Tuesday, July 4, 2017

Strategi Visual Untuk Peningkatan Komunikasi dan Atensi – Konsentrasi Anak Autis



            Anak autis adalah anak yang menyelesaikan tugas-tugas yang membutuhkan prosesing informasi sementara secara berurutan. Sementara itu, anak autis menunjukkan kekuatannya pada tugas-tugas yang mencakup interpretasi terhadap stimulus yang tidak bersifat sementara (non transient) yang diproses secara gestalt. Istilah gestalt adalah interpretasi pesan secara keseluruhan, bukan melalui analisis unsur-unsurnya.
            Penelitian menunjukkan bahwa anak autis mengalami kesulitan dalam mengendalikan perhatian atau memusatkan perhatiannya sendiri. Keterampilan komunikasi sosial membutuhkan kemampuan untuk menginterpretasikan interaksi sosial yang mengalir deras dan dinamis, tetapi anak autis tidak memiliki kemampuan tersebut.
            Ada 2 tujuan utama dalam menanggulangi masalah perilaku sosial anak dari segi komunikasi: menciptakan lingkungan yang mendukung dan mengembangkan keterampilan alternatif. Menciptakan lingkungan agar supaya kesulitan perilaku sosial berkurang dan dapat dilakukan dengan mengembangkan sistem alat peraga visual untuk mendukung komunikasi, yang terutama difokuskan pada bagaimana caranya memberikan informasi.
             Sebagai tujuan kedua, mengembangkan keterampilan agar perilaku yang tak disukai ini berkurang, berlaku untuk anak verbal maun non verbal. Adanya alat peraga visual dapat membantu anak memfokuskan perhatiannya, menangulangi transisi, menerima perubahan, mengkomunikasikan keinginan, mengikuti prosedur, dan mengembangkan ketrampilan lain yang ditujukan untuk mengurangi kesulitan perilaku. Peraga visual ini dapat digunakan untuk mengajarkan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk melakukan rutinitas kegiatan atau mengajarkan respon yang harus diberikan terhadap situasi tertentu, agar anak dapat berperilaku lebih baik.
            Langkah pertama adalah mengajarkan anak autis untuk menginterpretasikan visual yang secara alami sudah ada itu secara akurat. Pendukung lingkungan dapat meningkatkan pengertian anak, sehingga mengurangi atau mengeliminir masalah perilaku sosial. Jika anak mengerti apa yang sedang terjadi atau apa yang diharapkan, mereka lebih mampu menyesuaikan diri dengan harapan tersebut.
            Dalam tahap perkembangan anak autis terdiri dari :
1)   Perilaku sosial
Perilaku sosial menyebabkan seseorang dapat berhubungan dengan lingkungan dan berinteraksi dengan orang lain dalam lingkungan sosialnya. Anak non verbal yang menderita autis sudah dikenal suka menyendiri, mengabaikan orang lain, dan mengalami masalah dalam berhubungan dengan orang lain secara sosial.
2)   Perilaku kognitif
Kognisi dideskripsikan dalam hal bagaimana anak menyelesaikan masalah atau menyelesaikan tugas dengan berpikir. Masih dipertanyakan apakah anak yang intelegensinya lebih tinggi itu dapat menyelesaikan masalah yang lebih rumit dengan lebih mudah dibandingkan dengan anak yang intelegensinya rendah. Bahkan anak yang intelegensinya normal pun sulit memecahkan berbagai masalah yang berbeda-beda.
3)   Perilaku komunikasi
Belajar bahasa berarti belajar membentuk kata, mempelajari aturan untuk menggabungkan kata-kata itu, dan tahu tujuan atau alasan menggunakan bahasa tersebut (secara pragmatik). Pragmatik berarti bagaimana menginterpretasikan dan menggunakan bahasa dalam konteks sosial, fisik maupun linguistik
4)   Mengerti hubungan sebab akibat
Pengertian mengenai hubungan sebab akibat berkaitan dengan apakah anak itu tahu bahwa perilakunya menimbulkan sesuatu. Kita perlu mencari bukti bahwa anak mengerti mengenai hubungan sebab akibat dalam kondisi penilaian informal atau waktu pengamatan.
5)   Kemauan berkomunikasi
Mempunyai kemauan untuk berkomunikasi dengan orang lain seringkali merupakan pekerjaan yang tidak mudah bagi anak non verbal, karena dalam pendekatan ini, anak tidak pernah memperoleh kesempatan untuk belajar tukar menukar informasi dalam komunikasi.
6)   Sarana komunikasi
Bagi anak non verbal, belajar bicara bukanlah sistem komunikasi yang terbaik. Supaya dapat berkomunikasi melalui bicara, anak harus mampu dan dimotivasi untuk berbicara, tetapi hal ini tidak dapat dilakukan untuk anak autis. Anak autis non verbal sulit belajar berbicara, mereka berkomunikasi dalam bentuk lain seperti : saling memberi tanda tukar menukar gambar papan komunikasi atau dengan komputer.
7)   Sistem komunikasi alternatif
Penggunaan sandi sebagai sistem komunikasi, mempunyai berbagai kekuatan maupun kelemahan. Salah satu kekuatannya, pada tahap awal komunikasi, sandi dapat dibuat oleh orang tua/guru dan dikombinasikan dengan penguat yang tepat. Sandi dapat mengekspresikan keinginan anak dengan cepat dan mudah digabungkan satu sama lain sehingga membentuk kalimat.
8)   Obyek untuk pertukaran informasi
Memilih obyek yang diminati anak dapat meningkatkan tahap awal komunikasi anak. Anak autis seringkali mengunakan obyek secara spontan untuk berkomunikasi tetapi obyek itu tidak diberikan pada orang tetapi meletakkannya di dekat benda yang diinginkannya.

