara masif dengan antigen
Rh, biasanya melalui transfusi darah atau melalui ibu yang memiliki bayi dengan
antigen, sebelum terdapat cukup aglutinin untuk menyebabkan reaksi transfusi
yang bermakna.
a.
Antigen Rh
Terdapat enam tipe antigen Rh yang
biasa, salah satunya disebut faktor Rh. Tipe-tipe ini ditandai dengan C, D, E,
c, d dan e. Orang yang memiliki antigen C tidak mempunyai antigen c, tetapi
orang yang kehilangan antigen C selalu mempunyai antigen c. Keadaan ini sama
halnya untuk antigen D-d dan E-e. Juga, akibat cara penurunan faktor-faktor
ini, maka setiap orang hanya mempunyai satu dari ketiga pasang antigen
tersebut.
Tipe antigen D dijumpai secara luas
di masyarakat dan bersifat lebih antigenik daripada antigen Rh lain. Oleh
karena itu, seseorang yang mempunyai tipe antigen ini dikatakan Rh-positif,
sedangkan mereka yang tidak mempunyai tipe antigen D dikatakan Rh-negatif.
Meskipun demikian, perlu diperhatikan bahwa bahkan pada orang-orang dengan
Rh-negatif, beberapa antigen Rh lainnya masih dapat menimbulkan reaksi
transfusi, walaupun biasanya jauh lebih ringan.
Kira-kira 85 persen dari seluruh
orang kulit putih adalah Rh-positif dan 15 persennya Rhnegatif.
Pada orang kulit hitam Amerika,
persentase Rh positifnya kira-kira 95%, sedangkan pada orang kulit hitam
afrika, betul-betul 100%.
b.
Pembentukan Aglutinin Anti-Rh
Bila sel darah merah yang
mengandung faktor Rh, atau protein sebagai hasil pemecahan sel darah merah,
disuntikkan ke tubuh orang yang darahnya tidak memiliki faktor yang sama
–artinya, pada orang yang Rh negatif- akan terbentuk aglutinin anti-Rh dengan
sangat lambat, konsentrasi maksimum aglutinin akan tercapai kira-kira 2 sampai
4 bulan kemudian. Respon imun ini untuk sebagian besar timbul pada orang-orang
tertentu daripada yang lain. Bila berkali-kali terpajan dengan faktor Rh, maka
orang dengan Rh negatif akhirnya menjadi sangat ”peka” terhadap faktor Rh.
c.
Gambaran Khas Reaksi Transfusi Rh
Bila orang dengan Rh-negatif
sebelumnya tidak pernah terpajan dengan darah Rh-positif, maka transfusi darah
Rh-positif ke tubuh orang tersebut tidak segera menyebabkan reaksi. Meskipun
demikian, pada beberapa orang, terbentuklah antibodi anti-Rh dalam jumlah yang
cukup selama 2 sampai 4 minggu berikutnya, yang menimbulkan aglutinasi pada
sel-sel transfusi yang masih terdapat dalam darah sirkulasi. Sel-sel ini
kemudian dihemolisis oleh sistem makrofag jaringan. Jadi, timbul reaksi
transfusi lambat, walaupun biasanya ringan. Pada transfusi darah Rh-positif
selanjutnya pada orang yang sama, dimana ia sekarang sudah terimunisasi
terhadap faktor Rh, maka reaksi transfusi menjadi sangat kuat dan dapat menjadi
berat seperti reaksi transfusi akibat golongan darah A atau B.
4.
Golongan Darah M, N, dan MN
Pengelompokan ini didasarkan pada
dua molekul spesifik yang terletak pada permukaan sel darah merah. Orang-orang
dengan golongan darah M mempunyai satu dari kedua tipe molekul ini dan orang
dengan golongan darah N mempunyai tipe yang lainnya. Golongan MN
dikarakterisasi oleh adanya kedua molekul pada sel darah merah.
Sebuah lokus gen tunggal, dimana
dua variasi alel bisa berada, menentukan golongan-golongan darah ini. Individu
M adalah homozigot untuk satu alel; individu N adalah homozigot untuk alel yang
lainnya. Kondisi heterozigot terdapat pada golongan MN. Perlu diperhatikan
bahwa fenotip MN bukanlah intermediet antara fenotip M dan N, tetapi kedua
fenotip tersebut secara sendiri-sendiri terekspresikan oleh adanya kedua tipe
molekul ini pada sel darah merah.
