Mendefinisikan pendidikan berbasis Inqury, sama dengan kita mendefinisikan pendekatan pendidikan multi
dimensi. Terdapat banyak intepretasi visi John Dewey ini, mulai dari
konstruktivisme, pendekatan pemecahan masalah, pembelajaran berbasis projek dan
sebagainya, kita akhirnya akan menemukan bahwa inti dari Inquiry adalah proses yang berpusat pada siswa. Semua pembelajaran
dimulai dengan pembelajar. Apa yang diketahui siswa dan apa yang ingin mereka
lakukan dan pelajari merupakan dasar utama pembelajaran.
Pendekatan Inquiry
didukung oleh empat karakteristik utama siswa, yaitu (1) secara instintif siswa
selalu ingin tahu; (2) di dalam percakapan siswa selalu ingin bicara dan
mengkomunikasikan idenya; (3) dalam membangun (konstruksi) siswa selalu ingin
membuat sesuatu; (4) siswa selalu mengekspresikan seni. Dari sudut pandang
siswa, metode pembelajaran ini merupakan akhir dari paradigma kelas belajar
melalui mendengar dan memberi mereka kesempatan mencapai tujuan yang nyata dan
autentik. Bagi guru, pendidikan berbasis inkury
merupakan akhir dari paradigma berbicara untuk mengajar dan mengubah peran
mereka menjadi kolega dan mentor bagi siswanya. Inquiry sebagai pendekatan pembelajaran melibatkan proses
penyelidikan alam atau materi alam, dalam rangka menjawab pertanyaan dan
melakukan penemuan melalui penyelidikan untuk memperoleh pemahaman baru.
1. Pengertian Metode Inquiry
Metode inquiry atau metode penemuan adalah cara
penyajian pelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru (Sumantri, 2001: 164).
Inquiry adalah suatu proses untuk memperoleh dan
mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk
mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan
masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis (Carlin, 2003). Inquiry sebenarnya merupakan prosedur
yang biasa dilakukan oleh ilmuwan dan orang dewasa yang memiliki motivasi
tinggi dalam upaya memahami fenomena alam, memperjelas pemahaman, dan
menerapkannnya dalam kehidupan sehari-hari (Garton, Janetta, 2005).
Kendatipun metode ini berpusat pada kegiatan peserta didik,
namun guru tetap memegang peranan penting sebagai pembuat desain pengalaman
belajar. Guru berkewajiban menggiring peserta didik untuk melakukan kegiatan.
Kadang kala guru perlu memberikan penjelasan, melontarkan pertanyaan,
memberikan komentar, dan saran kepada peserta didik. Guru berkewajiban
memberikan kemudahan belajar melalui penciptaan iklim yang kondusif, dengan
menggunakan fasilitas media dan materi pembelajaran yang bervariasi.
Metode Inquiry
adalah metode yang mampu menggiring peserta didik untuk menyadari apa yang
telah didapatkan selama belajar. Inquiry menempatkan
peserta didik sebagai subyek belajar yang aktif (Mulyasa , 2008:234).
Inquiry pada dasarnya adalah cara menyadari apa
yang telah dialami. Karena itu inquiry menuntut peserta didik berfikir. Metode
ini melibatkan mereka dalam kegiatan intelektual. Metode ini menuntut peserta
didik memproses pengalaman belajar menjadi suatu yang bermakna dalam kehidupan
nyata. Dengan demikian , melalui metode ini peserta didik dibiasakan untuk
produktif, analitis , dan kritis.
2. Strategi Pelaksanaan Metode Inquiry
Langkah-langkah dalam proses Inquiry adalah menyadarkan keingintahuan terhadap sesuatu,
mempradugakan suatu jawaban, serta menarik kesimpulan dan membuat keputusan
yang valid untuk menjawab permasalahan yang didukung oleh bukti-bukti.
Berikutnya adalah menggunakan kesimpulan untuk menganalisis data yang baru
(Mulyasa, 2008:235).
Strategi pelaksanaan inquiry
adalah:
1)
Guru memberikan penjelasan, instruksi atau pertanyaan
terhadap materi yang akan diajarkan.
2)
Memberikan tugas kepada peserta didik untuk menjawab
pertanyaan, yang jawabannya bisa didapatkan pada proses pembelajaran yang
dialami siswa.