9)   Gambar untuk pertukaran komunikasi
Gambar juga dapat digunakan untuk berkomunikasi. Si anak diminta untuk mengambil obyek/gambar kemudian menyerahkannya kepada guru, dan guru mengambil gambar itu dengan benda yang sebenarnya dan diberikan kepada anak tersebut.
10)    Membaca dan penggunaan komputer untuk berkomunikasi
Hyperleksia atau kemampuan dapat membaca lebih dari apa yang tertulis berdasarkan kemampuan kognitifnya, adalah fenomena yang dilaporkan terdapat pada anak autis.
11)    Bimbingan komunikasi
Tujuan utama bimbingan komunikasi adalah melatih anak autis yang non verbal meningkatkan kemampuan mengekspresikan komunikasinya, atau membantunya berkomunikasi sesuai dengan keistimewaannya sendiri.
12)    Strategi bimbingan
Schopler, dkk (2001) mengamati anak autis yang bermain di dalam kondisi terstruktur, hasilnya menunjukkan bahwa kondisi terstruktur memberikan hasil lebih baik yaitu anak lebih memperhatikan ketika berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain.
Svavasdotir memberikan sejumlah contoh yang berguna mengenai bagaimana anak berhubungan dengan upaya komunikasinya di ketiga kelas tersebut sebagai berikut :
1.      Sandi tangan (misalnya membawa tangan seseorang ke benda yang diinginkan menggapai, menunjuk, menjatuhkan, tidak mau mengambil benda, membawa seseorang ke benda yang diinginkan).
2.      Sandi Mata (misalnya melihat guru, melihat lokasi benda dimana benda yang diinginkan itu berada, memandangi benda yang diinginkan, tidak mau melihat suatu obyek).
3.      Proximity (misalnya, mendekati orang yang berkomunikasi dengannya, menjauhkan diri dari benda yang tak diinginkan, berdiri jauh dari meja, meringkuk sendiri).


No comments:

Post a Comment

Mekanisme Kontraksi Otot

  Pada tingkat molekular kontraksi otot adalah serangkaian peristiwa fisiokimia antara filamen aktin dan myosin.Kontraksi otot terjadi per...

Blog Archive