I.
KELAINAN DAN PENYAKIT GENETIK PADA MANUSIA
Kelainan dan penyakit genetik
adalah penyimpangan dari sifat umum atau sifat rata-rata manusia, serta
merupakan penyakit yang muncul karena tidak berfungsinya faktor-faktor genetik
yang mengatur struktur dan fungsi fisiologi tubuh manusia. Berdasarkan sifat
alelnya maka kelainan dan penyakit genetik dapat digolongkan sebagai berikut :
1.
Kelainan dan penyakit genetik yang disebabkan faktor alel dominan autosomal
2.
Kelainan dan penyakit genetik yang disebabkan faktor alel resesif autosomal
3.
Kelainan dan penyakit genetik yang disebabkan alel tertaut dengan kromosom seks
/ kelamin
4.
Kelainan dan penyakit geetik yang disebabkan oleh pengaruh aberasi kromosom
a.
Pewarisan alel dominan autosomal
Individu penderita biasanya
memiliki genotipe heterozigot.
1) Akondroplasia
Akondroplasia disebabkan oleh tidak
terbentuknya komponen tulang rawan pada kerangka tubuh secara benar. Individu
akondroplasia dewasa mempunyai kaki dan lengan yang tidak normal (pendek)
dengan tinggi tubuh kurang dari 1,2 meter. Namun intelejensi, ukuran kepala,
dan ukuran tubuh normal. Individu penderita akondroplasia mempunyai genotipe KK
atau Kk. Sedangkan individu normal bergenotipe homozigot resesif (kk).
2) Brakidaktili
Brakidaktili adalah suatu kelainan
yang dicirikan dengan jari tangan atau kaki yang memendek karena memendeknya
ruas-ruas tulang jari. Penderita brakidaktili memiliki gen dalam keadaan
heterozigot (Bb). Individu yang memiliki gen dalam keadaan homozigot dominan
(BB) menyebabkan kematian pada masa embrio, sedangkan dalam keadaan heterozigot
hanya mempunyai dua ruas jari , karena ruas jari yang tengah sangat pendek dan
tumbuh menyatu dengan ruas jari lain. Individu dengan gen homozigot resesif
(bb) merupakan individu normal.
3) Huntington
Huntington merupakan suatu penyakit
karena terjadi degenerasi sistem saraf yang cepat dan tidak dapat balik.
Penderita menggelengkan kepala pada satu arah. Huntington disebabkan oleh alel
dominan (H). Oleh karena itu, dengan satu alel H saja semua individu yang
heterozigot akan mendapatkan Huntington. Individu normal mempunyai alel resesif
(hh).
4) Polidaktili
Polydactyly ialah terdapatnya jari
tambahan pada satu atau kedua tangan / kaki. Tempat jari tambahan itu berbeda -
beda , ada yang terdapat dekat ibu jari dan ada pula yang terdapat dari jari
kelingking.
b.
Pewarisan alel resesif autosomal
Perlu diingat bahwa setiap gen
mengkode protein yang memiliki fungsi khusus. Alel yang menyebabkan kelainan
genetik, mengkode protein yang tidak berfungsi atau tidak mengkode protein sama
sekali. Pada kelainan yang bersifat resesif, heterozigot dikatakan normal dalam
fenotipnya karena salah satu pasangan gen yang “normal”, dapat menghasilkan
jumlah protein khusus yang cukup banyak. Dengan demikian, suatu penyakit yang
diwarisi secara resesif, hanya muncul pada individu yang homozigot atau yang
memiliki alel homozigot resesif. Kita dapat melambangkan genotipe penderita
sebagai aa dan individu yang tidak memiliki kelainan dengan AA dan Aa.
Namun heterozigot ( Aa ) yang
secara fenotipe normal disebut karier secara genotipe, karena orang-orang
seperti ini dapat saja menurunkan salah satu gen resesifnya kepada keturunan
mereka. Sebagian orang yang memiliki kelainan resesif lahir dari orang tua yang
bergenotipe karier (Aa x Aa) ataupun dihasilkan dari perkawinan (Aa x aa) serta
(aa x aa)
1)
Anemia sel sabit
Penyakit anemia sel sabit
disebabkan oleh substitusi suatu asam amino tunggal dalam protein hemoglobin
berisi sel sel darah merah. Ketika kandungan oksigen darah individu yang
diserang, dalam keadaan rendah (misalnya pada saat berada ditempat yang tinggi
atau pada waktu mengalami ketegangan fisik), hemoglobin sel sabit akan mengubah
bentuk sel-sel darah merah menjadi bentuk sabit. Individu yang menderita anemia
sel sabit disimbolkan dengan ss. Sedangkan individu normal memiliki genotipe SS
dan karier anemia sel sabit disimbolkan dengan Ss.
