Anak autis adalah anak yang
menyelesaikan tugas-tugas yang membutuhkan prosesing informasi sementara secara
berurutan. Sementara itu, anak autis menunjukkan kekuatannya pada tugas-tugas
yang mencakup interpretasi terhadap stimulus yang tidak bersifat sementara (non
transient) yang diproses secara gestalt. Istilah gestalt adalah interpretasi
pesan secara keseluruhan, bukan melalui analisis unsur-unsurnya.
Penelitian menunjukkan bahwa anak
autis mengalami kesulitan dalam mengendalikan perhatian atau memusatkan
perhatiannya sendiri. Keterampilan komunikasi sosial membutuhkan kemampuan
untuk menginterpretasikan interaksi sosial yang mengalir deras dan dinamis,
tetapi anak autis tidak memiliki kemampuan tersebut.
Ada 2 tujuan utama dalam
menanggulangi masalah perilaku sosial anak dari segi komunikasi: menciptakan
lingkungan yang mendukung dan mengembangkan keterampilan alternatif.
Menciptakan lingkungan agar supaya kesulitan perilaku sosial berkurang dan
dapat dilakukan dengan mengembangkan sistem alat peraga visual untuk mendukung
komunikasi, yang terutama difokuskan pada bagaimana caranya memberikan
informasi.
Sebagai tujuan kedua, mengembangkan
keterampilan agar perilaku yang tak disukai ini berkurang, berlaku untuk anak
verbal maun non verbal. Adanya alat peraga visual dapat membantu anak
memfokuskan perhatiannya, menangulangi transisi, menerima perubahan,
mengkomunikasikan keinginan, mengikuti prosedur, dan mengembangkan ketrampilan
lain yang ditujukan untuk mengurangi kesulitan perilaku. Peraga visual ini
dapat digunakan untuk mengajarkan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk
melakukan rutinitas kegiatan atau mengajarkan respon yang harus diberikan
terhadap situasi tertentu, agar anak dapat berperilaku lebih baik.
Langkah pertama adalah mengajarkan
anak autis untuk menginterpretasikan visual yang secara alami sudah ada itu
secara akurat. Pendukung lingkungan dapat meningkatkan pengertian anak,
sehingga mengurangi atau mengeliminir masalah perilaku sosial. Jika anak
mengerti apa yang sedang terjadi atau apa yang diharapkan, mereka lebih mampu
menyesuaikan diri dengan harapan tersebut.
Dalam tahap perkembangan anak autis
terdiri dari :
1)
Perilaku sosial
Perilaku sosial menyebabkan seseorang dapat berhubungan dengan lingkungan
dan berinteraksi dengan orang lain dalam lingkungan sosialnya. Anak non verbal
yang menderita autis sudah dikenal suka menyendiri, mengabaikan orang lain, dan
mengalami masalah dalam berhubungan dengan orang lain secara sosial.
2)
Perilaku kognitif
Kognisi dideskripsikan dalam hal bagaimana anak menyelesaikan masalah
atau menyelesaikan tugas dengan berpikir. Masih dipertanyakan apakah anak yang
intelegensinya lebih tinggi itu dapat menyelesaikan masalah yang lebih rumit
dengan lebih mudah dibandingkan dengan anak yang intelegensinya rendah. Bahkan
anak yang intelegensinya normal pun sulit memecahkan berbagai masalah yang
berbeda-beda.
3)
Perilaku komunikasi
Belajar bahasa berarti belajar membentuk kata, mempelajari aturan untuk
menggabungkan kata-kata itu, dan tahu tujuan atau alasan menggunakan bahasa
tersebut (secara pragmatik). Pragmatik berarti bagaimana menginterpretasikan
dan menggunakan bahasa dalam konteks sosial, fisik maupun linguistik
4)
Mengerti hubungan sebab akibat
Pengertian mengenai hubungan sebab akibat berkaitan dengan apakah anak
itu tahu bahwa perilakunya menimbulkan sesuatu. Kita perlu mencari bukti bahwa
anak mengerti mengenai hubungan sebab akibat dalam kondisi penilaian informal
atau waktu pengamatan.