3)
Guru memberikan penjelasan terhadap persoalan-persoalan yang
mungkin membingungkan peserta didik.
4)
Resitasi untuk menanamkan fakta-fakta yang telah dipelajari
sebelumnya.
5)
Siswa merangkum dalam bentuk rumusan
sebagai kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan (Mulyasa, 2008:236).
Metode inquiry menurut
Roestiyah (2001:75) merupakan suatu teknik atau cara yang dipergunakan guru
untuk mengajar di depan kelas, dimana guru membagi tugas meneliti suatu masalah
ke kelas. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok
mendapat tugas tertentu yang harus dikerjakan, kemudian mereka mempelajari,
meneliti, atau membahas tugasnya di dalam kelompok. Setelah hasil kerja mereka
di dalam kelompok didiskusikan, kemudian dibuat laporan yang tersusun dengan
baik. Akhirnya hasil laporan dilaporkan ke sidang pleno, dan terjadilah diskusi
secara luas. Dari sidang pleno kesimpulan akan dirumuskan sebagai kelanjutan
hasil kerja kelompok. Dan kesimpulan yang terakhir bila masih ada tindak lanjut
yang harus dilaksanakan, hal itu perlu diperhatikan.
Guru menggunakan teknik bila mempunyai tujuan agar siswa
terangsang oleh tugas, dan aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan
masalah itu. Mencari sumber sendiri, dan mereka belajar bersama dalam
kelompoknya. Diharapkan siswa juga mampu mengemukakan pendapatnya dan
merumuskan kesimpulan nantinya. Juga mereka diharapkan dapat berdebat,
menyanggah dan mempertahankan pendapatnya. Inquiry
mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, seperti merumuskan
masalah, merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan
menganalisa data, menarik kesimpulan. Pada metode inquiry dapat ditumbuhkan
sikap obyektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka, dan sebagainya. Akhirnya
dapat mencapai kesimpulan yang disetujui bersama. Bila siswa melakukan semua
kegiatan di atas berarti siswa sedang melakukan Inquiry.
Secara umum, Inquiry
merupakan proses yang bervariasi dan meliputi kegiatan-kegiatan mengobservasi,
merumuskan pertanyaan yang relevan, mengevaluasi buku dan sumber-sumber
informasi lain secara kritis, merencanakan penyelidikan atau investigasi,
mereview apa yang telah diketahui, melaksanakan percobaan atau eksperimen
dengan menggunakan alat untuk memperoleh data, menganalisis dan
menginterpretasi data, serta membuat prediksi dan mengko-munikasikan hasilnya.
(Depdikbud, 1997; NRC, 2000).
Menurut Hacket, (1998) di dalam Standar Nasional Pendidikan
Sains di Amerika Serikat, Inquiry
digunakan dalam dua terminologi yaitu sebagai pendekatan pembelajaran (scientific inquiry) oleh guru dan
sebagai materi pelajaran sains (science
as inquiry) yang harus dipahami dan mampu dilakukan oleh siswa. Sebagai
strategi pembelajaran, Inquiry dapat
diimplementasikan secara terpadu dengan strategi lain sehingga dapat membantu
pengembangan pengetahuan dan pemahaman serta kemampuan melakukan kegiatan Inquiry oleh siswa.
sana
3. Keunggulan dan Kelamahan Metode Inquiry
Model Inquiry ini
memiliki keunggulan yaitu :
a.
Dapat membentuk dan mengembangkan konsep dasar kepada siswa,
sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar ide-ide dengan lebih baik.
b.
Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi
proses belajar yang baru.
c.
Mendorong siswa untuk berfikir dan bekerja atas inisiatifnya
sendiri, bersifat jujur, obyektif, dan terbuka.
d.
Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan
hipotesanya sendiri.
e.
Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik.
f.
Situasi pembelajaran lebih menggairahkan.
g.
Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu.
h.
Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.
i.
Menghindarkan diri dari cara belajar tradisional.
j.
Dapat memberikan waktu kepada siswa secukupnya sehingga
mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
Kelemahan
model Inquiry :
a.
Memerlukan waktu yang cukup lama.
b.
Tidak semua materi pelajaran mengandung masalah
c.
Memerlukan perencanaan yang teratur dan matang
d. Tidak efektif jika
terdapat beberapa siswa yang pasif.