2)
Fibrosis sistik
Fibrosis sistik disebabkan oleh
tidak adanya protein yang membantu transpor ion klorida melalui membran plasma.
Oleh karenanya dihasilkan banyak lendir yang mempengaruhi pankreas, saluran
pernapasan, kelenjar keringat, dll. Fibrosis sistik disebabkan oleh alel
homozigot resesif (cc). Individu heterozigot (Cc) tidak menderita gejala
penyakit ini, namun merupakan karier.Sedangkan individu normal bergenotipe (CC).
3)
Galaktosemia
Galaktosemia disebabkan tidak dapat
menggunakan galaktosa (laktosa dari ASI ibu) karena tidak dihasilkan enzim
pemecah laktosa. Pada keadaan normal seharusnya laktosa dirombak menjadi
glukosa dan galaktosa, kemudian menjadi glukosa-1-fosfat yang kemudian dirombak
melalui proses glikolisis atau diubah menjadi glikogen). Tingkat galaktosa yang
tinggi pada darah dapat menyebabkan kerusakan mata, hati dan otak. Gejala
galaktosemia adalah malnutrisi, diare dan muntah-muntah. Gejala ini dapat
dideteksi dengan pemeriksaan sampel urin. Gejala galaktosemia dapat dihindari
dengan diet bebas laktosa. Alel homozigot resesif yang menyebabkan galaktosemia
(gg). Individu yang normal mempunyai alel (GG), sedangkan individu karier
dengan alel (Gg).
4)
Albino
Kata albino berasal dari albus yang
berarti putih. Kelainan terjadi karena tubuh tidak mampu membentuk enzim yang
diperlukan untuk merubah asam amino tirosin menjadi beta-3,
4-dihidroksipheylalanin untuk selanjutnya diubah menjadi pigmen melanin.
Pembentukan enzim yang mengubah tirosin menjadi melanin, ditentukan oleh gen
dominan A, sehingga orang normal mempunyai genotipe AA atau Aa, dan albino aa
5)
Phenylketonuria
Phenylketonuria merupakan suatu
penyakit keturunan yang disebabkan oleh ketidakberesan metabolisme,dimana
penderita tidak mampu melakukan metabolisme fenilalanin dengan normal. Asam
amino ini merupakan bahan untuk mensintesis protein, tirosin dan
melanin.Sebagian fenilalanin diubah menjadi fenil piruvat. Gejala penyakit
ditandai dengan bertimbunnya asam amino dalam darah yang banyak terbuang
melalui urin, mental terbelakang (IQ 30), rambut putih, mata kebiruan (produksi
melanin kurang baik), bentuk tubuh khas seperti orang psychotic, gerakan
menyentak-nyentak dan bau tubuh apak.
Bayi yang menderita phenylketonuria
mengandung kadar fenilalanin yang tinggi di dalam darah dan jaringan, karena
tidak memiliki enzim phenylalanin hidroxylase, yang mengubah fenilalanin
menjadi tirosin. Asam phenylpiruvatpun meningkat, diekskresi melalui urin dan
keringat, sehingga tubuh berbau apak. Kadar fenilalanin yang tinggi dapat
merusak otak bayi, dan mundurnya kejiwaan setelah berumur 6 tahun. Penderita
mempunyai genotip phph (homozigot resesif). Orang normal mempunyai genotip PhPh
(homozigot dominan) dan Phph (heterozigot).
6)
Thalassemia
Istilahnya berasal dari kata
thalasa = laut dan anemia. Thalassemia merupakan kelainan genetik yang ditandai
dengan berkurangnya atau tidak sama sekali sintesa rantai hemoglobin, sehingga
hanya mempunyai kemampuan sedikit untuk mengikat oksigen. Pada thalassemia
dimana eritrosit mempunyai gambaran : microcytic (kecil), leptocytic (lonjong)
dan polycythemic (banyak), bercampur baur membentuk apa yang disebut “target
cell”.
Thalassemia dibedakan atas dua
macam, yaitu :
ü Thalassemia mayor, sangat
parah, sering menyebabkan kematian waktu bayi.
