Dalam sebuah teori, sudah
sejatinya tidak hanya memiliki satu acuan yang digunakan untuk membuktikan
bahwa teori tersebut mutlak untuk dibuktikan kebenarannya. Oleh karenanya ada
beberapa pilihan diantara ragam metode yang diterapkan. Model belajar-mengajar
yang diterapkan dengan menggunaka metode Cooperative
learning memiliki beberapa variasai sebagai pilihan atau alternative
pengajar dalam menentukan model mengajar yang mana yang tepat untuk digunakan
dalam menstransfer suatu materi pelajaran kepada siswa.
Dari beberapa model yang
terdapat dalam metode Cooperative
Learning, pada penelitian ini penulis mencoba untuk menggunakan model
Jigsaw yang dikembangkan oleh Ronson et all. Penggunaan model Jigsaw
berdasarkan pada keadaan siswa yang sipatnya majemuk, dengan berbagai latar belakang
yang berbeda dan tingkat kemampuan yang berbeda pula. Sehingga kelas terasa
unik apabila dilakukan model pembelajaran yang teracak dengan posisi Jigsaw.
Keunggulan dari model ini, pembelajar tidak akaj merasa fokus pada satu siswa
unggulan saja, akan tetapi secara tiba-tiba kaan menemukan siswa yang kurang
dan pada saat-saat tretentu bertemu dengan siswa yang lebih.
Teknik mengajar Jigsaw
dikembangkan oleh Ronson et all sebagai metode cooperative learning. Teknik ini bisa digunakan dalam pengajaran membaca,
menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Dalam teknik ini guru
menggabungkan skemata atau latar
belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar
bahan pelajaran menjadi lebih bermakna.
Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan
mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatakan
keterampilan berkomunikasi.
Bagi siswa model pembelajaran seperti ini tidak
akan menjemukan karena perhatian guru akan terbagi sama rata, sehingga siswa
merasa diperhatikan dan keadaan kelas akan terkontrol
No comments:
Post a Comment