Tuesday, July 31, 2018

Model-model kepemimpinan dalam pendidikan


a.      Kepemimpinan Visioner
kepemimpinan Visioner adalah  kemampuan pemimpin dalam mencipta, merumuskan, mengkomunikasikan/mensosialisasikan/ mentransformasikan dan mengimplementasikan pemikiran - pemikiran ideal yang berasal dari dirinya atau sebagai hasil interaksi sosial antara anggota organisasi yang diyakini sebagai cita-cita organisasi dimasa depan yang harus diraih atau diwujudkan melalui komitmen semua personil.
Seseorang dapat dikatakan sebagai pemimpin yang Visioner dalam menghasilkan pendidikan yang produktif, bila selama melaksanakan tanggugjawabnya sebagai sebagai seorang pemimpin dapat mengelola proses pendidikannya yang tersedia (jika memungkinkan mengadakan sumber daya yang baru) telah berhasil menciptakan output yang sesuai dengan visi yang ditetapkan dan berdaya guna menjadi SDM yang handal sesuai dengan harapan atau keinginan stakeholder/pengguna jasa pendidikan, dimana hasilnya dapat  menciptakan lulusan yang memiliki benefit terhadap individu yang melakukannya berupa kemampuan / keahlian yang relevan dengan kehidupan dan dapat menolong diri dan keluarga dalam kehidupannya.
Agar menjadi pemimpin yang visioner, maka seseorang harus :
a.       Memahami konsep visi
Visi adalah idealisasi pemikiran tentang masa depan organisasi yang merupakan kekuatan kunci bagi perubahan organisasi yang menciptakan budaya dan perilaku organisasi yang maju dan antisipasi terhadap persaingan global sebagai tantangan zaman.
b.      Memahami karakteristik dan unsure visi.
Suatu visi memiliki karakteristik sebagai berikut :
-          Memperjelas arah dan tujuan, mudah dimengerti dan diartikulasikan
-          Mencerminkan cita-cita yang tinggi
-          Menumbuhkan inspirasi, semangat, kegairahan, dan komitmen
-          Menciptakan makna bagi anggota organisasi
-          Menyiratkan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh organisasi
-          Kontekstual dalam arti memperhatikan secara seksama hubungan organisasi dengan lingkungan dan sejarah perkembangan  organisasi yang bersangkutan.
b.      Kepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan transformasional dibangun dari dua kata, yaitu kepemimpinan dan transformasioanal. Kepemimpinan sebagaimana yang telah dijelaskan diawal merupakan setiap tindakan yang dilakukan oleh seseorang untuk mengkoordinasikan, mengarahkan dan mempengaruhi orang lain dalam memilih dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Istilah transformasi berasal dri kata transform, yang bermakna mentransformasikan atau mengubah sesuatu menjadi bentuk lain yang berbeda, misalnya mentransformasikan visi menjadi realita, atau mengubah sesuatu yang potensial menjadi actual.
Burns (1978) orang yang disebut-sebut sebagai yang pertama kali menggagaskannya, mendefinisikan kepemimpinan transformasional sebagai “a process in which leaders and followers raise to higher leves of  morality and motivation”. Gaya kepemimpinan semacam ini akan mampu membawa kesadaran para pengikut dengan memunculkan ide-ide produktif, hubungan yang sinergikal, kebertanggungjawaban, kepedulian edukasional dan cita-cita bersama, pemimpin dengan kepemimpinan transformasional adalah kepemimpinan yang memiliki visi ke depan dan mampu mengidentifikasikan perubahan lingkungan serta mampu mentransformasi perubahan tersebut ke dalam organisasi, mempelopori perubahan dan memberikan motivasi dan inspirasi kepada individu untuk kreatif dan inovatif serta membangun kerja sama yang solid. Yuki (1996) menyimpulkan esensi kepemimpinan transformasional adalah memberdayakan para pengikutnya untuk bekerja secara efektif dengan membangun komitmen mereka terhadap nilai-nilai baru, mengembangkan keterampilan dan kepercayaan mereka, menciptakan iklim yang kondusif bagi berkembangnya inovasi dan kreativitas.
Pemimpin transformasioal sesungguhnya merupakan agen perubahan, karena memang erat kaitannya dengan transformasi yang terjadi dalam suatu organisasi. Fungsi utamanya adalah berperan sebagai katalis perubahan, bukanya sebagai control perubahan. Seorang pemimpin transformasional memiliki visi yang jelas, memiliki gambaran holistic tentang bagaimana organisasi dimasa depan ketika semua tujuan dan sasarnnya telah tercapai.
Karakteristik pemimpin trasformasional, menurut Aan Komariah dan Cepi Triatna (2006;78) adalah sebagai berikut :
1.           Pemimpin yang memiliki wawasan jauh ke depan dan berupaya memperbaiki dan mengembangkan organisasi bukan untuk saat ini tetapi di masa datang. Dan oleh karena itu pemimpin ini dapat dikatakan  pemimpin visioner.
2.           Pemimpin sebagai agen perubahan dan bertindak sebagai katalisator, yaitu yang memberi peran mengubah sistem ke arah yang lebih baik. Katalisator adalah sebutan lain untuk pemimpin transformasional karena ia  berperan meningkatkan segala sumber daya manusia yang ada. Berusaha memberikan reaksi yang menimbulkan semangat dan daya kerja cepat semaksimal mungkin, selalu tampil sebagai pelopor dan  pembawa perubahan.
      Model kepemimpinan  trasformasional dalam bidang pendidikan memang perlu diterapkan seperti kepala sekolah, kepala  dinas, dirjen dll. Model kepemiminan ini memang perlu diterakan sebagai salah satu solusi krisis pemimin pendidikan terutama dalam bidang pendidikan. Adapun alas an-alasan mengapa perlu diterapkan model kepemimpinan transformasional didasarkan pendapat Epitropika (2001:1) mengemukakan enam hal mengapa kepemimpinan transformasional  penting bagi suatu organisasi, yaitu:
1.            Secara signifikan meningkatkan kinerja organisasi
2.            Secara positif dihubungkan dengan orientasi pemasaran jangka panjang dan kepuasan pelanggan
3.            Membangkitkan komitmen yang lebih tinggi kepada  para anggotanya terhadap organisasi
4.            Meningkatkan kepercayaan pekerja dalam manajemen dan perilaku keseharian organisasi
5.            Meningkatkan kepuasan pekerja melalui pekerjaan dan pemimpin
6.            Mengurangi stress para kinerja dan meningkatkan kesejahteraan.

Implementasi model kepemimpinan transformasional dalam organisasi pendidikan  perlu memperhatikan hal- hal sebagai berikut :
1.              Mengacu pada nilai-nilai agama  yang ada dalam organisasi  atau bahkan suatu negara
2.              Disesuaikan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam sistem organisasi tersebut
3.              Karena sistem pendidikan  merupakan suatu sub sistem maka harus memperlihatkan  sistem yang lebih besar yang ada diatasnya seperti sistem negara
4.              Menggali budaya yang ada dalam organisasi tersebut


No comments:

Post a Comment

Mekanisme Kontraksi Otot

  Pada tingkat molekular kontraksi otot adalah serangkaian peristiwa fisiokimia antara filamen aktin dan myosin.Kontraksi otot terjadi per...

Blog Archive