ü Thalassemia minor, tidak
parah, mempunyai gejala pembengkakan limpa sedikit.
c.
Kelainan dan penyakit karena alel resesif tertaut kromosom sex “x”
1) Hemofilia
Hemofilia merupakan gangguan
koagulasi herediter yang paling sering dijumpai. Hemofilia disebabkan oleh
mutasi gen faktor VIII atau faktor IX sehingga dapat dikelompokkan menjadi
hemofilia A dan hemofilia B. Kedua gen tersebut terletak pada kromosom X,
sehingga termasuk penyakit resesif terkait X, yang disebabkan karena tidak adanya
protein tertentu yang diperlukan untuk penggumpalan darah, atau kalaupun ada
kadarnya rendah sekali. Umumnya luka pada orang normal akan menutup (darah akan
membeku) dalam waktu 5-7 menit. Tetapi pada penderita hemofilia, darah akan
membeku 50 menit sampai 2 jam, sehingga mudah menyebabkan kematian karena
kehilangan terlalu banyak darah.
Perempuan yang homozigot resesif
untuk gen ini merupakan penderita (XhXh), sedangkan perempuan yang heterozigot
(XhXH) pembekuan darahnya normal namun ia hanya berperan sebagai
pembawa/carier. Seorang laki-laki penderita hanya mempunyai satu genotip yaitu
(XhY).
Hemofilia dibedakan atas 3 macam :
a)
Hemofilia A, karena penderita tidak memiliki zat anti hemofili globulin (faktor
VIII). Tipe ini terdapat ± 80 % dari penderita hemofilia. Seorang yang normal
mampu membentuk anti hemofili globulin (AHG) dalam serum darahnya karena
mempunyai gen dominan H, sedangkan alel yang resesif tidak dapat membentuk zat
tersebut. Karena gennya terangkai X Perempuan yang homozigot resesif untuk gen
ini merupakan penderita (XhXh), sedangkan perempuan yang heterozigot (XhXH)
pembekuan darahnya normal namun ia hanya berperan sebagai pembawa / carier dan
laki-laki penderita hanya mempunyai satu genotip yaitu (XhY).
b)
Hemofilia B (Cristmast), karena penderita tidak memiliki komponen plasma
tromboplastin (KTP atau faktor IX). Diberi nama Christmas karena mengacu pada
nama seorang anak laki-laki yang terluka pada waktu Inggris dibom oleh Jerman
selama Perang Dunia ke II. Terdapat ± 20 % dari penderita hemofili.
c)
Hemofili C, karena penderita tidak mampu membentuk zat plasma tromboplastin
anteseden (PTA).Penyakit ini tidak disebabkan oleh gen resesif yang
terangkai-X, melainkan oleh gen resesif yang jarang dijumpai pada autosom. Hanya
terjadi sedikit dari penderita. Tidak lebih dari 1 %
Secara keseluruhan hemofili terjadi
karena tidak terbentuknya tromboplastin. Dimana tromboplastin ini pada tubuh
yang normal berguna sebagai zat aktivasi protrombin saat luka, sehingga
protrombin dapat diubah menjadi trombin.
Hemofilia diklasifikasikan sebagai
:
v Berat, dengan kadar
aktivitas faktor yang tersedia kurang dari 1%
v Sedang, dengan kadar
aktivitas faktor yang ada antara 1% - 5%
v Kecil, dengan kadar
aktivitas faktor yang tersedia kurang dari 5 %
2) Buta Warna
Penderita tidak dapat membedakan
warna hijau dan merah, atau semua warna. Individu yang buta terhadap warna
hijau (tipe deutan) dan merah (tipe protan) dikarenakan individu tersebut tidak
mempunyai reseptor yang dapat mendeteksi cahaya pada panjang gelombang hijau
atau merah. Buta warna merupakan penyakit yang disebabkan oleh gen resesif c
(color blind) yang terdapat pada kromosom X.
Perempuan normal mempunyai genotip
homozigotik dominan CC dan heterozigotik Cc, sedangkan yang buta warna adalah
homozigotik resesif cc. Laki-laki hanya mempunyai sebuah kromosom-X, sehingga
hanya dapat normal XY atau buta warna XcY.
3) Distrofi Otot
Kelainan tersebut ditandai dengan
makin melemahnya otot-otot dan hilangnya koordinasi. Kelainan ini terjadi
karena tidak adanya satu protein otot penting yang disebut distrofin, yang
terletak pada lokus yang spesifik pada kromosom X.