5)
Kemauan berkomunikasi
Mempunyai kemauan untuk berkomunikasi dengan orang lain seringkali
merupakan pekerjaan yang tidak mudah bagi anak non verbal, karena dalam
pendekatan ini, anak tidak pernah memperoleh kesempatan untuk belajar tukar
menukar informasi dalam komunikasi.
6)
Sarana komunikasi
Bagi anak non verbal, belajar bicara bukanlah sistem komunikasi yang
terbaik. Supaya dapat berkomunikasi melalui bicara, anak harus mampu dan
dimotivasi untuk berbicara, tetapi hal ini tidak dapat dilakukan untuk anak
autis. Anak autis non verbal sulit belajar berbicara, mereka berkomunikasi
dalam bentuk lain seperti : saling memberi tanda tukar menukar gambar papan
komunikasi atau dengan komputer.
7)
Sistem komunikasi alternatif
Penggunaan sandi sebagai sistem komunikasi, mempunyai berbagai kekuatan
maupun kelemahan. Salah satu kekuatannya, pada tahap awal komunikasi, sandi
dapat dibuat oleh orang tua/guru dan dikombinasikan dengan penguat yang tepat.
Sandi dapat mengekspresikan keinginan anak dengan cepat dan mudah digabungkan
satu sama lain sehingga membentuk kalimat.
8)
Obyek untuk pertukaran informasi
Memilih obyek yang diminati anak dapat meningkatkan tahap awal komunikasi
anak. Anak autis seringkali mengunakan obyek secara spontan untuk berkomunikasi
tetapi obyek itu tidak diberikan pada orang tetapi meletakkannya di dekat benda
yang diinginkannya.
9)
Gambar untuk pertukaran komunikasi
Gambar juga dapat digunakan untuk berkomunikasi. Si anak diminta untuk
mengambil obyek/gambar kemudian menyerahkannya kepada guru, dan guru mengambil
gambar itu dengan benda yang sebenarnya dan diberikan kepada anak tersebut.
10)
Membaca dan penggunaan komputer untuk berkomunikasi
Hyperleksia atau kemampuan dapat membaca lebih dari apa yang tertulis
berdasarkan kemampuan kognitifnya, adalah fenomena yang dilaporkan terdapat
pada anak autis.
11)
Bimbingan komunikasi
Tujuan utama bimbingan komunikasi adalah melatih anak autis yang non
verbal meningkatkan kemampuan mengekspresikan komunikasinya, atau membantunya
berkomunikasi sesuai dengan keistimewaannya sendiri.
12)
Strategi bimbingan
Schopler, dkk (2001) mengamati anak autis yang bermain di dalam kondisi
terstruktur, hasilnya menunjukkan bahwa kondisi terstruktur memberikan hasil
lebih baik yaitu anak lebih memperhatikan ketika berhubungan dan berkomunikasi
dengan orang lain.
Svavasdotir memberikan sejumlah contoh yang berguna mengenai bagaimana
anak berhubungan dengan upaya komunikasinya di ketiga kelas tersebut sebagai
berikut :
1.
Sandi tangan (misalnya membawa tangan seseorang ke
benda yang diinginkan menggapai, menunjuk, menjatuhkan, tidak mau mengambil
benda, membawa seseorang ke benda yang diinginkan).
2.
Sandi Mata (misalnya melihat guru, melihat lokasi benda
dimana benda yang diinginkan itu berada, memandangi benda yang diinginkan,
tidak mau melihat suatu obyek).
3.
Proximity (misalnya, mendekati orang yang berkomunikasi
dengannya, menjauhkan diri dari benda yang tak diinginkan, berdiri jauh dari
meja, meringkuk sendiri).
No comments:
Post a Comment