4) Sindrom Fragile X
Nama sindrom fragile diambil dari
penampakan fisik kromosom X yang tidak normal. Bagian kromosom X yang mengalami
konstriksi (pelekukan) di bagian ujung lengan kromosom yang panjang. Dari semua
bentuk keterbelakangan mental yang disebabkan oleh faktor genetik, bentuk yang
paling umum adalah fragile.
5) Sindrom Lesch-Nyhan
Penyakit ini timbul karena adanya
pembentukan purin yang berlebihan. Sebagai hasil metabolisme purin yang
abnormal ini, penderita memperlihatkan kelakuan yang abnormal, yakni kejang
otak yang tidak disadari serta menggeliatkan anggota kaki dan jari-kari tangan.
Selain dari itu penderita juga tuna mental, menggigit serta merusak jari-jari
tangan dan jaringan bibir. Semua penderita adalah laki-laki dibawah umur 10
tahun, dan belum pernah ditemukan pada perempuan. Penyakit yang jarang dijumpai
ini disebabkan oleh gen resesif dalam kromosom-X.
d.
Kelainan genetik karena tertaut kromosom “y”
Gen tertaut krosom Y merupakan gen
tertaut kelamin sempurna, artinya kelainannya hanya terjadi pada laki-laki.
1) Hypertrichosis
Hypertrichosis, tumbuh rambut pada
bagian bagian tertentu ditepi dan telinga. Pada laki laki normal, akan memiliki
gen dominan H. Gen resesif h menyebabkan hypertrichosis.
2) Weebed Toes
Disebabkan oleh gen resesif wt
sehingga tumbuh kulit diantara tangan atau kaki mirip dengan kaki katak atau
burung air. Alel dominan Wt menentukan keadaan normal.
3) Hystrixgravier
Gen resesif hg menyebabkan
pertumbuhan rambut panjang dan kaku dipermukaan tubuh, sehingga terlihat
menyerupai hewan landak yang tubuhnya berduri. Alel dominan Hg menentukan
pertumbuhan rambut normal.
e.
Kelainan genetik karena aberasi kromosom
1) Sindrom Jacobs (47, XYY atau 44A + XYY)
Penderita mempunyai 44 Autosom dan
3 kromosom kelamin (XYY). Kelainan ini ditemukan oleh P.A. Jacobs pada tahun
1965 dengan ciri-ciri pria bertubuh normal, berperawakan tinggi, bersifat
antisosial, perilaku kasar dan agresif, wajah menakutkan, memperlihatkan watak
kriminal, IQ di bawah normal.
2) Sindrom Down (47,XY + 21 dan 47,XX + 21 )
Penderita mengalami kelebihan satu
autosom pada kromosom nomor 21 dan dapat terjadi pada laki-laki dan perempuan.
Kelainan ini ditemukan J. Langdon Down pada tahun 1866 dengan ciri-ciri tinggi
badan sekitar 120 cm, kepala lebar dan pendek, bibir tebal, lidah besar dan
menjulur, liur selalu menetes, jari pendek dan gemuk terutama kelingking,
telapak tangan tebal, mata sempit miring kesamping, gigi kecil-kecil dan
jarang, IQ rendah, umumnya steril.
3) Sindrom Klinefelter (47, XXY atau 44A + XXY)
Penderita mempunyai 44 Autosom dan
3 kromosom kelamin (XXY). Kelainan ini ditemukan oleh H.F. Klinefelter tahun
1942. Penderita berjenis kelamin laki-laki tetapi cenderung bersifat
kewanitaan, testis mengecil dan mandul, payudara membesar, dada sempit, pinggul
lebar, rambut badan tidak tumbuh, tubuhnya cenderung tinggi (lengan dan kakinya
panjang), mental terbelakang.
4) Sindrom Turner (45,XO atau 44A + X)
Penderita mempunyai 44 Autosom dan
hanya 1 kromosom kelamin yaitu X. Kelainan ini ditemukan oleh H.H. Turner tahun
1938. Penderita Sindrom Turner berkelamin wanita, namun tidak memiliki ovarium,
alat kelamin bagian dalam terlambat perkembangannya (infatil) dan tidak
sempurna, steril, kedua puting susu berjarak melebar, payudara tidak
berkembang, badan cenderung pendek (kurang lebih 120 cm), dada lebar , leher
pendek, mempunyai gelambir pada leher, dan mengalami keterbelakangan mental.
5) Sindrom Edward (47,XY + 18 dan 47, XX + 18)
Penderita mengalami trisomi atau
kelebihan satu Autosom nomor 18. Ciri-ciri penderita adalah memiliki kelainan
pada alat tubuh telinga dan rahang bawah kedudukannya rendah, mulut kecil,
mental terbelakang, tulang dada pendek, umumnya hanya mencapai umur 6 bulan
saja.
6) Sindrom Patau (47,XY + 13 dan 47, XX + 13)
Penderita mempunyai 45 Autosom,
sehingga disebut trisomi. Trisomi dapat terjadi pada kromosom nomor 13, 14 atau
15. Ciri-ciri penderita kepala kecil, mata kecil, sumbing celah langit langit,
tuli, polidaktili, mempunyai kelainan otak, jantung, ginjal dan usus serta pertumbuhan
mentalnya terbelakang. Biasanya penderita meninggal pada usia kurang dari 1
tahun.
7) Sindrom Cri du chat
Anak yang dilahirkan dengan delesi
pada kromosom nomor 5 ini mempunyai mental terbelakang, memiliki kepala yang
kecil dengan penampakan wajah yang tidak biasa, dan memiliki tangisan yang
suaranya seperti suara kucing. Penderita biasanya meninggal ketika masih bayi
atau anak-anak.
J.
TEKNOLOGI REKAYASA GENETIKA
Teknologi rekayasa genetika
merupakan inti dari bioteknologi didefinisikan sebagai teknik in-vitro asam
nukleat, termasuk DNA rekombinan dan injeksi langsung DNA ke dalam sel atau
organel; atau fusi sel di luar keluarga taksonomi; yang dapat menembus
rintangan reproduksi dan rekombinasi alami, dan bukan teknik yang digunakan
dalam pemuliaan dan seleksi tradisional.
Prinsip dasar teknologi rekayasa
genetika adalah memanipulasi atau melakukan perubahan susunan asam nukleat dari
DNA (gen) atau menyelipkan gen baru ke dalam struktur DNA organisme penerima.
Gen yang diselipkan dan organisme penerima dapat berasal dari organisme apa
saja. Misalnya, gen dari bakteri bisa diselipkan di khromosom tanaman,
sebaliknya gen tanaman dapat diselipkan pada khromosom bakteri. Gen serangga
dapat diselipkan pada tanaman atau gen dari babi dapat diselipkan pada bakteri,
atau bahkan gen dari manusia dapat diselipkan pada khromosom bakteri. Produksi
insulin untuk pengobatan diabetes, misalnya, diproduksi di dalam sel bakteri
Eschericia coli (E. coli) di mana gen penghasil insulin diisolasi dari sel
pankreas manusia yang kemudian diklon dan dimasukkan ke dalam sel E. coli.
Dengan demikian produksi insulin dapat dilakukan dengan cepat, massal, dan
murah. Teknologi rekayasa genetika juga memungkinkan manusia membuat vaksin
pada tumbuhan, menghasilkan tanaman transgenik dengan sifat-sifat baru yang
khas.
Rekayasa genetika pada tanaman
mempunyai target dan tujuan antara lain peningkatan produksi, peningkatan mutu
produk supaya tahan lama dalam penyimpanan pascapanen, peningkatan kandunagn
gizi, tahan terhadap serangan hama dan penyakit tertentu (serangga, bakteri,
jamur, atau virus), tahan terhadap herbisida, sterilitas dan fertilitas
serangga jantan (untuk produksi benih hibrida), toleransi terhadap pendinginan,
penundaan kematangan buah, kualitas aroma dan nutrisi, perubahan pigmentasi.
Rekayasa Genetika pada mikroba
bertujuan untuk meningkatkan efektivitas kerja mikroba tersebut (misalnya
mikroba untuk fermentasi, pengikat nitrogen udara, meningkatkan kesuburan
tanah, mempercepat proses kompos dan pembuatan makanan ternak, mikroba
prebiotik untuk makanan olahan), dan untuk menghasilkan bahan obat-obatan dan
kosmetika.
Di negara-negara maju seperti di
Amerika, Eropa, Australia, dan Jepang organisme hasil rekayasa genetika telah
banyak beredar di masyarakatnya maupun diekspor ke negara-negara lain seperti
Indonesia. Organisme hasil rekayasa genetika dapat berupa mikrooraganisme
(bakteri, jamur, ragi, virus), serangga, tanaman, hewan dan ikan. Di AS
produk-produk hasil rekayasa genetika dijual secara bebas di pasaran, sementara
di Eropa dan Jepang diwajibkan untuk memberi label bagi produk-produk tersebut.
Cina juga merupakan negara yang telah sangat maju dalam pengembangan
bioteknologi rekayasa genetika.
Beberapa tanaman transgenik yang telah
banyak dihasilkan dan beredar di masyarakat antara lain kedele dengan kandungan
gizi yang lebih tinggi, golden rice (padi dengan antosianin atau karotenoid
untuk menghasilkan vitamin A dengan kosentrasi tinggi pada beras), kapas dengan
gen cry yang diisolasi dari bakteri Bacillus turingiensis yang menghasilkan
senyawa tosik untuk membunuh seranga hama tertentu, jenis-jenis tanaman hias
seperti anggrek, tulip, yang bertujuan untuk meningkatklan kualitas bunga;
warna, bentuk, aroma, keseragaman bentuk dan kontinyuitas produksi.
Perkembangan teknologi dan produk rekayasa genetika juga tergolong pesat di
Indonesia di tengah sikap kritis pro-kontra yang dipengaruhi terutama dari LSM
di Eropa. Indonesia telah sejak lama menjadi pengimpor produk rekayasa genetika
seperti kedele, kapas, jagung, buah-buahan, tanaman hias, obat-obatan dan
kosmetika.
Prosedur rekayasa genetika secara
umum meliputi:
Isolasi gen.
Memodifikasi gen sehingga fungsi
biologisnya lebih baik.
Mentrasfer gen tersebut ke
organisme baru.
Membentuk produk organisme
transgenik.
Prosedur pembentukan organisme
transgenic ada dua, yaitu:
Melalui proses introduksi gen
Melalui proses mutagenesis
MUTAGENESIS
1.
Definisi Mutasi
Mutasi adalah perubahan yang
terjadi pada bahan genetik (DNA maupun RNA), baik pada taraf urutan gen
(disebut mutasi titik) maupun pada taraf kromosom. Mutasi pada tingkat
kromosomal biasanya disebut aberasi. Mutasi pada gen dapat mengarah pada
munculnya alel baru dan menjadi dasar bagi kalangan pendukung evolusi mengenai munculnya
variasi-variasi baru pada spesies.
Mutasi terjadi pada frekuensi
rendah di alam, biasanya lebih rendah daripada 1:10.000 individu. Mutasi di
alam dapat terjadi akibat zat pembangkit mutasi (mutagen, termasuk karsinogen),
radiasi surya maupun radioaktif, serta loncatan energi listrik seperti petir.
Individu yang memperlihatkan
perubahan sifat (fenotipe) akibat mutasi disebut mutan. Dalam kajian genetik,
mutan biasa dibandingkan dengan individu yang tidak mengalami perubahan sifat
(individu tipe liar atau "wild type").
2.
Pemanfaatan Mutasi
Meskipun secara biologi sebagian
terbesar mutasi menyebabkan gangguan pada kebugaran (fitness) individu, bahkan
kematian, mutasi sebenarnya adalah salah satu kunci bagi kemampuan beradaptasi
suatu jenis (spesies) terhadap lingkungan baru atau yang berubah. Sisi positif
ini dimanfaatkan oleh sejumlah bidang biologi terapan.
a.
Terapi sel-sel tumor
Aplikasi radiasi sinar mengion
(dikenal sebagai radioterapi, seperti penyinaran dengan sinar X) dan kemoterapi
untuk menghambat perkembangan sel-sel tumor dan kanker pada dasarnya adalah
menginduksi mutasi pada sel-sel kanker sebagai targetnya. Agensia mutasi
tersebut akan menyebabkan sel-sel target berhenti tumbuh karena tidak mampu
lagi memperbanyak diri.
b.
Pemuliaan
Pemaparan tanaman terhadap radiasi
sinar mengion, seperti sinar gamma dari Co-60, atau terhadap beberapa
kemikalia, seperti EMS dan DS, dalam waktu dan kadar tertentu juga digunakan
untuk menginduksi mutasi. Dalam penerapan ini, mutasi tidak ditujukan untuk
mematikan sel, tetapi untuk mengubah susunan basa nitrogen pada DNA atau untuk
menyebabkan mutasi segmental. Harapannya adalah ada beberapa sel yang akan
mengalami mutasi yang menguntungkan. Dengan demikian, tidak hanya sedikit yang
dipaparkan, tetapi ribuan sampai ratusan ribu individu.
Cara pemuliaan dengan bantuan
mutasi ini kebanyakan dilakukan terhadap tanaman hortikultura, seperti tanaman
sayuran dan tanaman hias (ornamental). Batan telah menghasilkan beberapa
kultivar unggul padi yang dirakit melalui mutasi.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian yang telah dipaparkan,
maka kesimpulan dari makalah ini adalah bahwa genetika merupakan ilmu yang
mempelajari berbagai aspek yang menyangkut pewarisan sifat dan variasi sifat
pada organisme maupun suborganisme (seperti virus dan prion). Sebagai
ilmu pengetahuan dasar, genetika dengan konsep-konsep di dalamnya dapat
berinteraksi dengan berbagai bidang lain untuk memberikan kontribusi
terapannya.
Genetika adalah ilmu yang
mempelajari tentang gen sebagai pembawa sifat suatu organisme. Gen terdapat
dalam kromosom dan dapat terdiri atas alel (kumpulan dari beberapa gen).
Genetika juga mempelajari tentang kelainan dan penyakit yang disebabkan oleh
pertumbuhan abnormal dari gen dalam diri manusia.
Genetika perlu dipelajari, agar
kita dapat mengetahui sifat-sifat keturunan kita sendiri serta setiap makhuk
hidup yang berada di lingkungan kita. Kita sebagai manusia tidak hidup autonom
dan terinsolir dari makhuk lain sekitar kita tapi kita menjalin ekosistem
dengan mereka, karena itu selain kita harus mengetahui sifat-sifat menurun
dalam tubuh kita, juga pada tumbuhan dan hewan. Lagi pula prinsip-prinsip
genetika itu dapat disebut sama saja bagi seluruh makluk. Karena manusia sulit
dipakai sebagai objek atau bahan percobaan genetis, kita mempelajari
hukum-hukumnya lewat sifat menurun yang terkandung dalam tubuh-tumbuhan dan
hewan sekitar. Genetika bisa sebagai ilmu pengetahuan murni, bisa pula sebagai
ilmu pengetahuan terapan. Sebagai ilmu pengetahuan murni ia harus ditunjang
oleh ilmu pengetahuan dasar lain seperti kimia, fisika dan metematika juga ilmu
pengetahuan dasar dalam bidang biologi sendiri seperti bioselluler, histologi,
biokimia, fiosiologi, anatomi, embriologi, taksonomi dan evolusi. Sebagai ilmu
pengetahuan terapan ia menunjang banyak bidang kegiatan ilmiah dan pelayanan
kebutuhan masyarakat.
B. HARAPAN
Melalui pembahasan dalam makalah
ini diharapkan mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar mampu dan mau mengetahui
dan memahami pengetahuan tentang lingkup genetika dasar dan teknologi rekayasa
genetika yang bermanfaat dalam kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell NA, dkk. 2000. Biologi.
Edisi Kelima. Jilid 1. Jakarta : Erlangga. 265-267.
Ganong WF. 2003. Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran halaman 515-518. Edisi 20. Jakarta : EGC Penerbit Buku
Kedokteran.
Kimbal, John W. 1989. Biologi.
Edisi kelima cetakan kedua. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Pai, A.C. 1987. Dasar-Dasar
Genetika. Ilmu Untuk Masyarakat. Edisi kedua. McGraw-Hill, Inc. Alih Bahasa Dr.
Muchidin Apandi, Msc, ITB. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Robert, J.A.F. 1995. Pengantar
Genetika Kedokteran. Edisi delapan. Alih Bahasa Dr. Hartono, FK Univ. GAMA.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Suryo, Ir. 1990. Genetika Manusia.
Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Tim. 2008. Genetika Dasar. Fakultas
Farmasi. Universitas Riau. (Makalah Online), diakses dari
http://www.yayanakhyar.files.wordpress.com/.../genetika-dasar_files-of-drsmed.pdf
pada 7 Maret 2011 15:33 WIB
Yatim, W. 1991. Genetika Untuk
Mahasiswa. Edisi keempat. Bandung : Penerbit Tarsito.
No comments:
Post a Comment